WIS-UDAH | [2]

2 0 0
                                    

SEJAK pertemuan malam itu di kedai nasi goreng, Aya berusaha keras untuk menghindar apabila terdapat tanda akan berpapasan dengan Faiz di kampus. Entahlah, rasanya kedua pipi Aya merona begitu saja tanpa sebab. Seperti hari ini, di ujung koridor lantai 2 Faiz berjalan dengan santai seorang diri. Aya yang berjalan bersama Zila bertukar posisi.

"Kenapa deh, Ya?"

"Gak papa. Udah jalan aja, Zi."

Seperti mendapatkan sebuah kode, Zila menyapa Faiz dengan santainya. "Siang, Kak Faiz." sapanya. Faiz menoleh tersenyum sembari mengangguk, "Eh siang, Zi, Ya." balasnya.

Aya yang mengumpat dalam hatinya merutuki kelakuan Zila sontak mengangguk ketika namanya disebut oleh Faiz. "Mau ketemu Bapak?" tanya Faiz.

"Iya nih, Kak. Bimbingan perdana ceritanya," ungkap Zila.

"Good luck, ya! Bawa santai aja," ujar Faiz.

Zila mengangguk. "Siap, makasih Kak Faiz." ujarnya.

"Kita duluan ya, Kak." pamit Aya.

"Eh iya, gue juga duluan balik ya."

Aya dan Zila sontak mengangguk sopan. Keduanya segera memasuki ruang dosen dimana ruangan tersebut yang dijanjikan Pak Ari untuk bertemu dengan mahasiswa bimbingannya.

Satu jam...

Dua jam...

Tiga setengah jam telah berlalu. Hingga helaan napas dan ajakan menginterupsi keheningan. "Eh gue bikin grup yak. Biar nggak saling personal chat kita." ujar Zila setelah tiga serangkai keluar dari ruang dosen.

"Iya, jangan aneh-aneh tapi." respon Hafshah yang telah mengenal Zila dan tingkah randomnya. Apalagi setelah menghadap Pak Ari dan mendapat banyak petuah, sudah pasti sisi tidak disangka akan muncul.

Pak Ari dosen yang baik, bijaksana, dan bertanggungjawab. Dan ya, tiga serangkai yang akan mengerjakan tugas akhir tersebut menyetujui rumor yang beredar itu. Beliau baik, jelas dalam menerangkan, dan tentu tegas akan hal penting. Waktu yang dihabiskan untuk bimbingan benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh beliau. Beragam informasi yang telah disebut sebelumnya diulang kembali ketika akan menutup pertemuan.

***

Kafetaria Kampus menjadi tempat pilihan Aya ketika selesai bimbingan siang tadi. Berfokus pada laptop, ditemani buku catatan kecil dan kertas jurnal yang telah dicetak Aya menunggu pesanannya datang.

"Ya!"

Dari kursinya bisa Aya lihat di pintu masuk Ella datang menghampirinya setelah jam perkuliahan terakhirnya usai. "Bisa nggak sih nggak usah teriak? Malu, diliat orang banyak." keluh Aya.

Ella terkekeh. "Sorry." lirihnya.

"Jadi rencana kita apa hari ini, Nona Nattaya?"

Helaan napas Aya mendahului jawaban pertanyaan Ella. "Gue dapet banyak banget PR dari Pak Ari abis bimbingan tadi, La. Jadi kayaknya hari ini rencana kita dimulai dari nyusun naskah proposal penelitian masing-masing. Gimana?"

"Waduh, berat amat. Baru juga gue istirahatin nih otak abis mata kuliah Gizi Manusia,"

"Alah kayak yang iya aja merhatiin lo!"

Ella tertawa mendengar respon Aya. "Hahaha, jangan salah! Gue udah nggak kayak jaman TPB* dulu kali. Udah taubat, makin tua soalnya."

Tidak ada respon dari Aya, Ella berbicara lagi. "Gue nemenin lo aja ya, Ya."

Lamanya mereka berada di Kafetaria Kampus terlihat dari jam yang telah menunjukkan pukul lima sore. Hujan deras yang tadinya mengguyur area kampus pun hanya tersisa rintik. "Gue mau cari aman, Ya."

"Apa sih, La? Nggak jelas lo." jawab Aya sembari menutup laptop dan membereskan peralatan yang ia keluarkan ke atas meja.

"Cukup gue yang lihat, lo nggak perlu noleh ke belakang, Ya." katanya Ella lagi.

Aya yang dibuat penasaran akhirnya menoleh ke belakang. Hatinya mencelos pelupuk matanya tergenang air seakan siap untuk meluncur ke pipi. "Si cantik bego apa gimana sih?! Udah gue bilang nggak usah liat belakang, malah noleh." gerutu Ella.

Faiz bersama rekan wanitanya. Berdua, saling melempar canda meskipun terdapat laptop dan buku besar di meja. Terlihat dari sorot mata bahagia dan lengkungan senyum tawa di wajahnya.

"Cabut aja udah, yuk!"

Aya kembali menghadap Ella. Ia tersenyum tipis, "Emang salah gue berharap setelah makan malem itu." pungkasnya.

TPB = Tahap Persiapan Bersama biasa disebut sebagai penyetaraan untuk mahasiswa tingkat pertama.

to be continued.

©️streptocoffee

WIS-UDAH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang