"Lihat awan abu yang menggumul itu!"
Perlahan sorot tajam itu memudar
Iris kelamnya berubah menjadi sendu
Nafasnya menjadi semakin terburu-buru
"Kamu pucat,"
Deskripsi apapun tidak akan tepat untuknya
Gelap matanya telah menutup seluruh jendela di hatinya
Gelegar petir menyambar kewarasannya
Memporakporandakan seluruh pertahanannya
Namun, sekejap ia tergugah menilik mata indah di sampingnya
"Retaknya di sebelah mana?"
Mungkin pelukkan akan membangun kembali segalanya yang runtuh
"Sudah kamu perbaiki. Terima kasih"
"Kamu kenapa peluk saya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Novemberku Bersama Hujan Kelabu
Short StoryMengapa diriku tidak menampik semua rasa sukaku terhadapmu? Meski setiap diriku meyakinkan bahwa kau juga sama menyukaiku, aku tetap merasa tak berada pada posisi itu. Diammu membuatku ragu, Apakah diriku berarti untukmu? Atau diriku tak pantas ber...