Ladang gandum seluas 4 hektar itu sedang menjadi tempat bersemayam seorang gadis cantik rupawan berambut putih. Ia sedang menyeruput secangkir teh hangat sembari menikmati indahnya pemandangan matahari tenggelam. Dibukanya buku berwarna biru untuk menuliskan curahan hatinya.
Teruntuk matahari,
Bak pelita dalam diri
Layaknya dia,
Sang tuan pemberi rasa,
Semesta selalu memiliki cara tak terduga,
Untuk menyatukan makhluk ciptaannya,
Bahkan bulan dan matahari
Bisa di pertemukan oleh peristiwa gerhana,
Karena itu aku yakin
Sejauh apapun jarak dua insana
Semesta akan mempertemukan kita,
Disuatu peristiwa tak terduga"Ran!"
Gadis itu menoleh, seorang lelaki telah memanggilnya. Ia menutup buku, dan segera menghampiri laki-laki itu.
Laki-laki itu dengan wajah berseri menyembunyikan sesuatu dibalik punggungnya.
"Kau menyembunyikan apa?" tanya gadis itu penasaran.
Laki-laki itu mengeluarkan kedua tangannya, ternyata ia membawa apel dan sebuket bunga anyelir.
"Untukmu" celetuk laki-laki itu dengan nyengir.
Pupil matanya membesar. Sang gadis dengan cekatan mengambil apel dan karangan bunga.
"darimana kau mendapatkan bunga ini? bukannya ini berasal dari mediterania?" tanya sang gadis.
"Apa sih, yang tidak kulakukan untukmu?" jawab laki-laki dengan menyeringai.
"Alah gombal pasaran.." merah merona muncul di pipinya, untuk menutupi malunya sang gadis melahap apel dengan rakus.
Laki-laki itu tersenyum manis melihat betapa rakusnya gadis itu makan.
"Hei, siapa yang mengajarimu makan sambil berdiri. Ayo duduk!" Laki-laki itu menegurnya.
Kemudian mereka berdua duduk di kursi tua didepan rumah. suasanamya begitu indah, angin kencang membuat ladang gandum bergoyang, mega merah dari sunset, serta rumah sederhana bernuansa pedesaan.
"Kau tahu El? setiap hari aku selalu menunggumu untuk pulang. Iya aku rindu, besok-besok pulanglah lebih awal agar rinduku ini segera terobati" oceh sang gadis.
Mata laki-laki itu berbinar, dan mengeluarkan air mata, tak kuasa menahan tangisan. Dengan cepat laki-laki itu mengusap pipinya. agar tak terlihat oleh sang gadis.
"Kau kenapa menangis" usaha laki-laki tersebut gagal untuk menyembunyikan tangisannya.
"Tidak, aku menangis karena bahagia. Memiliki seseorang sepertimu"
Gadis itu tersenyum dan memandang ke arah matahari tenggelam.
"Rani, aku punya kejutan untukmu"
"Benarkah? apa itu!?"
"Tapi aku punya syarat, kau tidak boleh membuka matamu sebelum aku menyuruhnya, janji?"
"Janji"
Gadis itu mengangguk, dan menutup kedua matanya sampai laki-laki itu menyuruhnya.
"Dor!"
*PROLOGUE END*
KAMU SEDANG MEMBACA
teen mafia
Teen Fictionaku tidak mengatakan jatuh cinta, aku membuktikannya -Zekiel Marmocchio Bagaimana kau bilang kau mencintai hujan, padahal kau menggunakan payung untuk melihatnya -Putra Ayden Arkana