I

22 1 0
                                    

Halo Brel, apa kabar?

Absen yuk, jam berapa kalian baca cerita ini?

Dari daerah mana aja nih, kalau aku dari Kalimantan!
Ada yang dari Kalimantan juga?

Hanya butuh bersyukur, karena kita hidup butuh prestasi, bukan sensasi.
-brel-

#tetap semangat!

•••••

Malam yang gelap di gantikan dengan pagi yang cerah, kini saatnya bulan beristirahat dan matahari bekerja.
Waktu di mana orang-orang mungkin masih berada di rumah dan terlelap dalam mimpi yang indah, justru hal itu berbeda dengan Helena yang sangat sibuk mempersiapkan diri untuk menampilkan bacaan kitab suci Al-Qur'an nya kepada orang-orang.

"Aduh gimana nih, gw gugup banget..." Keluh Helena kepada ketiga Temannya.

"Sans ae lah Bu, lagian lu kan udah sering ikut beginian,masa masih gugup?" Ucap Nana berniat menenangkan temannya yang sangat gugup.

"Iya sih, tapi... Gus Afif kan bakal turut hadir.." cicit Helena, mengingat hal itu membuat kegugupan nya makin menjadi.

"Elah lu, ketimbang ada Gus Afif aja gugup nya kebangetan. " celetuk Nana

"Tau nih. Padahal banyak ulama yang datang, eh gugup nya malah karena Gus Afif. Hati-hati suka lu entar."

"Lu kalau ngomong di jaga Fir!"

"Far fir far fir, dikira gue fir'aun?"

"Sorry to say, tapi gue gak ada nyamain lo sama dia. Cuman kalau lo ngerasa sih, yaudah wallahu'alam."

(*˘︶˘*).。*♡

"Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Alhamdulillah kita ucapkan kepada Ilahi Rabbi yang di mana berkat limpahan Rahmat dan ridhonya kita dapat di kumpulkan di tempat yang insyaallah penuh Mubarakah ini." Ucap sang MC membuka acara pada hari itu, "baiklah akan saya bacakan susunan acara pada pagi hari ini..." Saat sang MC membacakan sususan acara untuk memperingati HUT ponpes itu, disitu pula keringat Helena mulai bercucuran.

Dia melirik ke arah depan panggung, dimana banyak sekali orang yang turut hadir untuk menonton kemeriahan HUT ponpes nya, Helena melihat satu per satu orang yang duduk dengan tegap menunggu acara benar-benar mulai.

Selesai sudah pembacaan sususan acara dari MC, sekarang giliran Helena yang maju untuk membaca salah satu surah dalam kitab suci Al-Qur'an dengan suaranya yang merdu. Oh, dia melihat kedua orangtuanya yang duduk di kursi kedua, yang berada tepat di belakang tempat duduk sang pendiri pondok beserta keluarga.

"Calm down Helena! You pasti bisa. Bismillah!" Gumamnya mantap sembari menaiki beberapa anak tangga untuk berada di atas panggung.

Ok. Dari atas panggung makin terlihat banyaknya manusia yang duduk di ruangan ini dan tengah menyaksikan dirinya yang tengah di landa ke gugupan yang haqiqi.

Helana duduk di tengah-tengah panggung dengan mic dan Al-Qur'an yang berada di hadapannya. Dengan tarikan nafas yang pelan, dia membuka Al-Qur'an itu dengan mengucapkan basmallah.

Beberapa detik sebelum dia lantunkan ayat suci Al-Quran, dia lebih dulu melihat ke arah para penonton dan menguatkan hatinya, sebelum kembali menatap Al-Qur'an dan memulai semuanya.

Ayat demi ayat Helena lantunkan dengan intonasi nada yang lembut serta menyejukkan hati bagi siapapun yang mendengarnya.

Beralih ke Gus Afif yang kini tengah menatap gadis di hadapannya ini. Banyak pertanyaan yang muncul di benak Gus Afif membuatnya memiliki ego untuk mencari tahu siapa gadis itu sebenarnya.

Namun sebelum Gus Afif benar-benar mencari tahu, sang Umi sudah lebih dulu memberitahunya. "Dia adalah Maureen Helena Atthof , perempuan yang pernah Umi cerita kan kepada kamu dahulu." Ucap Umi Sa'diyah dengan tatapan yang masih menatap lurus ke depan dan senyuman manis yang tak pernah luntur.

"Maureen Helena Atthof? Jadi dia adalah Helena? Kenapa muka dia seperti tidak asing di penglihatan gw ya..?"

Gus Afif hanya diam tak menjawab, namun batinnya yang berkata, sekarang bukan rasa penasaran tentang gadis itu yang muncul, namun rasa penasaran tentang —kenapa gadis itu sangat familiar di penglihatannya?—

Tatapan itu tak luntur hingga Helena selesai membaca pun, mata yang tajam bagaikan elang itu tetap mempertahankan setiap pergerakan gadis itu, bahkan hingga gadis itu menuruni panggung, mata itu tetap memperhatikan nya sampai dia menghilang di balik tembok panggung yang menjulang tinggi.

"Helena!!! Subhanallah keren banget!" Heboh Fira yang berada di belakang panggung sambil menunggu Helena, bersama dengan Tira dan Nana.

"Syukron ukhti.."
"Terimakasih saudara perempuan."

"By the way anyway busway on the way, lu ngeliat ga sih kalau Gus Afif tuh ngeliatin lu mulu! PBL PBL PBL! PANAS BANGET LOCH!" Sorak Nana dengan nada lebay nya.

"Eh iya cug! Dia ngeliatin lo mulu beybeh!" Sambung Tira yang sepertinya tertular virus Naley. —Nana Lebay—

"Yaialah dia ngeliatin gw, kan dia punya mata. Lagian tadi gw tampil, yakali dia ngeliat ke arah lain!" Jawab Helena yang sudah mulai kesal dengan kedua temannya ini.

Nana dan Tira saling bertatapan satu dengan yang lainnya, mereka tersenyum menang karena sudah membuat Helena kesal dengan keduanya.

Acara berjalan dengan sangat lancar tanpa adanya hambatan atau halangan, hingga mereka sampai di penghujung acara. Untuk penutupan acara, pondok mengadakan penginapan gratis kepada para orang tua santri.

Kedua orang tua Helena sudah berada di dalam penginapan pondok, namun Helena tak dapat langsung menyusul keduanya, sebab tanggung jawabnya sebagai ketua keamanan belum tuntas.

"Lapor Bu ketua! Keamanan di sekitar aula beres!!" Lapor Nana dengan suara lantangnya. Ya, mereka berempat adalah anggota inti keamanan dengan Helena sebagai ketua dan Nana sebagai Wakil.

Cukup melelahkan sebenarnya, tetapi mereka coba menjalani dengan senyuman serta Bismillah, dan Alhamdulillah nya mereka bisa bertahan hingga saat ini.

"Udah selesai semua kan ya? Kalau gitu gw ke penginapan gapapa nih?" Ucap Helena kepada seluruh anggota keamanan yang sedang bertugas pada hari itu.

Atensi langsung teralihkan kepada Helena seorang, acungan jempol terlihat dari mereka semua. "Sip! Makasih untuk kerja kerasnya Bu ketua!!" Jawab mereka dengan serentak.

(*˘︶˘*).。*♡

Gelapnya malam di bantu dengan pencahayaan dari lampu dan rembulan, Helena berjalan sendirian gontai menuju penginapan. Akhirnya setelah seharian dia di sibukkan dengan acara peringatan HUT ponpesnya, dia bisa mengakhiri semuanya dengan mengistirahatkan tubuhnya.

Dulu Helena berpikir hidup di pondok itu sangatlah susah, tanpa adanya kedua orang tua kita harus tetap bertahan dan menampung segala senang dan sedih nya.
Namun jika di pikir ulang.. hidup di pondok itu sangatlah menyenangkan.

Hidup tanpa orang tua ternyata tak seburuk yang ada di bayangannya.

Terlalu larut dalam pemikiran nya di masa lalu, membuat Helena dan menyadari bahwa ada seseorang di depannya, hingga kejadian tak terduga pun yerjadi.

Helena terjatuh dengan cara yang tidak aesthetic, dengan wajah cemberut Helena mendongakkan kepalanya dan melihat siapa gerangan yang dia tabrak.

"Astagfirullah-" Helena lantas berdiri dari jatuhnya setelah melihat siapa yang dia tabrak. "M-maaf Gus.. saya tidak memperhatikan jalan tadi..."

"Lain kali hati-hati." Hanya itu jawaban yang di keluarkan oleh Gus Afif, lalu berlalu begitu saja seolah tak terjadi apa-apa.

Berbeda dengan Helena yang sedang spot jantung sebab melihat wajah Gus Afif yang seperti itu malah membuatnya ngeri sendiri.

Namun pemikiran itu cepat-cepat disingkirkan oleh Helena dan dia mencoba biasa saja hingga langkah demi langkah yang dia tempuh membuatnya masuk kedalam penginapan.

•••••

@Got7Whimbrel
@syakirrapf_
sabtu - 02 - 04 - 2022

Imam Yang TepatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang