Semuanya terjad begitu saja. Ingatan tentang bagaimana dia memperlakukanku dengan kejam terus berputar di pikiranku. Dia memang suamiku dan berhak melakukan apa saja padaku. Tapi bisakah dia menghargaiku sebagai istrinya.
Kutelusuri jalan ini dengan perlahan berharap aku tidak cepat sampai dirumah. Sebnarnya aku tak ingin pulang. Tapi statusku yang masih istrinya mengharuskanku pulang. Tak terasa aku berdiri didepan rumah kami. Dengan perasaan tak menentu aku membuka pintu rumah berharap Aga tak ada didalamnya.
"Baru pulang" suara dingin khas Aga seketika membuatku takut. Takut akan kejadian semalam.
Aku terdiam menatapnya tanpa tau harus menjawab apa.
"Untuk semalam maaf, aku sedang mabuk jadi tidak sadar dengan yang aku lakukan"
Aku menatapnya hanya untuk mencari penyesalan di matanya berharap bahwa dia benar-benar menyesal dengan apa yg dia lakukan. Tapi yang aku dapatkan hanya wajah datar dan dingin tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.
Air mataku perlahan menetes dan membuat hatiku sakit ketika aku tidak menemukan penyesalan dimatanya.
"Aku tidak peduli lagi Aga. Mau kamu menyentuhku sampai puaspun aku tidak peduli. Karena aku masih istrimu. Tapi asal kamu tau, suatu saat nanti aku pastikan kamu akan menyesal" aku menatapnya dengan sorot kebencian. Aku sungguh benci padanya.
Perlahan dia mulai berjalan mendekat dan "Plakk". Aku menatapnya terkejut tidak menyangka dia akan menamparku sekeras ini.
"Berani-beraninya kamu mengatakan itu padaku. Aku pastikan kamu akan menyesal telah mengatakan itu padaku" Aga meninggalkanku dengan luka yang semakin dalam dihatiku.
*****
Sejak hari itu dia sungguh melakukan apa yang dia katakan. Dia benar-benar membuatku menjadi pembantu sekaligus pelacurnya. Dia tidak pernah menyentuhku dengan cinta. Dia selali memperlakukanku kasar. Ingin rasanya aku pergi darinya. Tapi bagaimana dengan keluargaku. Tuhan apa yang harus aku lakukan.
"Ngapain loe ngelamun? Cepet buat makanan. Gue laper" suara dingin Aga membuat lamunanku buyar seketika.
Aku berjalan menuju dapur dengan perlahan. Entah kenapa akhir-akhir ini aku merasa badanku tidak enak. Kepalaku sungguh pusing dan pandanganku berkunang-kunang.
"Brukk"
*****
Aga POVAku melihatnya berjalan menuju dapur. Berjalan perlahan layaknya robot yang sudah diprogram. Air mataku tiba-tiba menetes. Tak tega melihatnya begitu lemah. Ada penyesalan dan rasa bersalah dihatiku atas sikapku terhadapnya. Tapi aku cukup gengsi untuk meminta maaf padanya.
"Brukk"
Mataku membola ketika melihatnya terjatuh dilantai begitu saja. Aku berlari menghampirinya. Perasaanku sungguh panik. Aku tak tau apa yg harus kulakukan.
Perlahan aku mengangkat tubuhnya dan membawanya kekamar. Aku membaringkannya perlahan dan menghubungi dokter.
"Maafkan aku Vio. Aku tidak bermaksud menyakitimu seperti ini. Maaf aku terlalu memikirkan harga diriku Vio. Maafkan aku karena aku terus menyangkal bahwa aku sudah jatuh cinta padamu"
Air mataku turun semakin deras. Penyesalan dan rasa bersalahku semakin besar. Aku takut sekarang. Takut Viola kenapa-napa.
Tak lama dokter keluargaku pun datang. Dia mulai memeriksa Vio.
"Apa istrimu akhir-akhir ini tidak makan dengan teratur?" Om Danu menatapku heran
"Saya kurang tau om"
"kamu itu gimana sih. Istri kamu itu lagi hamil dan jangan sampai perutnya kosong. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan janinnya. Apalagi istri kamu meminum obat tanpa makan dulu" aku menatap om Danu dengan pandangan tidak percaya.
"Ha..hamil om?" Ucapku terbata-bata. Bahkan aku bingung harus bagaimana sekarang
"Jadi kamu tidak tau. Istri kamu hamil jalan 3 minggu. Kamu sebagai suami perhatikan dia. Jangan sampai dia tidak makan sama sekali. Ini saya kasih resep obat mual dan penguat kandungan" om Danu memberikanku resep yang harus kutebus.
Om Danu meninggalkanku yang masih terkejut dengan berita itu. Aku bahagia. Aku sungguh bahagia tapi bagaimana dengan Vio. Apa dia akan menerima anak ini dan memaafkanku. Aku takut sekarang. Takut Vio semakin membenciku dengan keadaanku yang seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU MORE
Romancegimana sih rasanya jatuh cinta pada seseorang yang sudah punya pasangan. pasti menyakitkan bukan. hal itu yang membuatku harus menerima kenyataan bahwa dia bukan jodohku. tapi kenapa disaat aku ingin melupakan, aku harus dihadapkan dengan sebuah fak...