"Aku yang salah. Kalian sebenarnya hanya singgah, tapi tanpa sadar aku menjadikan kalian rumah."
Hidup dibayangi kenangan masalalu membuat Lee Heeseung menjadi putus asa. Ada rasa bersalah yang benar-benar melekat di hatinya, membuatnya semakin depr...
Seorang pria mengayunkan tungkainya dibawah langit senja yang mulai menggelap. Berjalan sembari menatap trotoar dibawahnya, dengan berbagai luka gores di kedua tangannya yang tertutup hangat dengan Hoodie yang melekat pada tubuhnya.
Sekarang sudah awal tahun baru, namun butiran salju masih saja berjatuhan diatas jalanan Seoul. Berjalan, tanpa memikirkan udara dingin yang mulai menusuk kulitnya.
"Sudah tahun baru? Tapi kenapa hidupku selalu kek gini? Apa ngga ada hal yang baru?" Gumamnya, masih melangkah diatas tumpukan salju dan menyisakan jejak dari sepatu yang ia gunakan itu.
"Kurasa salju bakalan turun lebat malam ini." dia menadahkan tangan diantara butiran salju itu. Tangan yang sudah pucat dan sedingin es itu menadah dan menangkap benda putih yang melayang tanpa adanya beban.
Dia memang sudah terbiasa dengan dinginnya malam dari salju-salju yang berjatuhan. Setidaknya itu lebih baik daripada melakukan hal bodoh seperti menenggelamkan diri di bathtub kamar mandi.
Merasakan udara yang semakin dingin, dia berhenti di salah satu halte bus disana. Mendudukkan dirinya dan kemudian memeluk kedua tangannya.
Shh
Ia meringis kala merasakan perih saat dirinya menyentuh lengannya. Dia menarik lengan Hoodie itu dan tampak banyak luka gores disana. Selfharm, yang sudah ia lakukan selama kurang lebih dua tahun terakhir untuk melepaskan semua rasa lelahnya di setiap malam.
"Kapan semua ini bakalan berakhir? Kalo terus-terusan kek gini lebih baik aku mati."
Hanya itu caranya untuk melepas semua emosinya pada orang-orang yang melukai hatinya. Dia memiliki emosi yang tak bisa ia lepaskan begitu saja kepada orang-orang sekitarnya. Jadi dia lebih memilih untuk melukai dirinya sendiri.
Tak lama dia merasakan nyeri pada kepalanya, juga rasa kantuk yang mulai datang menyerang. Sepertinya dia harus segera pulang, karena salju turun semakin lebat. Dia menatap langit senja yang tak lagi berwarna jingga karena tertutup oleh awan.
"Aku harus pulang sekarang, salju bakalan turun semakin lebat." Ucapnya, dia bangkit dari duduknya dengan kepala yang masih terasa berat.
Dia berjalan lagi diantara butiran salju yang semakin lama semakin banyak. Namun saat merasakan nyeri yang luar biasa dari kepalanya membuat langkanya terhenti. Dia menunduk sembari merasakan nyeri yang amat luar biasa, cairan mulai keluar dari hidungnya, setetes demi setetes terjun kebawah dan jatuh diantara salju dibawahnya. Membuat benda berwarna putih itu perlahan berubah menjadi merah.
"Kenapa kau harus keluar disaat kek gini? Menyusahkan." Dia mengelap cairan berwarna merah itu dengan lengan Hoodie miliknya, tak perduli dengan bercak yang akan tertinggal disana.
Dia segera berjalan kembali, karena salju mulai turun dengan lebat dan sesekali mengelap cairan yang masih saja keluar dari hidungnya. Nyeri di kepalanya itu menyerangnya lagi, membuatnya linglung dan akhirnya ambruk diatas tanah yang sudah ditutup salju itu.
Hari semakin malam dan salju semakin banyak berjauhan. Dia tak kuasa menahan semua rasa sakitnya. Sakit pada lengannya, nyeri di kepalanya, bahkan darah yang masih saja mengalir dari hidungnya. Sehingga salju disekitarnya berubah menjadi berwarna merah karenanya.
Yang dia bisa lakukan hanya menutup matanya, merasakan hawa dingin yang mulai menusuk kulitnya. Namun dirinya sendiri tak berharap ada orang yang membantunya.
"Jika aku mati sekarang, tak masalah. Aku sudah memaafkan diriku. Aku sudah memaafkan mu, Lee Heeseung."
Heeseung perlahan menutup matanya dengan cairan yang masih menetes dari hidungnya. Perlahan rasa sakit itu pergi dari tubuhnya dan tak ia rasakan lagi kehadirannya. Dia yakin dirinya sudah mati sekarang.
"Hyung bentar! Siapa itu?"
Namun ternyata takdir semesta berbeda. Seorang anak laki-laki yang sedang berbelanja di minimarket terdekat menangkap hal yang agak aneh diujung jalan.
"Kenapa Won?"
"Itu hyung!" Tunjuknya kepada seseorang yang terbaring tidak sadarkan diri diatas salju.
Kakak beradik itupun langsung berlari menembus salju yang mulai turun lebat. Menghampiri pria yang tak mereka kenali.
"Astaga dia mimisan, lo bantu gue bawa dia." Ucapan sang kakak, namun saat mencoba mengangkat tubuh laki-laki itu dia tidak sanggup.
"Bantar won, gue ngga kuat."
"Gitu doang ngga kuat, Sunghoon Hyung emang ngga bisa apa-apa. Panggil Jay Hyung sama Jake Hyung aja!" Ucap sang adik, dia meneduh sebentar kemudian mengambil benda pipih di sakunya dan menghubungi seseorang.
"Hyung!"
"... ......"
"Hyung, bantuin Jungwon sama Sunghoon hyung, kita ketemu orang pingsan di pinggir jalan. Kita ngga kuat angkat."
"..."
"Kita di depan minimarket deket halte bus nomor delapan."
"... ......"
"Nee."
Tut...
Menunggu beberapa saat akhirnya dua orang yang mereka tunggu datang dengan mobil. Mereka segera memasukkan pria yang tak lain dan tak bukan adalah Heeseung.
"Kenapa bisa gitu sih?" Tanyanya lelaki yang sedang menyetir itu, Jay namanya.
"Ngga tau, gue sama Jungwon ketemu dia waktu udah pingsan." jawab Sunghoon.
"Dia ngga mati kan?"
"Hus! Hyung ngomongnya jangan sembarangan." Ucap Jungwon kepada lelaki yang akrab disapa Jake itu. Mereka kembali melanjutkan perjalanannya ke rumah Jay, untuk mengetahui kondisi seseorang yang mereka bawa.
Disini awal kisah mereka dimulai. Heeseung awalnya berfikir semua sudah berakhir, ternyata semuanya baru akan dimulai.
*****
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dan disinilah, lembar pertama kisah mereka terbuka. Berharap supaya ada akhir yang bahagia dari semesta untuk mereka semua.
Cerita ini hanyalah cerita fiksi semata, jadi semua watak, karakter, maupun visualisasi para tokoh tidak berhubungan dengan kehidupan para idol di dunia nyata, jadi untuk para pembaca, diharapkan bisa membedakan cerita dan realita kehidupan para idol di dunia nyata.
Terimakasih~
Wait guys! Sebelum lanjut boleh dong spill kalian dari mana aja dan tau buku ini dari mana??