Dulu Jisung pernah berharap pada bintang jatuh untuk seseorang yang bisa menemaninya harinya yang sepi.
Dulu Jisung pernah berharap pada setiap hembusan angin juga kepak-kepak sayap burung gereja di depan rumahnya agar ada seseorang yang mau menggenggam tangannya saat dia mulai ketakutan.
Dulu Jisung selalu berharap pada setiap helaan nafasnya agar rasa sepi itu hilang, agar paling tidak hatinya terasa tak sekosong ini.
Jisung selalu berharap.
👑👑👑
Saat itu Jisung ingat betul dia baru saja lulus sekolah dasar dan sedang mempersiapkan masa orientasi untuk sekolah menengah pertamanya.
Saat Jisung pertama kali melihat seseorang yang duduk di halte dengan tangan yang tersembunyi di balik saku mantel tebalnya. Hidungnya mengernyit dan memerah. Tampak begitu kedinginan.
Memang cuaca akhir-akhir ini begitu dingin. Tapi hal itu entah kenapa membuat Jisung begitu penasaran.
Jadi dengan ragu dirinya duduk di samping orang itu. Agak menjaga jarak.
"Bukankah sekarang lebih dingin dari Minggu lalu??"
Jisung menoleh lantas menemukan bahwa sosok itu menatapnya dengan wajah yang terlihat berengut.
"I-iya"
"Huh benar-benar buruk bagaimana bisa suhunya turun lima derajat seperti ini?!! Bagaimana kalau kita beku?? Bagaimana kalau satu kota yang beku?? Atau bagaimana kalau negara kita beku?!! Astaga bukankah itu benar-benar gawat?!!"
Jisung berkedip lambat masih membiarkan sosok itu berbicara terus menerus dengan bibir berkedut-kedut. Tanpa sadar dua sudut bibirnya terangkat begitu saja.
Sosok itu berisik. Tapi Jisung rasa dia baik.
👑👑👑
Jisung kira setelah kejadian halte sosok itu tak akan dia lihat lagi. Tapi nyatanya dunia memang sesempit itu, hingga tau-tau sosok itu kini ada di hadapan kelompoknya menjelaskan serangkaian acara orientasi.
Dia berkedip.
Mereka sama tapi tampak berbeda.
"Ada yang kurang jelas??"
Mereka kompak mengatakan tidak membuat sosok itu mengangguk lalu pergi ke arah kelompok lainnya.
"Ketua OSIS memang tegas sekali ya aku sampai merinding"
"Benar!"
"Siapa namanya?? Aku penasaran!"
Diam-diam Jisung menajamkan pendengarannya.
"Ku dengar namanya Na Jaemin"
Na Jaemin. Jisung akan mengingatnya.
👑👑👑
Setelah masa orientasi berlalu Jisung si murid baru yang penuh rasa ingin tahu dan antusiasme mengelilingi sekolah sendirian.
Tidak peduli akan beberapa orang yang menatapnya. Toh juga tak ada yang benar-benar peduli.
Lalu entah bagaimana dirinya malah berakhir di taman belakang sekolah dengan banyak pohon-pohon tinggi menjulang.
Dia bergidik hampir berbalik jika suara batuk seseorang tak membuatnya urung.
Jisung lantas berjalan mendekat dan pemandangan yang didapatnya membuatnya tertegun sejenak.
"Oh??"
Sosok itu mengangkat pandangan dan mengangkat alisnya sejurus kemudian tersenyum dan menggoyangkan jarinya.