D2

0 3 0
                                    

Duplikat 2 : Elsa Clarissa

Happy reading
--

Ana terbangun dari tidurnya, Leher dan
pinggangnya terasa sangat sakit karena tadi malam dia lupa pindah ke kasur dan berujung terlelap di meja belajar. Ya gadis itu tadi malam mengerjakan tugas yang diberikan Pradivya kepadanya.

Katakan saja Anara itu adalah gadis bodoh, mau saja diperalat dengan lelaki yang jelas jelas tak mencintainya, Anara adalah gadis yang tak pernah jatuh cinta, sekali jatuh cinta malah salah langkah dan salah tempat, Ana bilang Pradivya adalah cinta pandangan pertamanya, tapi bagi Divya, Ana hanyalah gadis yang kesekian yang dia dekatkan hanya untuk kepentingannya sendiri.

Ana meringis saat menoleh ke kiri untuk melihat jam, lehernya sakit sekali, perlahan dia mengusapnya dan memijitnya berharap rasa sakit itu sedikit hilang. Saat merasa sedikit nyaman di lehernya Ana berjalan kekamar mandi untuk segera bersiap kesekolah.

"Dek tadi malam Abang panggilin kok ga nyaut"

saat sampai di meja makan Ana dikejutkan oleh seorang lelaki yang beberapa bulan ini sangat dirindukannya. Ana berlari memeluk lelaki itu "Abang Nara rindu" ucapnya

Mata Ana rasanya berkaca kaca, selain karena haru dapat bertemu, Ana juga teringat perkataan abangnya yang berhasil membuat hatinya sakit.

"Jangan pacaran dulu, sakit hati ga enak dek, sakit hati lebih sakit daripada sakit fisik. Kalau kamu butuh cinta dari seorang lelaki, cinta Abang sama ayah lebih besar dari siapapun"

Tanpa diminta air mata Ana keluar dan Isak tangis pun terdengar membuat Bhima terkejut dan langsung menarik Ana menjauh agar dia dapat melihat wajah adik gadisnya.

"Kamu kenapa? Ada yang sakit?" Bhima sangat khawatir, melihat adiknya menangis ada rasa sakit yang timbul begitu saja dihatinya

Ana menggeleng, mengusap air matanya menggunakan baju yang dikenakan abangnya. "Nara cuma kangen sama Abang. Hari ini anterin Nara sekolah ya"

Awalnya Bhima melototkan matanya Karena ana membuat bajunya sebagai lap, tapi saat melihat wajah yang sangat imut dengan sisa air mata yang menggenangi bola matanya, Bhima tersenyum gemas.

"Iya, hari ini princess ana mau apa aja, Abang turutin" ucap Bhima mengelus pelan puncuk kepala sang adik

***

Seperti biasa koridor sekolah dipenuhi bisik bisik dan tatapan meremehkan dari setiap siswa saat melihat Anara

"Babu Uda datang" ucap gadis berambut pendek kepada gadis lain yg ada didepannya

"Pasti mau datangin majikan" ucap gadis satunya

"Receh banget hidupnya, pantes aja Divya mau macarin dia".

"Iyalah, mana mau Divya macarin dia kalau ga di manfaatin"

Dan banyak lagi bisik bisik tetangga yg tidak mengenakan hati.

Ana terus melangkahkan kakinya menuju kelas untuk menemui Elsa. Gadis itu datang lebih awal karena hari ini dia ada jadwal piket sekolah, Membuat mereka berangkat sekolah secara terpisah.

Sesampainya dikelas ana langsung menaruh tasnya diatas meja,

"Aku ikut" ucap Elsa yang sudah tau apa yg akan dilakukan sahabatnya setelah ini.

'Mengambil buku didalam tas dan menemui Pradivya di rofftop sekolah.'

Elsa sudah hapal sekali dengan kegiatan sahabatnya itu setelah sampai kesekolah, dan Elsa juga sudah hapal bagaimana ending pertemuan ana dengan kekasihnya.

Sesampainya dirooftop mereka mendapati empat orang lelaki yang sedang merokok dengan santainya. Itu adalah divya dengan ketiga temannya Dika, farel, dan Thomas.

Ana langsung menghampiri divya yang tengah membelakanginya. Sebenarnya lelaki itu sadar akan kehadiran ana dan Elsa, tapi dia malas untuk melihat wajah gadis itu.

"Pagi divya, ini tugas kamu" ana mengulurkan tangannya yang terdapat delapan buku dengan warna sama, dan satu paperbag coklat yang juga tertenteng disana " semua tugasnya Uda selsai" lanjutnya dengan tersenyum manis

Divya membalikan badannya, menatap datar wajah gadis dihadapannya itu, tak selang berapa lama tangannya merampas agak kasar buku yang yang dipegang tangan mungil ana.

"Yauda buruan sana Lo cabut" hardiknya sambil mengarahkan pandangan kepintu rofftop yang terdapat Elsa disana.

Bukannya bergerak dari sana ana malah menjulurkan paperbag berwarna cokelat yang sedari tadi dia tenteng "aku bawain kamu sarapan, nasi goreng buatan aku. Terima ya"

Divya menerima paperbag itu, ana tersenyum senang. Biasanya lelaki itu tak mau menerima makanan pemberiannya. Seminggu yang lalu saja makanan yang dibawakan ana ditepisnya hingga jatuh berserakan dilantai.

"Makasih uda mau ne-

"Tuh makanan Lo" dengan tidak bersalahnya divya terkekeh setelah melempar paperbag pemberian ana tadi mengarah lapangan, untung saja tidak mengenai orang.

Elsa yang sedari tadi diam memperhatikan interaksi lelaki itu dengan sahabatnya Bergerak menuju mereka berdua. Matanya sudah perih melihat tingkah sok jago divya. Berani sekali dia bersikap seperti itu.

Dika, farel, dan Thomas yang sedari tadi juga ikut menyaksikan, kini memusatkan perhatian kepada Elsa yang berjalan menuju divya dan ana.

"Mampus nenek lampir" ucap Dika bergidik

"Siap siap tutup telinga ni" timpal farel

"DASAR BANGSAT!! COWOK GATAU DIRI, DIMANA OTAK LO ANJING!!" teriak Elsa menggebu gebu. Dia sempatkan sebentar menatap sahabatnya yang sekarang tengah menunduk. Elsa tau ana pasti sedang menangis.

"LO KALAU GAMAU NERIMA GAUSAH KEK GITU. LO PIKIR LO HEBAT HA?!!"

Divya yang diteriaki dan dimaki Elsa hanya menatap Elsa dengan tatapan remeh, dia tidak gentar sama sekali, gadis itu pikir dia takut? Tidak sama sekali, gadis hanya bermodal kan mulut seperti Elsa ini sangat mudah dia hilangkan dari peradaban.

"Uda deh gausah sok jadi pahlawan kesiangan, ga guna" divya pergi menyenggol bahu Elsa membuat gadis itu hampir terjatuh.

"BANGSAT LO" teriak Elsa dengan sisa sisa emosi yang masih membubung dikepalanya "DASAR BANCI" finisnya sebelum divya dengan  temannya benar benar menghilang dari balik pintu.


Bersambung

Haiiii!!!

Jangan lupa vomen ya teman teman.

Thankyouu:*

Sampai ketemu dichapter berikutnya
Bye bye by:*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DUPLIKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang