pintu.

45 6 0
                                    

"Lo suka lukisan Dora Maar au Chat ya?"

Semenjak pertanyaan tentang Dora Maar au Chat dilontarkan kepadanya, Rou sama sekali tidak bisa fokus pada pelajaran. Terlebih lagi selama empat belas tahun hidupnya, Rou tidak pernah memalingkan fokusnya ketika mata pelajaran ekonomi berlangsung.

Darimana dia tahu lukisan Dora Maar au Chat? Oke, mungkin saja dia pernah baca tentang lukisan di suatu artikel atau buku pelajaran, banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Masalahnya, cowok berambut hitam itu bukan tipe orang yang suka membaca buku seni!

KRIIIING

Bel istirahat berbunyi, otomoatis mengundang teriakan dari seluruh murid. Setelah Bu Keyla menutup pelajaran dan berjalan keluar dari kelas, murid-murid pun melesat ke kantin, tidak ingin kehabisan kentang goreng spesial yang kabarnya seenak kentang yang kamu beli di restoran pada umumnya.

Yah, tentu saja sebenarnya tidak seluruh murid pergi ke kantin. Rou, contohnya. Dia punya tiga alasan mengapa dia tidak pergi ke kantin. Pertama, dimana itu kantin? Sejak pertama kali dirinya menginjakkan kaki di sekolah ini, Rou tidak tahu dimana itu kantin. Lagipula, dia terlalu malas untuk menggerakkan kakinya saat ini. Kedua, kalian ingat kan bagaimana murid-muridnya langsung melesat ke kantin ketika pelajaran usai? Pintar. Ya, artinya kantin saat ini sedang ramai. Terakhir, si penanya lukisan Dora Maar au Chat juga ternyata tidak pergi ke kantin. Dia sedang sibuk mengobrol dengan murid lain di ambang pintu. Mengobrol soal tugas, mungkin? Entahlah, yang jelas mereka terlihat dekat.  Nah, sekarang si penanya lukisan Dora Maar au Chat sepertinya sudah selesai mengobrol dan kembali masuk kelas. Si penanya lukisan itu mulai berjalan ke bangku belakang, ke bangku yang Rou tempati saat ini.

Tunggu, apa?

"Ngeliatin gua terus nih, gua cakep banget di mata lo apa gimana?" ucapnya sambil duduk di bangku Gwen, teman sebangku Rou.

"Gak ngeliatin" ucap Rou meskipun jelas-jelas dia memperhatikan si rambut hitam. Nametag bertuliskan Deva Abqary sedikit berkilau terkena cahaya yang menerobos masuk jendela kelas, tersemat dengan rapi di rompi si rambut hitam. "Nama lo bagus"

Deva tertawa "Basa basi lo payah banget, to the point aja, lo pasti pengen nanya kan kenapa gua bisa tau lukisan kesukaan lu?"

Deva pun merogoh saku celananya, mengeluarkan sebuah benda kecil dari genggaman tangannya. Gantungan kunci. Gantungan kunci dengan lukisan Dora Maar au Chat. "Temen gua yang nemuin tadi pagi, di deket ruang guru, katanya tadi dia sempet nyusul lo tapi keburu kecegat DK. Dia liat lo jalan ke kelas ini jadi dititipin ke gua"

Rou menghela nafas dramatis, lalu mengambil gantungan kuncinya. "Padahal tadi gua udah berharap lo punya interest in paintings"

"Sori tapi interest gua lebih ke Simu Liu"

Rou tertawa, "Yang bener? Bukan sama yang tadi ngobrol di ambang pintu?"

"Hah?"

"Ngga, gua kira lo naksir sama cowo yang tadi" ucap Rou sambil mengambil botol minum dari tas-nya. Tenggorokannya mulai haus karena tertawa.

"Ya emang, orang yang tadi itu pacar gua"

Dalam hitungan kurang dari dua detik, Rou langsung tersedak mendengar jawaban dari Deva.

Anjing, kok jadi beneran?




Deva Abqary

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deva Abqary

DK = Dewan Keamanan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

when it started with art, music, and paintingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang