Teriakan-teriakan suara kasar bergemuruh kacau, ringkikan suara kaki kuda yang berlarian cepat, pedang yang saling beradu satu sama lain.
Tanah tandus tanpa udara dingin terlihat panas membara penuh dengan hempasan-hempasan pasir-pasir kecil yang membentuk badai kecil akibat hentakan kaki-kaki manusia serta pacuan kuda yang berlarian.
Kacau.
Tanah tandus yang hampir sebagian berisikan pasir panas itu, kini telah basah oleh darah-darah manusia yang mati dalam perang.
"TERUSSS SERANGGGG !!!", teriak keras sosok berjubah perang yang sebagian tubuhnya kini terlihat banyak bekas darah.
Gemuruh teriakan para prajurit yang kembali semangat ketika mendengar perintah jenderal mereka semakin keras dan brutal, sekumpulan prajurit itu bergerak liar berlari menerjanh musuh didepan mereka.
Tusukan tombak, hingga tebasan-tebasan pedang tajam yang saling membanting dan memotong tubuh didepan mereka disusul dengan decitan suara anak panah dari kejauhan.
Ribuan anak-anak panah yang turun dengan cepat menancap cepat ditubuh-tubuh para prajurit dibawahnya.
Genangan darah semakin banyak membasahi daratan itu yang kini sebagian besar wilayahnya telah penuh dengan banyak tumpukan mayat-mayat para prajurit.
Disisi lain, kini di luar benteng kerajaan besar terlihat beberapa ribu pasukan lain tengah bersiap menyerbu masuk kedalam benteng besar itu.
"Pangeran, apakah anda yakin ??", tanya seorang laki-laki disebelah sosok yang ia panggil pangerang itu.
"Apa yang perlu kau ragukan", ucapnya dingin.
"Maju", desisnya.
Lelaki yang kini berada diatas kuda hitam tunggangannya bisa merasakan getaran tanah dibawahnya yang menandakan bahwa prajuritnya telah memenenangkan pertempuran di wilayah perbatasan antara keempat kerajaan.
Deru ribuan tapak kaki kuda yang berlarian mengejar kelompok pasukan didepan mereka kini telah saling berbaur satu sama lain.
.
.
.
.
.
.
"YANG MULIAA.... YANG MULIAA", panggil seorang kasim yang berlarian menuju ruang pertemuan istana.
Pintu besar didepannya, kasim itu buka dengan sekuat tenaganya tapi pemandangan didepannya cukup membuat kasim itu berkeringat dingin.
"LANCANGG !!!", bentak raja itu murka.
"Yang mulia~~", ucap manja para gadis-gadis penghibur disekeliling raja yang kaget atas teriakan lelaki tua itu.
"Hahahaha... para gadis ku tidak perlu takut pada raja ini, biarkan kasim itu yang akan ku pancung diatas dinding istana", ucap raja itu sembari tersenyum mesum pada salah sati gadis penghibur disebelahnya.
"Apa yang ingin kau sampaikan ?!!", desis raja itu dingin.
"Jika itu hal berguna, nyawa mu akan raja ini ampuni", ucapnya lagi.
"Ampuniiii nyawaa hambaaa, yang muliaaa", ucap cepat kasim itu yang bersujud di bawah kaki rajanya, tapi dengan kejam raja itu menendang kepala bawahannya.
"Jenderal... jenderal ah tidak pangeran kejam itu telah mengepung benteng istana yang muliaaaa", ucap kasim itu, ia terligat meringis menahan rasa sakit di kepalanya yang kini mengucurkan darah.
"APA !!!!", ucap kaget raja tua itu. Ia langsung berdiri dengan panik meninggalkan para wanita penghibur dibelakangnya.
"Yang muliaa, yang muliaa, apa yang akan anda perintahkan, yang muliaa, yang muliaa", panggil kasim itu ketakutan begitu juga para wanita penghibur dibelakang tubuhnya.
Mereka seakan menyadari bahwa raja mereka kini hanya lebih mementingkan nyawanya sendiri ketimbang berperang membela rakyatnya.
Setelah kepergian rajanya, kasim itu berlari keluar dari dalam ruangan itu menuju keluar istana.
"Komandan, komandan, raja melarikan diri, raja melarikan diriiii", ucap kasim itu. Suaranya yang keras cukup membuat sebagian rakyat yang telah masuk kedalam kawasan taman depan istana bergemuruh ketakutan.
"Apa yang harus kita lakukan ???...",
"Raja berkhianat !!",
"Anakku, anakku, kau harus hidup demi ibu dan ayahmu",
"Raja bedebahh !!",
Begitu banyak ucapan caci maki dan suara-suara para wanita yang ketakutan karena hal yang telah raja perbuat serta kematian yang ada didepan mata mereka.
Disisi lain, mereka bisa mendengar suara getaran keras dari pintu gerbang benteng yang mungkin kini tengah di buka paksa oleh para pasukan di luar sana.
Tangisan anak-anak kecil mulao pecah, keadaan didalam tempat itu semakin kacau. Beberapa prajurit yang tersisa terlihat berkumpul melindungi para wanita dan anak-anak kecil serta beberapa penduduk lainnya.
"Jenderal, apa yang harus kita lakukan ??", tanya komandan pasukan.
Sosok lelaki tua yang dipanggil jenderal itu terlihat diam. Wajahnya yang tua terlihat tengah memikirkan sesuatu hingga suara seorang wanita mengalihkan perhatiannya.
"Apa yang kau lakukan disini ?!!", ucap lelaki tua itu tajam.
"Fuqin, Fuqin, kita harus melarikan diri", ucap gadis remaja itu panik.
"Tak ada waktu jika kita melarikan diri", ucap jenderal yang ternyata ayah dari gadis remaja itu, dari suaranya lelaki tua itu terlihat lelah.
"TIDAK !!... kita masih mempunyai jalan Fuqin, semakin cepat semakin baik", ucap gadis remaja itu semakin panik.
Getaran dari pintu gerbang semakin terdengar nyaring, dan beberapa penduduk yang mendengar ucapan gadis remaja itu langsung bergegas pergi menuju ketempat mereka.
"Kumohon, nona muda, bawa kami, kami mohonn, nona muda, kami mohon", ucap beberapa orang yang kini tengah berharap-harap cemas.
"Kau putri selir !!... apa yang kau ucapkan !!", bentak seorang wanita bangsawan pada gadis remaja itu yang beringsut mundur.
Seluruh orang ditempat itu terdiam. Mereka yang sebagian bangsawan dikota itu kini tengah mengangkat tinggi dagu mereka, tak ingin bergabung dalam rencana konyol putri selir rendahan itu. Tapi, berbeda dengan beberapa rakyat bawah yang kini berharap-harap cemas.
Gadis remaja itu terlihat menghela nafas dari balik setengah kain penutup wajahnya.
"Maafkan, nona muda dari keturunan rendah ini tapi bukankah kalian juga secara tidak langsung telah menghina garis keturunan dari kediaman jenderal ?? Dan lagi nona muda ini tidak memaksakan dari kalian untuk mengikuti", ucap gadis itu lembut, suaranya yang muda dan langkanya sangat jernih terdengar segar ditelinga.
Lagi. Beberapa bangsawan yang tadinya menghina garis keturunan gadis itu terdiam. Mereka menatap jenderal disebelah gadis remaja itu dengan pandangan takut-takut.
"Biarkan masalah ini", ucap jenderal itu.
"Dimana Furen dan Nuwa ?", tanya jenderal itu lagi.
"Maafkan hamba tuan, nyonya dan para nona muda berada didalam kereta", ucap seorang pelayan disamping gadis remaja itu.
"Bawa mereka turun dan ikuti ying yue, tempat beberapa penjaga disekitar mereka, dan aku akan menyusul setelahnya", ucap cepat jenderal itu.
"Dan lagi kau, jika terjadi sesuatu yang memalukan jenderal ini akan memenggalmu saat itu juga", ucap jenderal itu dingin.
Gadis remaja yang dipanggil ying yue hanya bisa terdiam ditempat melihat bagaimana perlakuan ayah kandungnya. Semenjak ia bisa mengingat, yang berada diingatannya hanyalah para pelayan tua yang merawatnya dari kecil. Pakaian dan apa yang ia terima pun tak bisa jika dibandingkan oleh para saudari-saudarinya dapatkan.
Ia sendiri tak tahu siapa ibunya, dan bagaimana wajah ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Engraving Sacrifice Of Eternal Love Three Lives Worlds
Fantasy"Walaupun harus menunggu ribuan tahun keabadian, mencari di tiga alam, tiga kehidupan, atau di dalam ribuan dimensi, aku akan tetap memeluk erat jiwa dan tubuhmu... jatuh keneraka kesengsaraan sekalipun, aku akan tetap datang memeluk abumu" "Kenanga...