Bab 1

142 10 2
                                    

Barangkali Jihan hampir gila memikirkan bagaimana cara menghadapi sikap egois dan kekanak-kanakan dari pria yang tengah duduk dihadapannya sekarang ini.

Memang benar, mungkin ini salah satu alasan mengapa orang tua Jihan teramat mengawasi wanita itu untuk tidak terlalu dekat dengan pria.

Jihan rasanya ingin menceburkan diri kedalam laut jika saja ia tidak takut untuk mati. Akan tetapi menghadapi Taehyung seakan adalah sebuah pelatihan untuk Jihan kehilangan nyawa secara perlahan tanpa harus menceburkan diri ke kedalaman laut atau menabrakkan dirinya pada sebuah kereta yang tengah melaju cepat pada relnya.

Entahlah, Jihan bahkan tidak menyadari sedari tadi matanya terus meneteskan cairan bening itu untuk terus membasahi kedua pipinya.

Jihan bersumpah, demi apapun bahwa ia teramat mencintai pria brengsek ini tanpa mampu untuk mendefinisikannya lagi.

Tetapi, demi Tuhan juga Jihan telah merasa lelah setelah beberapa bulan menjalin hubungan dengan si pria Kim ini.

Benar apa yang orang-orang katakan bahwa, hiduplah tanpa seorang lelaki dan dirimu akan jauh dari segala bentuk kesialan berupa akal busuk dari pria mu sendiri.

"Berapa kali lagi kau ingin berselingkuh dibelakang ku, Kim? Katakan dengan lantang maka akan kusewakan seluruh jalang yang ada di Seoul untuk memuskanmu, bajingan."

"Bukankah kau yang mengatakan silahkan bermain dengan wanita lain asal jangan menyentuhmu sebelum waktunya kita bersama, Ji?"

"Kalau begitu temui orangtua ku dan katakan bahwa kau akan menikahiku, brengsek." Jihan berteriak dengan sekuat tenaga kala suaranya kian memudar dikalahkan oleh isak tangis yang tak kunjung mereda.

"Kau bahkan belum siap untuk itu, Ji."

"Dan selama itu pula kau akan terus bermain-main dibelakangku, Taehyung. Kalau begitu silahkan bermain dan akhiri hubungan ini disini, aku mencintaimu, sungguh. Tapi demi apapun aku juga lelah."

"Maka dengan lantang aku akan mengatakan bahwa aku juga mencintaimu dan tidak akan pernah melepaskanmu."

Jihan menyugar surainya kasar, membalik diri dan mengerang sembari mengusap air matanya, "Kalau begitu apa yang kau inginkan, Kim. Ku tanya sekali lagi?"

Taehyung menghela napas kemudian berdiri untuk meraih bahu wanita Shin itu, "Tenangkan dirimu, Ji. Hanya kau, satu-satunya. Tidak ada wanita lain, tolong jangan dengarkan apa yang orang lain katakan. Hal buruk terjadi karena pikiran kita yang tidak pernah digunakan untuk memikirkan hal-hal baik."

"Aku memang berengsek, ku akui bahwa aku memang gemar bermain dengan banyak wanita. Dulu, sebelum bertemu dirimu. Tetapi sekarang percayalah, bahwa hanya kau. Tidak ada wanita menarik selain dirimu dimataku, Ji. Jadi, kumohon hapus pikiran burukmu tentangku, hmm?"

Ucap Taehyung panjang lebar, menjelaskan dengan serius dan tegas kepada Jihan bahawa ia telah perlahan membuang sifat buruknya demi wanita di hadapannya itu.

"Aku serius denganmu, Ji." Sambung Taehyung dengan wajah serius tercetak jelas disana, "Tidak ada gunanya terus bertengkar seperti ini. Kau tahu, semakin kau marah dan berpikiran buruk tentangku aku semakin gencar untuk memilikimu seutuhnya, Ji. Seserius itu."

Kalimat Taehyung berakhir kala Jihan memilih mengalah untuk memeluk pria itu, pria yang tidak sengaja ia temui ditempat ia bekerja sebagai pria yang mengantar galon untuk minum para karyawan beberapa bulan lalu.

Terkesan singkat pertemuan keduanya, sebab Taehyung yang terus mengejar Jihan dengan mengatakan bahwa ia menyukai gadis itu teramat sangat tanpa terkecuali.

Tanpa Taehyung sadari ada sebuah rintangan yang belum ia ketahui di depan sana, orang tua Jihan.

🌙🌙🌙

Jihan membuka pintu dan langsung disambut oleh presensi sang ibu dengan tangan bersidekap di depan dada yang tengah menunggunya tidak jauh dari tempat ia berdiri, "Kau sering pulang larut akhir-akhir ini, Ji. Apa di tempatmu bekerja tengah mengalami masalah?"

Si gadis Shin menarik sebelah sudut bibirnya, menyurai rambut lalu menyahut, "Begitulah, bukankah setiap tahun akan selalu seperti ini. Seharusnya ibu paham akan hal-hal kecil seperti itu." Jawab Jihan santai, sedangkan sang ibu sedikit terkejut diatas pijakannya mendengar jawaban sang putri semata wayang.

"Kau tidak sedang berkencan dengan seorang pria 'kan Shin Jihan?" Wanita berusia duapuluh tiga tahun itu menghentikan langkah saat akan menaiki anak tangga, otaknya secara otomatis memproses wajah Taehyung. Bagaimana pria itu tersenyum kearahnya dan melakukan hal-hal konyol untuk membuatnya berhenti merajuk.

"Ji," panggil sang ibu lagi dan Jihan sontak menoleh untuk melengkungkan kurva senyum di bibirnya, lantas menjawab pertanyaan wanita paruh baya itu, "Aku tidak tertarik dengan pria manapun."

"Kecuali si bajingan Kim  Taehyung," sambung Jihan dalam hati, kemudian kembali melangkah untuk meninggalkan presensi sang ibu yang tengah tersenyum mendengar jawaban tegas dari Jihan bahwa ia tidak tertarik dengan pria manapun.

Jihan melepas jas crop top miliknya, meleparkannya asal kemudan meraih ponsel yang berada di dalam tas guna menghubungi sang pria bahwa ia telah sampai di rumah. Satu panggilan berhasil Taehyung lewatkan membuat Jihan menghambuskan napas besar kemudian memilih untuk membuka room chat dan mengetik sesuatu disana, "Aku sudah sampai dan akan mandi terlebih dahulu," dan kemudian meletakkan ponselnya pada ranjang setelah menyambungkan pengisi daya miliknya.

Mengambil handuk dan baju tidur yang akan ia gunakan malam ini, Jihan berjingkat kaget saat dering ponselnya tiba-tiba memenuhi rungu.

Sebuah panggilan video masuk dari Taehyung dan Jihan lekas menekan ikon hijau dan menariknya keatas guna menjawab panggilan dari sang kekasih, "Aku ikut," kata Taehyung tiba-tiba sukses membuat kerutan pada dahi Jihan terlihat jelas.

"Ikut kemana?" Tanya gadis Shin tersebut, "Ikut kau mandi, tentu saja!" Jawab Taehyung semangat dengan cengiran khas pria itu.

"Kau gila, tidak! Sudah aku ingin mandi, matikan teleponnya!" Bentak Jihan dengan kedua mata membulat sempurna.

"Ji, ayolah. Hanya ikut mandi, tidak meminta apapun yang lebih dari itu, hmm."

"Sekali tidak ya tidak, Kim. Aku bukan jalang pribadimu yang bisa kau perintahkan ini itu untuk memuaskan hasratmu!!"

"Oke baiklah, lagipula aku hanya menggodamu. Memangnya apa yang mau dilihat, dada saja tidak punya." Kekehan Taehyung terdengar jelas memasuki rongga pendengaran Jihan dan seketika gadis kelahiran tahun dua ribu itu membuka mulut tidak percaya.

"Dasar bajingan keparat!!" Umpat Jihan lantas menekan ikon merah untuk memutus panggilan.

Shin Jihan mengabaikan panggilan Taehyung setelah gadis itu memutus panggilan secara sepihak, terus berjalan kearah kamar mandi tanpa gentar untuk kembali meraih ponselnya yang meraung-raung diatas ranjang.

***

PlayHer
-Revisi, 24 Okttober 2024

PlayHer [ M ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang