SEJAUH matanya memandang, matahari menyapa dengan sinar terang. Awan tipis bergerak perlahan sembari terpaan angin berhembus memberi kesegaran. Ah, sepertinya memang hari yang bagus untuk memulai hari.
Tuk.
Badan Aya sedikit terhuyung ketika gadis dengan kemeja toska bernama Ella merangkulnya secara tiba-tiba. Fiorella Inka Janitra, lengkapnya. "Apa sih, La?" protesnya.
Ella hanya terkekeh seraya mengajak Aya duduk di kursi tak jauh dari keduanya. "Lo asik banget merem, Ya. Lagi mengheningkan cipta?" guraunya.
"Gue lagi nikmatin udara pagi, masyaAllah seger banget!"
"Iya sih, gue liat-liat lo suntuk banget dari kemaren. Muka cantik dan ramah lo jadi keliatan jutek banget."
Nattaya Elakshi Padmarini, biasa dipanggil Aya—si calon sarjana sains. Berakhirnya perkuliahan semester 6 pertanda akan mulai dirundung tugas akhir. Akan meneliti apa, alasannya apa, dan yang paling penting siapa dosen pembimbingnya.
Kabar simpang siur itu jadi nyata. Perubahan sistem pemilihan dosen pembimbing tugas akhir benar-benar terjadi. Keharusan membuat esai dengan tempo waktu singkat benar-benar menguras pikiran. Overthinking di setiap malampun tidak terlewati.
"Makasih atas pujian cantiknya, bestie. Duh, gimana nggak suntuk sih, La? Gue berhari-hari nyusun esai, dari nggak ada ide, begadang, tidur kurang, sampe akhirnya kelar juga! Lega banget rasanya, udah pasrah aja deh gue mau dapet dosen siapa."
"Do'anya kencengin, Ya. Lo udah berusaha semampu lo. Allah pasti tahu yang terbaik buat lo. Tapi kalau nggak dapet dosen yang lo mau, perasaan lo gimana?"
"Iya-iya, lo ikutan do'ain kek! Perasaan gue? dibilang gue mah pasrah. Asal masih di mikrob, gue bersyukur sih."
"Bismillah ya bund, semoga masih mikrob."
👨🔬👩🔬🧑🔬
Prof. Ari Prastya, M. Si.
Mahasiswa :
1. Nattaya Elakshi Padmarini
2. Alayya Hafshah
3. Fazila Fakhrunnisa
Prof. Anjani Laksmita, M. Si.
Mahasiswa :
1. Kaluna Adnan
2. Ejaaz Dhiaulhaq
...Pengumuman dosen pembimbing akhirnya keluar juga. Aya menghela napas seraya mencoba berpikir positif. Ia mendapat dosen yang sama sekali tidak dikenal dan bukan dosen yang ia mau. Ditambah Aya tidak sedekat nadi dengan 2 seperbimbingan lainnya.
Ponsel Aya berdering.
Ella Inka is calling...
"Hmm."
"Assalamu'alaikum! Ham-hem-ham-hem."
"Kan lo yang nelpon, La."
"Ish gaada salahnya mulai salam duluan, bestie. Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikumussalam, kenapa nelpon gue lo?"
"Buset sinis amat lo. Dateng tamu?"
Belum sempat dijawab, Ella sudah mengeluarkan suaranya lagi. "Eh pengumumannya keluar hari ini ya? Gimana-gimana? Lo sebimbingan sama siapa?"
"Laaa! Gue ke kosan lo aja sekarang ya? Cerita langsung. Gimana?"
"Ish kan gue lagi balik Surabaya! Lo lupa apa pura-pura lupa? Jelas-jelas gue berangkat ke stasiun dari kosan lo."
"Oh iya juga."
"Jadi gimana? Dapet sama siapa lo?"
"Gue bimbingannya Pak Ari. Bareng Hafshah sama Zila."
"Zila bukannya anti banget sama mikrob?"
"Nggak tau dah, puter balik haluan kali dia."
"Oalah. Btw perasaan lo gimana sekarang?"
"Gue lemes deh La, gue nggak dapet sama Bu Anjani. Yang sama beliau malah si Luna sama Eja."
"Katanya nggak dapet sama Bu Anjani lo nggak apa asal masih di mikrob? Pak Ari mikrob kan?"
"Iyaa, gue bersyukur sih bersyukur. Meskipun gue tau Pak Ari divisi mikrob, gue masih ada rasa kurang sreg aja gitu."
👨🔬👩🔬🧑🔬
Malamnya Aya menyempatkan diri keluar kost untuk memenuhi asupan makanan. Nasi goreng gila di samping mini market ujung jalan kostnya menjadi pilihan. Usai memesan rintik hujan berjatuhan.
"Kenapa ujan sih?" rutuknya.
"Karena setelah kondensasi tahapannya ya presipitasi."
Seorang cowok di samping Aya menjawab dengan santai. Aya menoleh dan mengubah raut wajahnya kaget. "Kak Faiz? Ngapain kak?"
"Numpang neduh sekalian ngisi perut kosong. Belum sempet makan dari siang nih,"
"Loh sibuk banget apa kak penelitiannya?"
Faiz mengangguk kemudian menarik kursi di hadapan Aya. "Hari-hari bikin media, sterilisasi, nyebar isolat, kalau kontam ulang sterilisasi lagi, bikin media lagi. Gitu aja terus,"
"Aya sendiri? Aku izin makan bareng kamu, nggak apa?" lanjutnya sambil menatap Aya.
Aya gelagapan saat Faiz balik menatap dirinya. 'Mampus lo Ya! Ke-gap segala merhatiin Kak Faiz segitunya.' batin Aya berteriak.
"Iya sendiri aja. Aya pesen dibungkus, Kak. Mau makan di kost sambil nonton drakor rencananya."
"Hujan, Ya. Makan di sini aja sekalian nunggu reda. Nanti pulangnya aku anter deh, gimana?"
'Ini bukan mimpi kan? Kak Faiz ni lagi kenapa sih? Di chat saya-kamu, sekarang aku-kamu.'
Obrolan keduanya berlanjut hingga makanan datang. Seputar penelitian, dosen, topik, kolokium, dan liburan dibahas demi membasmi keheningan. Faiz Ravindra Ghiffari, kakak tingkat sejurusan Aya. Satu tahun di atasnya yang saat ini sedang melakukan penelitian.
Kakak tingkat yang memikat hati Aya dengan kepintaran dan ketampanannya. Keduanya bertemu di ospek jurusan teruntuk adik tingkat Aya dan di praktikum salah satu mata kuliah di semester 6. Faiz pula yang menjadikan Aya menginginkan Ibu Anjani sebagai dosen pembimbing tingkat akhirnya.
Bagaimana tidak? Setiap percakapan yang dimulai Aya menanyakan materi dan laporan praktikum, kemudian menanyakan alur menuju tingkat akhir, pasti berujung dengan Faiz yang memuji Ibu Anjani. Kebaikannya, kejelasannya, hingga keramahan dan cara beliau mendekatkan diri dengan mahasiswanya.
Entah memang sudah rencana-Nya. Setelah keduanya selesai makan, hujan reda. Aya yang berinisiatif pulang sendiri langsung tertolak begitu saja. Aya benar-benar diantar Faiz sampai kost.
"Hati-hati di jalan, Kak. Terima kasih sudah antar Aya."
Faiz mengangguk. "Sama-sama. Saya duluan ya, Ya. Assalamu'alaikum!"
'Tuh kan beda lagi. Nggak konsisten!'
Tak sampai di situ. Pukul sebelas malam, lampu kamar Aya sudah mati. Namun mata Aya masih menatap layar handphone. Berfokus pada aksi Cha Young Min dan Ko Seung Tak di ruang operasi. Hingga akhirnya notifikasi pesan masuk membuat Aya mengerjap berulang kali.
Kak Faiz'18 [3]
Malam, Aya.
Terima kasih ya sudah makan malam dengan saya.'Bener-bener deh. Kak Faiz saking stres penelitian jadi begini?'
to be continued.
©️streptocoffee

KAMU SEDANG MEMBACA
WIS-UDAH!
Aléatoire"I thought happiness is start with 'H', but I'm wrong. It starts from 'U'. Tapi, tau nggak? 'U'-nya bisa banyak!" Aya, Nattaya Elakshi Padmarini. Mahasiswi tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi di Bogor. Anak sulung yang memutuskan merantau k...