"Anak-anak kalian sudah selesai?"
Ibu Jay masuk ke dalam kamar tersebut. Namun tak ada satupun dari mereka yang menjawabnya. Akhirnya dia menatap satu objek yang benar-benar membuatnya terkejut. Dia menatap pria yang berbaring di ranjang itu, dipenuhi dengan luka gores di kedua lengannya.
"J-jay? Apa ini?"
"Jay juga nggak ngerti ma." ucap Jay kemudian menggeleng pelan. Ibu Jay berjalan kearah Heeseung lalu melihatnya lebih teliti. Dia membendung air matanya, apa yang dia lihat? Apa masih ada anak yang mengalami depresi berat di zaman ini?
"Nak, kenapa kamu melakukan hal itu? Kamu melukai dirimu sendiri?" Ucapnya, mengelus surai lelaki yang tak ia kenali itu, jujur dia takut. Selfharm, juga bagian dari masalalu nya.
Jika kalian bertanya nyonya Park pernah merasakannya? Pernah, dia pernah merasakan saat dimana kalian harus menahan semua rasa sakitnya, demi melupakan luka yang pernah ada.
Dia kembali mengambil kotak obat yang masih tersimpan di atas meja. Membuka perban dan obat merah dibantu oleh Jake. Mereka melilitkan perban di lengan lelaki itu. Sehingga lengannya benar-benar terbungkus hingga siku.
"Kasihan, kenapa dia ngelakuin hal ini?" Mereka semua menatap Ni-ki. Ibu Jay hanya tersenyum.
"Dia ngga punya tempat cerita buat ngelepas rasa lelahnya. Dia tak punya tempat menangis untuk melepas beban di hatinya, dan tak ada telinga yang mau mendengar keluh kesahnya."
"Apa ngga ada sama sekali? Kalo gitu biar Jungwon aja yang denger. Jungwon suka denger orang yang curhat." Ucap polos anak itu. Mereka semua hanya tersenyum. Jungwon terlalu muda dan dia belum merasakan kejamnya dunia.
"Iya, terkadang kalian harus menjadi telinga untuk seseorang. Jika dunia ngga mau mendengarkan, kalian sendiri harus menjadi pendengar."
Mereka semua tersenyum sembari mengangguk. Ibu Jay pun hanya membalas dengan senyum tipis. Kemudian netranya beralih menatap pria yang masih setia menutup matanya, perlahan senyuman manis itu berubah menjadi senyum miris.
Kukira dunia sudah berbeda, tapi ternyata dunia masih sama saja. Kamu yang kuat ya? Tetaplah bertahan walau saat dunia berkata lepaskan.
*****
Lelaki itu perlahan membuka matanya bersamaan dengan cahaya yang mulai menyorot kedua penglihatannya. Dia mengedarkan pandangannya ke sekitar, tempat yang sangat asing menurutnya. Kepalanya masih terasa sakit, dia mengutuk dirinya didalam hati.
Lee Heeseung bodoh! Bisa-bisanya kau memohon agar kau mati. Hidupmu itu berharga!
Cklek
Pintu terbuka. Heeseung terlonjak kaget saat mendengar suara dari pintu tersebut. Terlihat seorang remaja yang akan memasuki kamar tersebut, tatapan mereka terkunci beberapa saat hingga remaja itu menyadarinya. Dia menutup kembali pintu dan pergi entah kemana membuat Heeseung kebingungan.
"Siapa dia? Kenapa aku disini? Mereka tidak menculik ku saat aku pingsan kan?" Dia mendudukkan dirinya diatas ranjang itu. Memperhatikan sekelilingnya. Dia ingat bahwa terakhir kali sebelum dia pingsan dia sempat mimisan, dengan cepat dia meraba hidungnya dan ternyata sudah bersih.
"Aku dimana sih? Lho? Kaos siapa ini? Dan.. kenapa tiba-tiba ada perban?" Beribu pertanyaan muncul di benaknya, nilai dari kaos yang ia kenakan serta lengan yang sudah ditutup oleh perban.
"Kamu sudah bangun nak?"
Heeseung dengan cepat mengalihkan pandangannya kearah pintu. Disana berdiri seorang wanita paruh baya, wanita itu masuk dan mendekat kearahnya. Dia pikir wanita itu hanya sendiri, ternyata dibelakangnya diikuti enam orang lainnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/295766086-288-k427806.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Alone
Novela Juvenil"Aku yang salah. Kalian sebenarnya hanya singgah, tapi tanpa sadar aku menjadikan kalian rumah." Hidup dibayangi kenangan masalalu membuat Lee Heeseung menjadi putus asa. Ada rasa bersalah yang benar-benar melekat di hatinya, membuatnya semakin depr...