°Prolog

12 1 0
                                    

Hai, ketemu lagii👋
Jangan lupa follow Author-nya terlebih dahulu sebelum membaca ya!
Intinya ini cerita ku yang ke sekian, come back nii udah lama, ada yang kangen? hehe.

°°°

"Panggilan kepada, Bintang Zafran Arsy. Di tunggu di ruang pengurus Santri putra." ucap seseorang melalui toa Masjid, yang di mana toa ini terdengar sampai seantero Pondok Pesantren Al Zain.

Pagi ini sebenernya tidak ada jadwal tapi di isi dengan pengajian yang di pimpin oleh Abi. Yang di mana seluruh santri Al Zain berada di dalam satu Majelis khusus. Terlihat di ruang sebelah kanan paling pojok, seseorang dengan wajah terkejutnya langsung berlari ke luar Majelis untuk menuju ruang pengurus santri putra. Ya, dia adalah Bintang. Untung sekali pagi ini Abi mengabari kepada Muddabir akan telat datang untuk mengisi pengajian, karena ada urusan mendadak dengan Kang Badru di Pondokan lain. Jadi Bintang tidak perlu menghadap Abi lagi untuk izin keluar Majelis pagi ini.

Dengan langkah gusar, Bintang menuju ruang pengurus putra yang berada di sebelah Aula Pondok putra.

Langkah Bintang berhenti di Koridor ruang pengurus, belum sempat mengetuk pintu dan memberi salam. Bintang menengok ke belakang sebab ada yang menepuk bahunya. "Bintang, ente lolos! Siapin buat test minggu depan ya, ba'dal nya si Labib aja. Pokoknya minggu depan jangan malu-maluin diri ente di depan Abi." ucap Kang Ilyas.

Bintang yang mendengar dan tersadar dengan siapa ia berbicara itu, langsung menundukan pandangannya dan sedikit membungkuk untuk menyalami tangan sang Guru. "Maaf Kang, Bintang gak liat tadi. Maksud Akang, Bintang naik tingkatan ngaji hari ini?" Ucapnya sumringah. Bagaimana tidak? Naik tingkat ngaji itu adalah impian semua santri baru dan Notebane nya Bintang baru menginjakan kaki di Pondok Pesantren Al Zain selama tiga bulan.

Kang Ilyas tersenyum, hatinya ikut bahagia. "Bangga saya sama ente, Bintang. Semangat terus ya, jarang-jarang saya nemuin Santri baru yang cepat banget naik ngaji tingkat tiga, apalagi sampai Abi ingin bertemu ente."

"Terimakasih Kang, ini pun berkat Akang dan guru-guru di sini yang udah banyak bantu Bintang."

"Aamiin-aamiin. Barokah ya Bintang. Kalau begitu saya permisi dulu. Yasudah, begitu saja. Ente ada mau nanya lagi? " Tanya Kang Ilyas.

Bintang tersenyum ta'zim, "Cukup Kang, terimakasih banyak. "

Kang Ilyas mengangguk. "Assalamu'alaikum,"

" Waalaikumsalam. "

∆∆∆•∆∆∆

Kabar soal Bintang yang ingin naik ngaji tersebar luas di telinga para santriwati. Sampai-sampai sebagian di antara Santri putri itu berceloteh kagum kepada si pria sholeh yang baru saja di kabarkan lolos ujian tes tingkat tiga itu. Padahal Bintang notebane nya masih terbilang Santri baru, baru beberapa bulan menginjak pondok pesantren Al Zain ini.

Sementara di sudut kamar yang bertuliskan angka "8" Aku hanya sibuk dengan buku ku. Buku kuning yang selalu aku jadikan teman curhat. Aku tidak terlalu peduli dengan celotehan yang membicarakan santri putra itu, walaupun aku sendiri juga ingin tahu wujud dari seorang Bintang itu seperti apa.

"Bintang itu bukannya angkatan kamu ya, Del?" tanya Shila kepada ku yang sedang fokus menulis binder.

Aku mengangguk pelan, "Iya kak, denger-denger juga Bintang angkatan Edel."

Lembar Usang Untuk BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang