Pagi memberingsut malam. Sang surya sudah bangun untuk menghangatkan bumi. Embun-embun yang bergelayut manja di pucuk dedaunan mulai mengering.
Kamu tersenyum tatkala mendapati sosok jangkung menghampirimu yang sedang memasak nasi goreng di dapur. Tubuh jangkungnya terbalut sweater bergradasi black-grey.
"Memasaklah yang enak, Dandelion!" decak si cuping telinga Dobby alis Park Chanyeol dengan sebutan manis yang diberikannya untuk kamu; Dandelion.
Kamu tersenyum singkat ke arah Chanyeol, lalu khidmat mengorek nasi goreng yang sudah setengah jadi setelah membenahi letak poni rambut hitammu yang beringsut.
"Kamu memasak nasi goreng apa?" Sifat kepo Chanyeol mulai kumat. Sepasang netra sipitnya mengamat nasi goreng di wajan. Harumnya gurih, tampak enak, ia cukup terkesan dengan apa yang kamu buat.
"Kamu bisa melihatnya sendiri, aku memasak nasi goreng apa, Tuan Park," cicit kamu, memilih tidak menimpali tatapan Chanyeol sejemang pun, fokus mengorek nasi goreng sosis yang kamu buat. Rambut hitam kuncir ekor kudamu tampak bergelanyut pelan.
"Nasi goreng sosis. Aku suka," komentar Chanyeol. Senyum manis terbit di bibir, dibarengi lesung pipitnya dipamerkan.
Mendengar suara bass itu mengungkapkan "suka" membuat kamu merasa senang. Akhirnya kamu memilih tersenyum asimetris ke arah lelaki jangkung yang memujimu ini; Park Chanyeol, alias suami kamu.
"Baiklah. Aku bersemangat untuk sarapan. Jangan lama-lama. Aku menunggumu di meja makan," ujar Chanyeol kemudian, lalu beringsut pergi.
Tidak banyak merespon, kamu memilih menatap sejemang punggung lelaki jangkung itu yang sudah menjauh dari arah kamu dengan gesit. Fokus pada nasi goreng sosis kamu lagi.
Tak sampai 10 menit, kamu membawakan nasi goreng sosismu ke meja makan. Dan seperti biasa, kamu disambut keantusiasan suamimu dengan senyum lebar, memakannya dengan lahap, membuat kamu merasa puas melihat itu.
"Nasi goreng buatanmu tidak pernah mengecewakan rasanya, Dandelion," komentar Chanyeol yang mengunyah nasi goreng pelan. Melihat ke arah kamu sejenak.
Kamu yang duduk berhadapan dengan Chanyeol mengulas senyum senang mendapat sanjungan itu. Sebelah tangan kamu entah kenapa gatel untuk bersegera merapikan poni rambut kamu yang masih rapi.
"Andai aku tidak alergi udang, pasti aku sudah memintamu untuk membuat nasi goreng udang. Aku suka udang, tetapi tubuhku tidak mau berkompromi dengan itu. Huh! Menyebalkan sekali!" omong Chanyeol yang diakhiri dengan decakan sebal khas-nya--bibir monyong 2 cm.
Bukan menjawab, kamu malah tersenyum geli. Ini adalah kesekian kalinya Chanyeol kesal dengan kenyataan suka udang, tetapi alergi udang. Jika melanggar dengan bebal memakan udang, suami kamu itu akan muntah-muntah, lalu gatal-gatal.
"Ya! Kenapa setiap aku membawa topik ini kamu selalu tersenyum geli, hmm?" selidik Chanyeol dengan ritme ketus, lalu melahap sendokan penuh tinggi seperti gunung nasi goreng.
"Tidak apa-apa. Kamu hanya terlihat lucu saat kesal dengan bibir monyong seperti barusan," jawab kamu ini, diakhiri kikikan kecil.
"Aish! Dasar Dandelion!" decak Chanyeol kemudian, berakhir manyun lebih panjang, membuat kamu terkikik lagi.
***
Dandelion. Itulah sebuah sebutan spesial Chanyeol yang diberikan untuk kamu saat masih duduk di bangku SMA. Sebuah sebutan yang mempunyai analogi mendalam untuk kamu; tentang keceriaan, tentang keteguhan, dan tentang kesabaran.
Park Chanyeol, saat SMA adalah sosok sunbae sekaligus ullzang. Ia begitu banyak disukai para kaum hawa di sekolah, tak terkecuali kamu; menjadi pengagum rahasia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anomali
FanfictionTentang kamu yang disebut Dandelion oleh kekasih kamu. Cover: @itseeli