Mengabaikan hal tersebut, pada akhirnya mereka ikut turun ke lantai bawah. Menemui siapa yang mencoba menemui dia.
Sewaktu menatap siapa yang menemuinya, sejenak terdiam. Dia terlalu sulit mencernanya. Namun, yang pasti dalam pemikiran ia mengenali sosok tersebut.
"Halo, Tengenji-san. Kita bertemu lagi," ujar seseorang itu.
Dia mulai memperlihatkan wujud wajahnya, dari balik masker juga kacamata hitam. Menangkap figur yang tidak asing bagi matanya, entah mengapa ia langsung percaya diri untuk menebak.
Berkedut lantaran masih memproses apa yang sedang terjadi, pada malam hari ini. Sangat aneh, bukan?
Menghela napas kasar seraya mulai menerka, "Kau itu yang dulu, 'kan?" tanyanya.
Bukannya dijawab, malah berakhir tertawa pelan. Hingga barulah kata-kata terdengar lagi dari mulut figur itu. "Tentu saja, itu adalah diriku. Masih setega itu melupakanku, haha."
Merasa terusik kenyamanan milik ia, entah mengapa perasaannya benar-benar menebak dengan jelas fakta itu. "Heh? Rakyat jelata sepertimu berbicara seperti itu," ujar Tengenji lagi.
Merasakan sedikit keanehan, namun teman Tengenji mulai menebaknya. Tiada yang tahu, ternyata tim Hiiragi juga ikutan melihat kejadian tersebut.
"Tengenji-kun? Jangan berbicara seperti itu," sahut Nayuki masih tetap berada di sampingnya Tengenji.
Berjaga-jaga siapa tahu akan emosi lagi, meski pada akhirnya Kuga ataupun Tsukigami yang turun tangan.
Hoshitani juga rekan satu timnya tapi mungkin, malah akan terjadi sesuatu yang lebih menggelegar. Jadi lebih baik, tidak untuk sekarang.
"Kon'nichiwa, [Last Name]-senpai. Apakah dirimu berkunjung untuk mengajak latihan adikmu dengan dia?"
Tunggu, sejak kapan tim Sazanami, Kitahara Ren dan Nanjo Koki mengikuti mereka? Sedikit kedengaran aneh, namun seseorang menyeletuk perkataan dari Nanjo.
Suara tersebut mengintrupeksi dari seorang lelaki surai cokelat tua. "Kakaknya? Tunggu, Nanjo-kun kenapa bisa mengenalinya?"
"Ada-ada saja, latihan dengannya? Maaf, aku tidak sudi." Tidak sekarang berbeda lagi, melainkan seorang gadis tiba-tiba saja datang.
Baru saja yang diduga sebagai kakak ingin menjawab, ternyata adiknya telah memotong pembicaraan mereka.
"Ehem, kalian kenapa masih berada di luar?"
Lagi-lagi, seseorang muncul sangat mendadak, mengacaukan apa yang ingin dikatakan oleh si lelaki baru saja datang itu.
"Uwah! Uozumi-san, Haruto-san?" Sudah dikagetkan pula, akhirnya perkataan tersebut dipekikkan oleh si lelaki surai cokelat, Hoshitani.
Melirik ke arah siapa yang berada di sana, entah kenapa menghela napas dianya. "Kenapa kalian berdua datang malam-malam seperti ini?" tegur si lelaki baru saja datang itu.
Baiklah, mereka kaget bukan main. Terlebih Tengenji sendiri, ternyata yang mengejeknya itu mungkin saja cukup terkenal sampai dikenali oleh senpai-nya.
"Mau bagaimana lagi, karena kami sempat kehilangan kontak komunikasi. Jadi kebetulan adikku ternyata memiliki urusan pribadi, terhadap Tengenji-san."
Memberikan penjelasan, entah mengapa Tengenji lagi-lagi tidak merespon dahulu. Faktanya, mungkin saja kontak komunikasi yang dimaksud dengan ayahnya, begitu.
Terlepas dari semua hal tersebut, mengapa ada suatu hal yang mengacaukan komunikasi antara mereka? Itu sedikit menjadi pemikiran dari Tengenji.
Apakah keterampilan mereka masing-masing telah berkembang dengan sempurna? Tiada yang tahu akan hal itu. Tetapi yang pasti, mungkin itulah yang menjadi tujuan si lelaki.
"Maaf, apa yang sedang kalian bicarakan?"
Mari lupakan sejenak, akibat ada seseorang yang akhirnya bertanya demikian. Merusak suasana ketegangan saja, huh?
Memijat kening kasar, pada akhirnya melupakan tujuan utama. "Singkat cerita, mereka- tidak, [Name] dan Tengenji akan latihan bersama."
Hal tersebut, tentu saja akan ditentang oleh Tengenji juga [Name]. Bagaimana bisa mereka akan menerima perlakuan tersebut, hanya karena terjadi sesuatu perkara?
Yang tadinya dipanggil sebagai Haruto, sedikit tertawa. "Sepertinya keputusanmu ditolak mentah-mentah, Uozumi."
Mendecih kesal, sosok lelaki yang merupakan rekannya satu ini, kenapa sering sekali menggoda dia? Sangat-sangat menyebalkan, jika ditanyai apa kesan dari figur tersebut.
"Oi, Haru!"
"Tapi sejujurnya, hal ini sudah pernah dibahas kedua belah pihak keluarga. Berlatihlah bersama, ketika ada waktu senggang."
Haruto memperjelas maksud perkataan dari Uozumi, yang menandakan diri berada dalam kondisi mungkin saja sedang serius.
"Menyebalkan," cibir [Name].
"Huh, dasar."
Entah mengapa mereka malah tersenyum. Ternyata pada akhirnya mereka menyetujui hal tersebut. Masalah keterampilan juga kemampuan mereka bisa perlahan mekar, mungkin saja keduanya memiliki keahlian yang sama.
Tapi, sepertinya lumayan aneh bukan? Mengapa malah ada persetujuan dibalik itu semua? Lantas mengapa, malah jadi akrab seperti ini. Eh? Tunggu, itu tidak mungkin 'kan?
Pemikiran tersebut berasal dari mereka yang mulai mencari tahu makna, akan perlakuan aneh mereka. Tiba-tiba saja akrab, juga tiba-tiba berselisih pendapat.
Pada dasarnya, keterampilan memang bukan juga sesuatu yang dapat dibanggakan. Jika, pada akhirnya komunikasi memang berakhir berantakan. Malah berubah menjadi seperti ini.
Perlahan, tapi pasti. Setiap rangkaian bunga yang kuncup tak mungkin tidak akan mekar. Karena itulah, makna lain dari percobaan belaka.
Bahkan senyuman mulai menghiasi wajah mereka. Walau sering kali bersikap tak mau kalah. Kendati dengan ending yang aneh, ini merupakan sesuatu yang terlalu cepat, 'kan?
Suasana saat ini, memanglah tak canggung ataupun seperti bara api pertarungan. Ada salju yang cukup dingin, terkadang menghiasi sekitar mereka. Demi memadamkan amarah seketika.
"Persetujuan aneh!"
End
Yah, aneh lagi. Serius, maafkan aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOMING! Tengenji Kakeru. ✓
FanfictionKeterampilan dari pemuda bangsawan itu, tak pernah diragukan lagi. Sudah pada dasarnya, dia menjelaskan bahwa semenjak kecil diberikan latihan neraka. Terlepas dari semua hal tersebut, ada suatu hal yang mengacaukan komunikasi tak langsung antara me...