Duplikat 1 : prolog
Happy reading
--"Ayo kita pacaran"
Satu kalimat yang berhasil membuat hidup seorang gadis berubah.
Yang dulunya ceria sekarang menjadi pendiam, yang dulunya disukai banyak orang sekarang menjadi bahan cemoohan, ejekan, bahkan hinaan orang.
Satu hari mustahil sekali telinganya tak mendengar namanya menjadi bahan ejekan.
"Ana begini". '
"Ana begitu"
"Ana bodoh"
"Mau sekali dibodohi lelaki"
"Tapi jika aku menjadi dia mungkin begitu juga, lelaki itu sangat tampan"Dan berakhir dengan tawaan mengejek yang sangat keras.
Selama ini Ana sudah berusaha menutup telinganya dan menghiraukan perkataan itu, tapi seiring hari perkataan itu semakin menyakitkan bagi dirinya.
Sangking sakitnya dia berasa tak berdaya untuk pergi kesekolah, tapi apa yang boleh dibuat, ayah dan ibunya sudah bekerja keras agar dia bisa bersekolah, rasanya berdosa sekali jika dia harus bolos untuk menghindari rasa sakit ini.
Tapi jika di ingat ingat, saat dirinya diejek oleh teman teman sekolahnya, selalu saja ada Elsa yang selalu membelanya.
Elsa Clarissa, gadis itu sudah menjadi temannya saat dirinya menginjakkan kaki di SMA ini. Saat Ana diejek maka Elsa lah yang akan memasang badan untuk memarahi perempuan tukang ghibah di sekolahnya, tak segan segan Elsa juga terkadang memasukkan tisu atau kertas kemulut mereka.
Jika mengingat itu Ana terkekeh geli, sahabatnya itu sangat galak, bahkan lelaki tak ada yang berani mendekatinya karena takut menjadi sasaran empuk kemarahan gadis itu.
Walaupun Elsa sangat galak tapi Ana sangat bersyukur diberikan sahabat sebaik dan sepeduli itu kepadanya, bahkan disaat orang lain menjauhinya, Elsa lah yang selalu ada untuknya, Elsa akan menjadi orang yang terdepan melebihi pacarnya sendiri.
Ana sedang berjalan melewati koridor sekolah, bel pulang sudah berbunyi lima menit yang lalu, membuat semua mata memandangi Ana yang berjalan dengan pandangan menatap kebawah. Dan Elsa?, gadis itu sudah gelisah berjalan disamping Ana, rasanya tangan dan mulut gadis itu gatal sekali untuk memarahi mereka bahkan sangat ingin sekali mencolok mata mata yang menatapi sahabatnya sinis.
Jika dia tidak berjanji dengan Ana tadi di kelas, semua orang ini pasti sudah habis dibuatnya.
Tak terasa Ana dan Elsa sudah sampai di halte bus depan sekolah. Mereka memang selalu seperti ini pergi dan pulang bersama naik bus.
Mereka berdua duduk di halte menunggu bus datang. Sambil berbicara tentang pelajaran hari ini, dan tanpa sengaja pembicaraan mereka sampai kepada lelaki yang beberapa bulan ini mengisi hati Ana.
"Dia belum minta maaf ya na?" Elsa bertanya dengan hati hati. Dia tau sekali bagaimana perasaan sahabatnya itu
Tampak Ana yang menggeleng " Dia bahkan ga ada nelpon atau ngirim pesan ke aku" Ana menunduk, " aku Uda nelpon, tapi dia ga ngangkat telpon aku" mata gadis itu tampak berkaca kaca.
Elsa mengelus bahu Ana pelan, berusaha untuk meredakan kesedihan sahabatnya itu "Na kalau kamu Uda ga kuat, Kamu bisa berhenti. Ada aku dsini"
" Aku gapapa kok, jangan khawatir" suara itu terdengar bergetar menandakan gadis itu sedang menahan tangis.
Elsa tau sahabatnya itu kuat, tapi jika membahas lelaki itu berujung keluarnya air mata, Elsa sungguh tak tahan melihatnya. Elsa tau bagaimana perlakuan lelaki itu kepada sahabatnya. Tapi jika untuk melarang atau memaksa Ana berhenti Elsa sungguh tak punya hak apapun.
Ini menyangkut perihal hati dan perasaan, dan Elsa, dia hanyalah sahabat ana. Dia hanya punya hak untuk menemani dan memberikan kekuatan kepada sahabatnya itu.
***
"Anara ada teman kamu datang" teriakan itu berasal dari balik pintu kamar Ana.
Ana turun dari tempat tidur berjalan membuka pintu dan menemukan wajah perempuan yang sangat dicintainya.
"Sayang kamu kenapa?" Tanya Hera panik melihat ada bekas air mata yang kering dipipi putrinya "kamu nangis, kenapa?"
Ana terkejut, dia tadi memang menangis saat sampai dirumah, mengingat perkataan Elsa dihalte bus tadi membuatnya sedih. Tapi seingatnya itu satu jam yg lalu, seharusnya bekasnya kering dan sudah hilang.
"Ga apa apa bunda, bunda gausah khawatir. Nara baik baik aja" Ana menunjukkan seulas senyum "Nara keluar datengin teman Nara" Ana mengelus bahu bundanya pelan menghilangkan rasa cemas wanita itu kepadanya dan kemudian berjalan keluar untuk menemui teman yang dikatakan bundanya tadi.
"Kerjain tugas gue" orang itu memberikan tiga buku tulis kepada Ana
Ana menerima buku itu dengan wajah yang sangat bahagia, setelah seminggu tak bertemu akhirnya lelaki itu menemuinya, "Aku kangen sama kamu" sekian banyak pertanyaan yang ingin dilontarkan ana tapi kalimat itulah yang berhasil keluar dari mulutnya
"Lo nangis?Ck Lebay banget sih" lelaki itu merotasikan bola matanya, merasa jengah berhadapan dengan gadis ini. Padahal belum sampai satu menit dia sudah muak apalagi harus belama lama.
"Buku yang kemarin jangan lupa Lo bawa besok, Gue mau pulang"
"Div kamu gamau minta maaf sama aku?" Ana bertanya membuat niatan Divya untuk menaiki motornya terhenti
"Ngapain gue minta maaf?" Lelaki itu terkekeh memandang Ana dengan tatapan meremehkan.
"Cewek kemarin bukan selingkuhan kamukan?" Tanya Ana berhati hati, berharap agar jawaban nya adalah bukan .
"Bukan urusan lo"
Ana menghembuskan napas pelan, menunjukkan seulas senyuman yang sangat tulus, dia melihat wajah lelaki itu yang sedikit mengeras, dia tau divya sedikit emosi. Seharusnya dia tidak menanyakan ini, dia percaya penuh kepada divya pacarnya itu.
"Maafin aku ya div, seharusnya aku ga nanya itu ke kamu. Aku percaya sama kamu"
"Terserah lo" hardik divya sedikit kasar kemudian menaiki motornya dan melesat meninggalkan pekaranggan rumah ana.
Bersambung
Hai readers semoga suka sama ceritanya ya.
Ini cerita pertama aku setelah lama ga buka si oren, jadi maaf maaf banget kalau ada yang kurang, kalau ada kata typo atau scen yang ga nyambung harap dimaklumi ya.
Aku harap cerita ini dapat diterusin, dan ga berakhir dengan unpublish karena gda yang ngevote.
Atau karena buntuh wkwk.
Wajar wajar aja sih kalau memang gda yang ngevote karena ini cerita baru.
Tapi kalau kalian baca ceritanya
Tolong dikasih vote ya walaupun dengan Hati yang terpaksa. Setidaknya bisa buat aku semangat nulis.Dan jangan lupa komen juga, hehe
Yaudah itu aja
Sampai bertemu di chapter berikutnya
Babay
See you👋
---------
KAMU SEDANG MEMBACA
DUPLIKAT
Teen Fiction"maafin aku ya div, seharusnya aku ga nanya ini sama kamu, aku percaya sama kamu" . . . . . . "Lo apa apaan sih, gue Uda ga mau kenal sama Lo. Jadi mulai sekarang jauhin gue" |DUPLIKAT| cerita suka suka