Twoshot/Threeshot maybe?
Hurt/Romance
Mpreg
||
||
||
Gerald Arya Wiraja
Mahessa Zatta
(In memoriam)
Gamma Satya Wiraja||
||
||
Dua bulan sebelum kematian Gamma.
"Ge, sini, ngobrol dulu sama Abang!" Gamma, pria tampan berusia dua puluh enam tahun itu memanggil seorang pemuda tampan bertubuh tinggi yang lebih muda dua tahun darinya itu. Gerald yang dipanggil segera mendekat, duduk di kursi rotan di sisi kakak lelakinya itu.
"Apa kabar Mayang?" Gamma tiba-tiba menanyakan sosok gadis kekasih Gerald itu.
"Dia baik, Abang kangen?" Gerald balik bertanya.
Gamma tersenyum tipis, ia mengerling pada teko kaca berisi teh di meja. Gerald mengerti, ia segera menuangkan teh itu ke dalam dua cangkir dan menaruh satu cangkir di depan kakaknya.
"Kau lihat itu, Ge?" Gamma menunjuk hamparan persawahan di depan sana, di lembah kejauhan.
Gerald mengangguk, itu adalah sawah mereka, tepatnya milik mereka yang digarap oleh penduduk desa ini.
"Jagalah itu, jangan mengambil keuntungan dari para petani, tetaplah berbuat baik meski mendapatkan sedikit keuntungan!" Gamma mulai dengan wejangannya.
Gerald mengangguk sembari menyeruput tehnya. Empat tahun yang lalu seorang Gamma Satya Wiraja adalah seorang pemuda nakal yang hanya tahu menghambur-hamburkan uang orang tua mereka saja. Gamma dan Gerald berkuliah di universitas yang sama, Gamma adalah kakak sekaligus seniornya di kampus. Gerald sangat tahu seperti apa sepak terjang sang kakak selama masa itu. Maka cukup takjub ketika melihat perubahan besar Gamma saat ini. Gamma berubah banyak, ia menjadi sosok pekerja keras dan berhati baik. Ia terkenal bijaksana dan sosok yang bertanggung jawab. Semua itu terjadi setelah ia mengenal Hessa, pemuda yang sekarang telah ia nikahi.
Gerald mengangguk, tentu ia setuju. Meski baru menyelesaikan kuliahnya setahun yang lalu tapi Gerald sudah belajar banyak dari sang kakak. Waktu empat tahun belakangan Gamma benar-benar menunjukkan jika ia adalah putera keluarga Wiraja yang layak dihormati dan dijadikan panutan.
"Apa kau dan Mayang masih suka bertengkar?"
Gerald refleks menatap sang kakak, sejak kapan kakaknya mengetahuj jika ia dan gadis itu kerap berselisih paham?
"Abang bukannya tidak setuju dengan hubungan kalian, kau berhak bersama siapa pun yang kau sukai, tapi carilah sosok yang stabil dan mampu mengimbangimu, jangan mencari sosok yang seperti minyak menyulut api!"
Gerald tertegun, baris demi baris kalimat sang kakak merasuk ke relung jiwanya. Terdengar menggurui memang, tapi itu membuat jiwanya seperti disiram air dingin.
"Ge, kau akan menjadi penerus pemilik tempat ini nantinya, Abang harap kau tidak akan salah memilih pendamping hidup!"
"Bang, dibanding aku, Abang adalah orang yang lebih kompeten, aku hanya akan ngikut Abang saja!" Gerald merasa tidak nyaman dengan kalimat Gamma barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under The Moonlight
Short StoryHessa adalah prioritas utama bagi Gamma bahkan sampai ia mati pun, Hessa tetap prioritas utamanya.