PROLOG

11 3 0
                                    

"Appa , apa hari ini kita ke ladang?" tanya lelaki kisaran umur delapan tahun itu kepada ayahnya.

"A-ni," jawab ayahnya singkat, sambil membereskan beberapa barang di sekelilingnya.

"Mwo!? Wae appa!" bibir mungil anak lelaki itu reflek mengerucut mendengar jawaban ayahnya barusan, alisnya tampak mengerut seperti Angry bird.

"Hahahah, jelek sekali wajahmu jika begitu!" ungkap ayahnya dengan tawa mengejek.

"Aish, appa! Chanie sedang serius!"

"Cuaca hari ini sedang tak baik Chan. Saat appa melihat keluar, mendungnya begitu petang, kemungkinkan hari ini akan turun salju,"

"Cepat sekali sudah mau turun salju, padahal ini kan masih bulan ke sebelas..." ucapan anak berkuping peri itu terhenti ketika ayahnya menyahutinya.

"Dua belas anakku, sudah awal bulan wajar saja musim dingin sudah dimulai," koreksi lelaki bermarga park itu sembari mencubit gemas pipi gembul putra bungsunya.

Tiba – tiba muncul seorang gadis muda yang usianya tak terpaut jauh dari anak lelaki tadi, sekitar setahun lebih tua darinya. "Appa, Dongsaeng! Eomma sudah menyiapkan makanan untuk kita, ayo segeralah ke dapur,"

"Appa akan segera kesana ketika semua ini sudah di bereskan. Chan, ikutlah kakakmu ke ruang makan terlebih dahulu, nanti appa menyusul," pinta ayahnya. Rupanya gadis tersebut adalah kakak dari lelaki dengan panggilan singkat 'Chan' itu.

"Gwenchana-yo?"

"Nee, pergilah. Eomma pasti sudah menunggu,"

"Ah- arraeso," kemudian sepasang kakak adik itu melenggang pergi menuju dapur, sementara itu ayahnya tetap harus berada di tempat sampai pekerjaannya selesai.

👥👥👥

Sesampainya di dapur, mereka berdua segera mengambil tempat untuk duduk di sekitar meja makan. Maksudnya di lantai duduknya, bukan di meja makan ya.

Sambil menunggu ibunya menaruh hidangannya di meja, anak lelaki itu menghampiri ibu nya dengan kilah ingin membantu menyiapkan hidangan, padahal nyatanya dia hanya kepo dengan lauk yang di masak siang ini.

"Tumben kamu kesini?" tanya Nyonya Park terheran - heran.

"Hehe mau bantu eomma , boleh kah?"

"Wah anak yang baik, tentu boleh sayang,"

Mendengar jawaban ibunya barusan, anak itu tersenyum sumringah dengan perasaan yang girang. Sedikit ia melirik sesuatu di samping ibunya yang sepertinya itu ialah lauk santapan untuk saat ini.

Mengetahui anaknya seperti mengintip ke arahnya, wanita kepala tiga itu menggeleng keheranan. Rupanya, ada tujuan lain anaknya membantu dirinya saat ini.

"Hari ini eomma masak galbi, ingin tahu apa lagi tuan Park Chanyeol?"

Menyadari ibu menyindir dirinya, bocah bernama Chanyeol tersebut segera mengalihkan pandangannya kembali ke arah ibunya.

"Ish, Eomma mengagetkanku!" seru Chanyeol, seusai tubuhnya terlonjak kaget beberapa detik yang lalu.

"Habis kamu kepo sih," sahut kakaknya dari meja makan.

Lantas Chanyeol menyengir kesal dengan sahutan kakaknya barusan, kemudian ia melanjutkan kegiatannya membantu eomma tercintanya.

Kini hidangan sudah tertata rapi diatas meja makan, mereka bersiap di tempat masing - masing sambil menunggu ayah datang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Walk AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang