BOCORAN

206 37 15
                                    

Deru napas keduanya menembus hawa dingin, tetap berlari kepayahan. Tautan tangan mereka sesekali terkatung, terlepas, lalu kembali menyatu dan mengerat, terus memaksakan diri masuk ke hutan.

Pepohonan menjulang nan besar ternyata tidak sanggup menjadi payung. Salju turun semakin lebat dan membuat langkah bertambah berat. Hingga helaan napas semakin panjang meraup udara dingin.

“Uh!”

Lagi, Hinata terjatuh dan tautan tangan mereka lepas. Kali ini sebuah akar pohon menyandung ujung jemari kaki. Wanita itu jatuh terduduk di atas salju, meringis di sela hela napas pendeknya.

“Ini tidak akan berhasil, Hinata ....”

Hinata menengadah, menatap sang lelaki yang berlutut di depannya. Napas wanita itu sudah pendek. “Maksudmu apa? Kita harus tetap lari!”

“Tidak, aku akan di sini. Kau yang harus lari.”

Laki-laki itu menggeleng, beringsut menyisipkan tangan di punggung dan bawah lutut. “Kita harus cari tempat aman untuk kalian.”

“Tidak!” Wanita berusia dua puluh itu menggeram, langsung mendorong sang lelaki. Salju yang hinggap di pundak dan kepalanya gugur. Hinata menatap berang si lelaki, dia memeluk perutnya yang menggelembung.

“Hinata ....”

“Aku tidak mau!” sentak Hinata.

Kemudian, dia meringis nyeri, merasakan sesuatu mencengkeram erat perut dan rongga rahimnya. Teramat pedih, membuat Hinata menjerit tertahan.

“Kumohon, bertahanlah, Hinata ....”

“Kamu tidak boleh pergi ....” Hinata mendesis, dahinya mengernyit di sela perutnya mengejan. Dia mencengkeram pakaian tebal lelaki yang dicintainya.

“Aku tidak pergi ke manapun. Aku akan tetap di sampingmu. Bahkan jika aku mati sekalipun ....”

“Tidak akan ada yang mati! Kamu harus tetap di sini!”

Hinata mengerang keras, kembali merasakan cengkeraman dari otot perutnya. Dia meringis panjang.

“’Para Pemburu’ tidak akan berhenti. Kamu tidak akan bisa ....”

“Setidaknya aku harus melindungi kalian.” Tangan si laki-laki bercahaya, menghantarkan deru hangat hingga ke setiap tubuh Hinata.

“Kalian harus tetap selamat.”

TBC or ... Not? :P

NAARI : SILUMAN RUBAH (Naruto version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang