Part 3

45.5K 530 9
                                    

Maaf lama update, selamat membaca. Jangan lupa ngevote ya.

Part 3

Apa yang harus aku lakukan? Izin usahaku ada. Kok mereka bilang gak ada. Dari telepon Revan, aku bisa ambil kesimpulan ini kerjaan dia. Apa sebernarnya maunya dia? kalau mau menikah kan dia bisa cari wanita lain. Aku yakin banyak wanita yang ingin menikah dengannya. Kenapa dia begitu ngotot ingin menikahiku sampai dia berbuat begini? Begitu banyak pertanyaan di pikiranku.

Aku pulang ke rumah. Aku masi merahasiakan ini dari ibu. Aku gak ingin membuat ibu cemas. Aku masi ada sedikit tabungan, tapi itu tidak bisa bertahan lama.

“Assalamualaikum”, aku mengucapkan salam begitu memasuki rumah.

“Walaikumsalam”, jawab ibu.

“ kok cepat pulang? Ada apa? Kenapa mukamu kusut begitu?”

Memang sebagai anak aku gak bisa membohongi ibu. Ibu sudah hapal betul gimana sifatku. Lalu aku pun menceritakan kalau toko di segel, tapi aku gak menceritakan tentang Revan. Ibu bingung,” dari saat toko ayahmu yang pegang, gak pernah ada masalah seperti itu. Kalau gak salah kita punya izin usaha dan itu masi berlaku”.

“Aku gak tau bu, kok bisa begini”.

“Selanjutnya apa rencanamu?”

“Aku akan mengurus kembali izin usaha toko bu”.

“Yaudalah lakukan semua yang menurutmu baik, ibu akan mendukungmu”.

“Aku ke kamar dulu ya bu, aku mau istireahat dulu”.

Ibu hanya mengangguk sambil tersenyum tulus.

Aku masuk ke kamar lalu merebahkan diri ke ranjang. Aku melihat langit-langit kamarku. Besok aku akan mengurus izin usahaku kembali, semoga besok berjalan lancar.

Keesokan harinya….

Aku berjalan kearah halte bis, aku gak mengendarai maticku karena mogok. Tiba-tiba ada mobil sedan hitan yang berhenti di depanku, ada 4 lelaki turun dari mobil itu, mereka memakai setelan hitam. Ada satu orang yang membekapku. Aku langsung meronta, tapi tak lama kemudian aku kehilangan kesadaranku. Semuanya jadi gelap.

Samar-samar aku mendengar kata “maaf” dari salah satu pria itu.

Aku mengerjabkan mataku, samar-samar aku mendengar kata “Sah” dari luar kamar. Aku melihat sekeliling kamar. Ini bukan kamarku. Aku berbaring di ranjang yang empuk dan beralaskan seprai yang lembut. Kamar yang bercat coklat susu yang lembut dan terkesan mewah. Yang berseprai warna abu-abu. Dan perabotan yang berukir mewah.

Aku duduk di ranjang dengan bersender di kepala ranjang. Aku melihat di nakas ada segelas air, aku meminumnya. Aku haus sekali. Aku minum dengan sekali teguk.

Ada yang membuka pintu kamar, aku melihat Revan.

“Kau sudah sadar? Bagaimana perasaanmu sekarang?”, tanyanya dengan datar.

Kok ada Revan. Berarti aku di rumah Revan, jadi yang menculikku adalah Revan.

“Hei, malah melamun”, tegurnya.

Aku langsung melihatnya dengan muka yang merah. Dia sudah duduk di ranjang melihatku dengan teliti, lalu dia hendak membelai pipiku, tapi ku tepis tangannya. Dia terkejut.

“Apa alasanmu menculikku?”, tanyaku marah, tapi ku tahan suaraku.

“Aku gak menculikmu, aku hanya mengajakmu menikah. Tadi barusan aja akan nikah kita selesai, dan kita sekarang menjadi suami istri”, jawabnya santai sepertinya itu hal biasa.

Aku tercengang. Kami sudah menikah. Jadi yang samar-samar yang aku dengar kata Sah itu tanda aku sudah jadi istrinya.

“Ke…kenapa kau melakukan itu? Kenapa kau menikahiku?”, Tanyaku sambil mataku berkaca-kaca. Pikiranku kosong aku gak tau mesti gimana. Aku saat ini masih gak bisa berpikir. Aku masih mencerna semuanya.

Revan menatapku lembut, “ Aku hanya ingin menikahimu saja. Gak ada alasan lain”, Jawabnya datar.

Aku heran orang ini gak ada ekspresinya sama sekali. Tadi tatapannya lembut, lalu tiba-tiba datar kembali. Kayak bunglon.

“Aku menculikmu untuk menikahimu. Aku sudah memintamu untuk menjadi istriku. Kamu gak mau. Jadi aku pake cara ini. Walaupun cara ini kotor yang penting kau menjadi milikku. Aku mencintaimu dari pertama kali berjumpa”, jelasnya.

Flashback

Revan terbayang waktu pertama kali melihat Lana, saat itu sedang hujan. Revan melihat seorang  perempuan sedang kehujanan karena motornya mogok. Dia mulanya tidak memperhatikan. Tapi karena saat itu lampu lalu lintas sedang merah maka mobil yang ditumpangi Revan berhenti. Dia melihat kearah jendela. Dia melihat lana. Tiba-tiba dadanya berdesir melihat Lana pertama kali. Lalu ia merogoh di sakunya mengambil hp dan memotret Lana. Dia menyuruh seorang detektif untuk mencari segala hal tentang Lana. Dalam waktu 2 hari dia mendapatkan informasi tentang Lana.

Revan yang biasanya tidak peduli dengan perempuan dia merasa Lana berbeda dengan perempuan-perempuan yang ada di sekelilingnya. Dulu dia menganggap perempuan hanya untu menyalurkan nafsunya saja. Dia tidak pernah berfikir tentang pernikahan. Tapi begitu melihat Lana dia berubah fikiran. Ia ingin Lana menjadi miliknya. Hanya miliknya. Makanya dia menyuruh orang untuk mengikuti Lana selama tiga bulan. Ia tahu betul bagaimana kebiasaan dan keseharian Lana. Makanya ia ingin menikahi Lana secepatnya. Sebelum dimiliki oleh orang lain.

Medan, 04 April 2015

Meraih CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang