21. Pergi Ke Sawah

17.3K 1.8K 173
                                    

" mau kemana?"

Violetta menatap Ares yang sudah siap-siap memakai pakaian yang menurut Violetta jelek. Sudah tidak pantas lagi untuk di pakai.

Menurut nya banyak kotoran di celana bagian kaki Ares. Seperti lumpur yang membandel. Tidak bisa dibersihkan.

" Ke sawah."

Ares mengambil tas yang biasa dipakai nya untuk ke sawah dan mengisinya dengan bekal.

Violetta mengernyit.

" Ngapain?"

" Hari ini ada pekerja sedang menanam benih padi. Aku harus melihatnya sekalian melihat apakah sawah nya ada dialiri air atau tidak."

" Lama?"

Violetta masih terus memperhatikan Ares.

Ares mengangguk.

" Kemungkinan iya. Sore mungkin pulang."

Violetta menatap jam dinding. Baru pukul sembilan pagi.

" Lama sekali." Protes Violetta tanpa sadar.

Ares menatap Violetta balik.

" Biasanya juga jam segitu. Malah terkadang sampai menjelang maghrib."

Violetta ternganga.

" Bahkan aku juga pernah menginap di sana."

" Menginap? Di sawah?" Pekik Violetta tak percaya. Ares mengangguk.

Ares memasukkan beberapa jenis roti yang dibelinya di pasar kemaren. Tas ke sawah nya sudah penuh dan siap di sandang.

" Aku ikut."

Tiba-tiba Violetta bersuara keras. Ares sampai menatap Violetta.

" Serius?" Tanya Ares memastikan.

Violetta mengangguk.

" Iya. Aku tidak mau sendirian di rumah ini. Aku ikut. Kamu tunggu, oke?"

Violetta segera masuk kamar dan mengganti pakaiannya dengan jumpsuit dilampisi kardigan di luar. Rambutnya dicepol sembarangan karena tergesa-gesa.

" Ayo. Aku sudah siap."

Ares menelisik pakaian Violetta. Untuk ukuran ke sawah sangat mewah sekali. Apa tidak sayang nanti pakaian mahal nya tersebut kena lumpur.

" Tidak ada pakaian lain. Yang lebih sederhana. Aku bisa menebak pakaian kamu ini tidak main-main harganya."

" Memang. Semua pakaianku tidak ada yang murah." Violetta menyombong.

" Nanti aku salah lagi. Terbuka sedikit saja kamu marah. Ini udah yang paling tertutup. Jangan protes lagi. Aku bete. Ayo berangkat!" Violetta menyerocos. Membuat Ares tidak berkomentar lagi.

Mereka segera berangkat setelah mengunci pintu menggunakan motor butut kesayangan.

Mereka mulai memasuki jalan bertanah dan berbatu.

" Kita lewat sini?"

"Iya. Pegangan biar tidak jatuh. Medannya cukup sulit buat yang tidak pernah menempuh jalan seperti ini."

Violetta meneguk ludahnya. Ia tanpa berpikir panjang mendekat ke punggung Ares dan memeluk erat perut suaminya. Takut jatuh.

" Awas. Hati-hati!" Pekik Violetta.

Ares tertawa.

" Kamu tenang saja. Aku sudah terbiasa."

" Tetap saja harus hati-hati." Ulang Violetta.

Pejantan Tangguh ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang