FIRST

3 0 0
                                    

Praang!

Aku menghela nafas. Ini sudah kesekian kalinya orangtua itu melempar benda berbahan kaca. Seperti kemarin,beliau melempar gelas kaca,dan mungkin hari ini melempar piring? Entahlah..aku tak ingin peduli.

Namaku [y/n] aku seorang remaja berusia 17 tahun,dan yang barusan kubicarakan itu adalah orangtua-ku. Yang setiap malam,setiap bertemu satu sama lain selalu bertengkar.

Seperti malam ini contohnya,aku yakin sekali ayah baru saja pulang dari kantor tadi,sebelum terdengar suara ntah piring atau apalah itu pecah karena dilempar oleh ibu. Kemudian terjadilah lagi,perang dunia ke-empat. Ah,mungkin ini sudah yang ke-belasan kalinya.

***

Ribut. Mungkin itu yang dirasakan para tetangga,apalagi aku. Sebal sekali rasanya. Kalau sudah begini,aku biasanya akan langsung kabur dari rumah.

Benar juga kenapa aku tidak keluar saja dari rumah ini?

Tak perlu waktu lama bagiku untuk menyiapkan diri,sedetik kemudian aku sudah melompat keluar dari jendela. Cara kabur yang kuno,tapi efisien. Untungnya banyak tumpukan salju dihalaman rumah tadi sehingga tak membuat kakiku sakit saat mendarat. Tunggu sebentar, salju?. Kupandangi sekitarku,benar,aku melupakan malam ini,malam pertama musim dingin. Dan aku keluar hanya dengan baju tidur yang ditutupi dengan jaket yang tidak terlalu tebal,mau kembali kekamar lagi mustahil rasanya,karna sama saja aku menampakkan diri pada orangtua-ku. Aku terdiam. Sudahlah,tak masalah. Ini hanya salju,bukan api. Iya,kan?

Tapi masalahnya itu...ada didalam tubuhku.

Suhu malam ini menurun drastis,atau mungkin tidak?. Yang jelas,tubuhku sudah tak kuat lagi menahan dinginnya butir salju yang secara tak sengaja jatuh mengenai kulit juga hembusan angin musim dingin yang sejuknya berkali lipat dari angin biasa. Aku memperhatikan sekitar,mencari tempat yang bisa menghangatkan tubuku,dan...ketemu. Ada sebuah cafe kecil disana,mungkin aku bisa mampir untuk sekedar menghangatkan diri.

***

Permisi... ucapku pelan sambil mendorong pintu,disusul dengan gemerincing suara lonceng yang disimpan dibelakang pintu cafe tersebut. Seseorang yang berada tak tak jauh didepanku menoleh,mungkin dia salah satu pelayan cafe ini.

Selamat datang.. ucapnya,lalu pandangan kami saling bertemu

eh? Kaoru-kun?

[y/n]-chan?

Kenapa kau bisa ada disini? ujar kami bersamaan,disusul dangan tawa khas seorang Hakaze Kaoru. Ayo duduk dulu,nanti akan kujelaskan.

Nah,kau mau pesan apa? tanyanya

Eh,aah...aku mau coklat panas saja. Jawabku

Baiklah. Ucap pemuda berambut pirang itu singkat.

Namanya,Hakaze Kaoru. Dia teman sekelasku,juga teman masa kecilku dulu, jadi kami lumayan akrab.

Jadi, kenapa kau bisa ada disini? aku mengulang pertanyaanku

Aku bekerja disini Jawabnya sambil meletakkan segelas coklat panas didepanku

Hmm respon ku singkat.

[y/n]-chan sendiri,kenapa bisa keluar tengah malam begini? Di musim dingin lagi. Kaoru balik menanyaiku.

Aku menghela nafas. Biasalah..masalah dirumah. Kaoru mengangguk paham,dia sudah tau perihal masalah keluarga ku,jadi langsung mengerti.

Tak lama kami berbincang, Kaoru kembali bekerja. Meninggalkan aku dan secangkir coklat panas yang mulai dingin.

***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 24, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SeasonsWhere stories live. Discover now