Sequel Soulmate.
◇◇◇
20 Oktober 2021
Harusnya Seokjin ingat bahwa setiap tanda soulmate adalah hal yang akan atau sudah terjadi antara dua soulmate. Entah saat mereka sudah saling terikat atau belum terikat. Seperti tanda tulisan baby milik Taehyung. Saat itu mereka masih kecil sekali, Seokjin tidak ingat pasti umur mereka. Orang tua Taehyung membelikan mainan bertema dunia sihir dan Tae Ra menulis baby di bawah foto Taehyung bayi dengan pena bulu mainannya, meski pena itu tetap berfungsi seperti pena biasa.
Seokjin mengambil tangkai bunga layu di bawahnya, semua kelopaknya sudah jatuh di atas tanah tanpa tersisa. Ia tersenyum, mengganti bunga tadi dengan bunga mawar merah yang baru.
"Aku datang, Kook."
◇◇◇
28 Agustus 2021
Jungkook menoleh sekali lagi ke dalam gedung fakultasnya, Tae Ra tidak juga terlihat. Menghela nafas lelah, ia melangkahkan kakinya keluar gerbang. Botol minum Tae Ra yang sempat ia minta isinya tadi siang, ia bawa. Menyerah karena tidak menemukan Tae Ra keluar, atau mungkin kakak perempuan Taehyung itu sudah pulang ke rumah. Satu hal yang Jungkook rutuki hari ini, dia meninggalkan ponselnya di apartemen.
Jungkook menatap pada jalanan, hanya dia yang akan menyebrang setelah ini. Pandangannya menerawang jauh saat melihat langit, ia tersenyum kecil mengingat momennya bersama Seokjin kemarin. Saat ia berhasil membawa Seokjin menyelinap keluar pesta keluarga Kim dan bermain semalaman di pantai terdekat.
Setahun mengenal, Jungkook cukup tau bagaimana cara menghibur soulmate yang sudah merangkap seperti saudara baginya. Jungkook mengusap matanya dan terkekeh kecil, Seokjin pasti sedang berhadapan dengan flash dari kamera. Rasa itu tersalur pada Jungkook meski samar.
Langkahnya ringan menyebrangi zebra cross, meski entah mengapa ada rasa aneh di hatinya. Ia sedikit kaget saat teriakan orang-orang menggema di sekitarnya, dia baru akan menoleh ke belakang tapi tubuhnya terbentur keras dan terpental hingga sampai pinggiran trotoar.
Jungkook bersumpah bahwa sekarang untuk pertama kalinya ia merasakan sakit yang begitu dalam. Nafasnya terasa sesak, ingatannya berlarian pada banyak hal. Sebelum semuanya menggelap, Jungkook takut pada satu hal, bagaimana jika Seokjin merasakan kesakitannya juga. Jungkook merasa sangat bersalah.
Teriakan Jimin menjadi hal terakhir yang Jungkook dengar.
◇◇◇
Namjoon menyeret Seokjin keluar lokasi pemotretan dan bergegas memasuki mobil, tidak mengindahkan protes artisnya. Seokjin tentu heran pada kelakuan si manajer. Tidak biasanya seorang Namjoon bertingkah gegabah. Untungnya kameramen yang bekerja sama dengan mereka kali ini adalah Min Yoongi, soulmate dari Namjoon. Jadi pasti pria pucat itu akan memberi sedikit maafnya pada mereka yang seenaknya meninggalkan pekerjaan.
"Kita mau kemana sih? Lo kenapa Namjoon."
Namjoon bergerak gusar, meski fokusnya tetap pada jalanan padat di depannya. "Lo bilang badan lo sakit kan sejam lalu?" Tanyanya yang hanya dibalas anggukan bingung Seokjin. "Kita ke rumah sakit, Jungkook kecelakaan."
Rasanya seperti ribuan es jatuh di atas kepalanya. Seokjin terdiam, badannya terasa begitu sakit entah karena apa. Perasaannya juga sedikit memburuk. Dia hampir melupakan fakta keberadaan soulmate.
Sepanjang perjalanan, Namjoon tidak sedikitpun berusaha mengusik. Dia tidak mau semakin memperkeruh suasana hati Seokjin. Hingga keduanya sampai pun, mereka tetap tak berbicara dan hanya berlarian menuju UGD.
Jimin, Taehyung, Tae Ra, Mingyu, dan Noella ada di sana. Semua orang menangis, membawa Seokjin pada tangisan yang sama setelah berpuluh menit menahannya. Jimin membawa Seokjin ke dalam pelukan, membiarkan yang lebih tua menangis sepuasnya.
Jungkook kritis dan mereka hanya bisa berdoa untuk keselamatannya.
◇◇◇
9 September 2021
Jungkook sudah terbangun dari komanya semenjak dua hari lalu. Dihari pertama anak itu masih terlihat linglung dan kesulitan bicara. Hari ini menjadi hari yang membahagiakan bagi Seokjin karena setidaknya Jungkook sudah bisa sedikit lebih banyak merespon mereka.
Jika ditanya bagaimana keadaannya, tentu saja jauh dari kata baik. Tangan kanannya dijahit dari bahu hingga lengan bawah. Hidungnya sampai ke pipi juga mendapat jahitan. Hampir seluruh tubuhnya dipenuhi perban.
Hari ini hanya ada Taehyung dan Seokjin yang berjaga. Keluarga Jungkook tidak ada yang datang satu pun. Hal yang sangat disayangkan Seokjin. Orang tua Jungkook memang sudah meninggal, hanya tersisa kakak dari ibu Jungkook beserta istri dan anak pria tersebut. Pria tua brengsek kalau kata Taehyung. Karena pria tua itu hanya menyisakan seperempat harta dari ayah dan ibu Jungkook untuk biaya hidup Jungkook.
Juga, mengirim Jungkook ke apartemen sendirian setelah lulus SMP.
"Pria keparat itu, apa yang mau lo semua harepin?!"
Marah Taehyung minggu lalu saat Jimin dan Mingyu tidak berhasil membawa si pria tua itu untuk sekedar mengunjungi keponakannya yang sekarat.
Seokjin tersenyum melihat kelopak mata cantik di depannya mulai terbuka. "Sore, Jungkook. Butuh sesuatu?" Jungkook menggeleng lemah, membalas genggaman tangan Seokjin meski jelas saja itu tidak berhasil karena tangannya terlalu lemah.
"S..s..eok..jin."
Seokjin mendekatkan dirinya pada Jungkook, masih dengan senyum manisnya. "Kenapa? Ada yang pengen lo bilang?"
"Thank you.."
Meski lirih, sangat lirih tapi Jungkook berhasil mengatakannya tanpa terbata. Seokjin berdiri, mengecup dahi Jungkook penuh sayang. Seperti seorang kakak pada adiknya.
"Apapun buat lo kook."
Mata jernih itu tertutup, bersama senyum tipis yang masih terpatri bahkan saat suara panjang dari mesin yang setelah itu selalu Seokjin kutuk itu terdengar memekakan telinga.
Seokjin hanya terdiam menatap wajah damai soulmate nya tanpa terusik Taehyung yang berteriak histeris, tanpa terusik dokter dan suster yang berlarian masuk dan menuntunnya serta Taehyung untuk mundur.
Seokjin masih terdiam bahkan saat Namjoon datang dan memeluknya erat.
Segalanya seperti mimpi untuknya, kehilangan separuh jiwanya adalah hal terakhir yang ada dalam bayangannya.
◇◇◇