Bab I. [Alien] : Chapter 2. "Mata yang melihat keanehan."

2 2 0
                                    

19:05

Berjalan-jalan di gang perumahan warga yang bangunannya tidak merata dan berbeda-beda, Arty bersenandung kecil saat menghindari sampah-sampah plastik di tanah. Lingkungan masyarakat Indonesia, terlebih di daerah rumah-rumah warga kebawah memang cenderung memiliki sanitasi dan kebersihan yang buruk. Arty yang tinggal di provinsi Sumatera Selatan, Kota Palembang, yang banyak rumah tua penduduk berada di pinggiran sungai Musi sudah terbiasa dengan tingkat kebersihan setingkat ini.

Jalan yang ditapaki Arty sepi hari ini, kecuali lampu rumah-rumah penduduk yang menyala dan beberapa anak muda yang nongkrong bersama untuk bermain game, jalannya cukup lebar untuk Arty bergerak bebas. Tidak perlu dikatakan, indranya dengan mudah menangkap satu pasangan remaja di bawah umur bersembunyi di balik dinding yang berada di titik buta mata orang lain. Meskipun letaknya jauh, cahaya lampu handphone di sudut itu terlalu jelas menunjukkan dua siluet bayangan kecil di bawah umur.

Untungnya karena itu terletak di sudut halaman belakang rumah orang lain, Arty tidak harus melewatinya untuk menuju Restoran keluarganya atau dia bisa saja menemukan 'informasi' lebih banyak yang sangat tidak dibutuhkan.

Arty tidak iri, hanya saja dia berpikir dunia itu masih dikelilingi terlalu banyak misteri yang pantas di temukan daripada terjebak dalam kesenangan birahi remaja yang nanti menyesal kelak.

Wajahku cukup tampan bahkan untuk standar Asia, jadi menemukan seorang wanita itu mudah hanya dengan muka. Masalahnya adalah... Uang. Renung Arty dengan wajah bermasalah.

Dengan uang, anda bisa membeli semuanya dan memperlancar semuanya.

Maka dari itu... Dia benar-benar harus menemukan pekerjaan yang bisa memberikannya banyak uang! Terutama keamanannya yang tinggi! Puji Kapitalis!

Arty mempercepat langkah kakinya saat pikirannya berpacu, telat menyadari seekor kucing hitam tampak meringkuk di sudut kesakitan. Ketika menyadarinya, pengamatannya yang cepat membuat Arty menyadari kalau kucing ini akan mati atau cacat berat sepanjang hidupnya.

Meoong...gg..

Kucing hitam tersebut mengeong dengan suara yang rendah dan bergetar, tulang pinggangnya sudah patah dan kedua kaki belakangnya bahkan tertekuk dengan cara aneh seperti mainan yang rusak. Bulu hitamnya yang seperti malam sudah bersimbah darahnya sendiri. Kedua kelopak matanya terkulai lesu, seolah bisa menutup kapan saja.

Kucing hitam itu menatap sosok Arty yang hanya beberapa meter darinya, mata kucingnya bersinar dalam kegelapan dan tampak tragis. Kucing hitam ini tiba-tiba mengingat sosok manusia yang menabraknya dengan benda logam berputar yang membuatnya seperti ini, melihat manusia lain itu tiba-tiba menjadi agresif.

Namun, Kucing hitam itu tidak memiliki kekuatan lagi bahkan untuk mengeong sekali lagi. Jadi itu tidan menyadari Arty yang sudah melepas jaketnya dan membungkus Kucing hitam tersebut dengan lembut.

Merasakan kehangatan yang tiba-tiba, telah memberikan kekuatan bagi Kucing hitam itu untuk membuka kedua matanya sekali lagi. Dia melihat manusia yang membungkuk dan menyelimuti tubuhnya dengan penuh kasih sayang, mata manusia itu sangat jernih namun juga sepi, dan senyum manusia itu yang hangat membuat kucing itu melupakan rasa sakitnya yang sangat berat untuk sesaat.

Menatap wajah manusia itu beberapa saat dengan matanya, mulut Manusia itu terbuka untuk menciptakan suara yang langsung melekat ke pikiran Kucing Hitam tersebut.

"Karena kau perempuan, namamu sekarang akan menjadi... Tirin."

Tirin.

Meong~

Tirin mengeong sebelum menutup matanya untuk selamanya.

Mengingat momen ini dalam jiwanya.

Merasakan tubuh hangat Tirin yang mulai mendingin dan darah merah kental yang merembes dari jaketnya, Arty tetap diam saat pikirannya termenung tanpa arah.

Idiiaka Beautiful JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang