Licik? Ya, tepat sekali. Itulah Elsa.Gadis itu telah merencanakan sesuatu sejak pagi hari. Amarah yang mendominasi dirinya menyebabkan Elsa berpikiran negatif. Tak peduli konsekuensi ke depannya.
Yang saat itu memenuhi benaknya ialah bagaimana membalaskan perbuatan Saka padanya kemarin.
Elsa tak ingin gegabah. Ia akan bertindak secara mulus. Tahap awalnya adalah membawa lelaki bertubuh jangkung itu ke dalam lingkaran hitamnya tempat dirinya melepaskan stres yaitu club malam.
Di sana, Elsa akan mempermainkan Saka terlebih dahulu dan menguji. Apakah lelaki itu akan tahan dengannya atau tidak. Kini Elsa tengah duduk di kursi meja bar bersama Saka yang telah ia dandani lebih baik dari tampilan aslinya.
Mengenakan kemeja putih tulang yang dimasukkan ke dalam celana chino tanpa dilapisi apapun dan dua kancing teratas dari kemeja tersebut dibiarkan terbuka memperlihatkan sedikit dada bidang Saka. Serta dipadukan dengan sepatu Sneakers berwarna senada.
Namun, Elsa sedikit kesal dengan lelaki itu. Saka enggan melepaskan kacamatanya barang sedetik pun.
Elsa nyaris terpesona akan tampilan Saka saat ini. Tubuh proposionalnya nampak lebih menawan jika dibaluti pakaian seperti itu. Akan tetapi, gadis itu mengubur dalam pikiran anehnya mengenai lelaki di sebelahnya yang sedari awal datang hanya membungkam.
Elsa menyampingkan tubuh mungilnya yang berbalut mini dress berwarna hitam simple dengan model off shoulder pada bagian bahu sebelah kirinya, ke arah Saka.
Sejujurnya, Elsa masih merasa sedikit cemas berdekatan dengan lelaki berkulit putih pucat ini, tetapi Elsa harus bersikap sewajarnya. Demi kelancaran rencananya.
"Santai aja kali. Gue gak akan jual lo ke tante girang." Saka menelan ludahnya susah payah. Bukan itu yang sedari tadi menganggu pikirannya. Lelaki bergigi taring ini khawatir jika Elsa akan memaksanya meminum minuman keras yang tersedia di sana.
Karena Saka bukan lelaki peminum.
Ide jahil terlintas di benak Elsa. Sepertinya lucu kalau menggoda Saka. Tanpa aba-aba, kedua tangannya menarik tangkai kacamata yang bertengger di telinga Saka, lalu menyimpan benda itu di dekapan tangannya.
Sontak Saka terperanjat akibat perlakuan itu. Lelaki itu ingin memprotes meminta kacamatanya untuk segera dikembalikan. Namun begitu matanya menangkap postur tubuh mungil Elsa yang tak sempat dilihatnya sejak awal. Saka membeku.
Seperti merasakan sesuatu yang mengalir deras di tubuhnya, tetapi ia merasa panas.
Kaki jenjang kurus Elsa yang menyilang di depannya memperlihatkan paha mulus yang pernah tersentuh olehnya secara tak sengaja. Ah sialan, kenapa itu terlintas di pikirannya.
Elsa, lo pasti bisa bikin Saka kacau sekacau-kacaunya. Lawan rasa takut lo! Kalau lo bertindak cepet pasti lebih baik, batin Elsa.
Setelah menenangkan dirinya di dalam hati. Elsa mulai mencondongkan tubuhnya ke arah Saka yang senantiasa mempertahankan posisinya yaitu bergeming.
Berhasil meletakkan kacamata lelaki itu yang sedari tadi berada di genggamannya ke atas meja bar. Kedua tangan kurus Elsa menjalar di antara sisi tubuh Saka guna menahan beban tubuhnya dengan menekan kursi bar yang sedang Saka duduki. Singkatnya, Elsa mengurung tubuh tinggi Saka dengan kedua tangan kecilnya.
Rasanya, Elsa ingin tertawa mengetahui fakta jika sekarang Saka tengah menahan napasnya.
Pasti lelaki itu dapat melihat secara jelas belahan dadanya yang terekspos dengan posisi yang ambigu ini lantaran Elsa menangkap kedua bola mata lelaki sialan itu mencuri pandang ke arah dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELSAKA ✓
Teen FictionTumbuh menjadi gadis yang nakal, temperamental, dan keras kepala itulah sosok Elsa Rubyiel. Gadis dengan sejuta pesona yang membenci ketika dirinya tersentuh oleh seorang lelaki barang seinci pun, terutama Saka. Namun, Elsa gemar menindasnya di seko...