8) Lost?

3.2K 80 10
                                    

Selamat malam semuanya :) , maaf saya baru muncul saat ini karena kesibukan yang tidak bisa ditunda. Tapi saya bersyukur karena teman-teman semua memberi support untu saya melalui vote dan comment, kalian semua membuat saya terharu. Sekali lagi terimakasih untuk para readers yang masih setia dengan Photographer and I , dan ini saya persembahkan untuk kalian :) :D

......................

Olin POV

Saat ini aku sedang duduk didepan cermin ruang make over dengan seorang perias transgender yang mengutak-atik rambutku. Aku sebut transgender karena sebenarnya dia itu laki-laki, tapi berdandan layaknya seorang wanita yang sangat cantik. Aku saja kalah.

"Rambut lo halus seperti sutera, mudah ditata" sejak tadi pujian itu memang ia lontarkan. Membuatku tersenyum.

"Beneran?" kini aku menanggapinya.

"Iya" ia merapihkan rambutku yang selesai ia ikat. "Oke, sekarang gantian wajahnya yang dipoles" lanjutnya dengan gaya manis manja yang membuatku ingin muntah karena sebenarnya suara dia, sebut saja Aira, yang seperti monster saking gedenya. Aken bilang nama asli Aira itu Raka, tapi dia marah kalau dipanggil dengan nama aslinya. Sebenarnya Aira itu ganteng, cuma entah kena setan dari mana dia berubah menjadi waria begini. Karena profesi mungkin ya.

"Mukanya polos banget kayak bayi" ujarnya sambil memolesku. Aku hanya tersenyum menanggapinya. "Gemes deh...lo kayak boneka barbie dikamar gue"

"Jangan berlebihan" sahutku.

"Eh, beneran. Coba deh ngaca" ia memutar bahuku menghadap kaca. Dalam pantulan kaca aku melihat seorang dewi. Oh God! Itu aku.

"I-ini..." aku meraba pipiku sendiri, hampir tak percaya dengan apa yang aku lihat. Dan yang tercermin didalam kaca itu memang bayangan diriku.

"Oke cantik, sekarang kita keruang ganti" aku berhenti mengagumi diriku sendiri ketika Aira menyeretku menuju ruang ganti. Aku cukup tersentak ketika ia ikut masuk kedalam ruang ganti.

"Kenapa ikut masuk?" tanyaku padanya yang saat ini memegang gaun kasual berwarna hitam yang mungkin akan kupakai nanti.

"Lo nggak bakalan bisa make sandiri, jadi gue bantuin. Ayo cepet buka bajunya"

God!

Aku melotot. Aku tau kalau dia ini melenceng, tapi sejatinya dia itu tetap pria dan aku wanita. Jika aku membuka pakaian didepannya, sama saja aku memperlihatkan tubuhku pada seorang pria.

"Aku minta tolong perias yang lainnya aja" usulku. Mungkin ini alternatif paling mudah.

Ia berdecak. "Yang lain juga sibuk, udahlah cantik cepetan. Nanti Riana marah loh kalo lama-lama"

Dia benar juga, yang lain pasti juga lagi sibuk. "Tapi..."

"Lo malu ya? Kita sama-sama cewek, jadi nggak usah malu" Aira mengedipkan sebelah matanya. Sungguh, aku ingin muntah saat ini juga karena mendengar perkataannya yang dibuat semanis mungkin.

"Oke deh" ini terpaksa, kalo aja Aira ini cowok normal aku juga nggak mungkin nglakuin ini walau dipaksa sekalipun. Ya, untung aja dia cewek yang terperangkap didalam tubuh seorang cowok.

Setelah aku menanggalkan pakaianku dan menyisakan pakaian dalamku ia segera memakaikan gaun warna hitam itu ketubuhku. Walau aku harus melepas bra juga karena gaun ini berbentuk kemben, aku bisa bernafas lega karena Aira memang ditakdirkan untuk menjadi wanita. Karena matanya tak memancarkan nafsu ketika melihat tubuhku yang hampir telanjang tadinya.

"Lo cantik banget kayak ratu"

Aku percaya kata-katanya, karena yang aku lihat pada cermin adalah sosok wanita yang sangat cantik, dan itu aku. Aku hampir tak percaya jika bayangan didalam cermin itu adalah aku.

Photographer and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang