BAGIAN 8

99 9 0
                                    

Banghadur Gupta terkesiap melihat seorang pemuda tampan memakai rompi putih tengah tegak berdiri di atas sebuah baru yang terletak di ketinggian. Di punggungnya tersandang sebilah pedang bergagang kepala burung.
"Hihihi...! Apa katamu, Bocah? Kau ingin menyerakahi buruanku?!" leceh Banghadur Gupta.
"Rajawali itu bukan milikmu! Lepaskan dia!" bentak pemuda itu.
"Lepaskan?! Hihihi...! Gila! Susah payah aku mengakalinya, tiba-tiba datang bocah tolol menyuruh lepaskan! Hihihi...! Bocah! Jangan campuri urusan orang. Pergilah kau sebelum aku naik darah! Biasanya aku tak pernah mengampuni orang. Tapi kali ini hatiku sedang senang. Pergilah sebelum aku berubah pikiran!"
"Lepaskan rajawali itu, maka aku tidak akan mengusikmu!" gertak pemuda yang tak lain Rangga alias Pendekar Rajawali Sakti.
"Bah! Setan alas! Ternyata otakmu degil juga! Rupanya perlu memberi pelajaran padamu, he?! Selesai kata-katanya, seketika Banghadur Gupta menghentakkan sebelah telapak tangannya yang terkembang ke depan.
Wuusss...!
Seketika melesat cahaya kuning menyerang Pendekar Rajawali Sakti dengan ganas.
"Hup!"
Rangga melompat ke samping, namun aneh! Cahaya kuning itu berbelok mengikutinya. Begitu juga ketika Rangga mencelat ke atas. Ke mana saja Rangga bergerak menghindar, cahaya itu terus mengikutinya.
"Sial! Hup...!"
Rangga bersalto ke belakang beberapa kali untuk membuat jarak.
"Hahaha,..! Kau kira bisa melarikan diri? Cahaya itu akan mengejar ke mana pun kau pergi. Meski ke akhirat sekali pun!" teriak Banghadur Gupta sambil tertawa keras.
Begitu menjejak tanah, Rangga memasang kuda-kuda kokoh. Kedua tangannya cepat digosok-gosok, lalu diletakkan di sisi pinggang. Begitu sinar kuning itu mendekat, cepat kedua tangannya menghentak ke depan.
"Aji Guntur Geni...! Heaaa...!" Seketika dari telapak tangan Pendekar Rajawali Sakti melesat cahaya merah, memapak cahaya ku­ning yang menyerangnya.
Blarrr!
"Uhh, kurang ajar!"
Banghadur Gupta murka seraya melompat ke belakang ketika terdengar ledakan. saat sinar kuningnya terpapak. Kali ini Penyihir Sakti Dari Benggala meluruk tajam, melepaskan hantaman.
Siuuttt!
Namun sambil memutar tubuhnya, Pendekar Rajawali Sakti cepat mengibaskan tangannya.
Wuuutt!
"Sial...!"
Sambil memaki, Banghadur Gupta melompat seraya menjatuhkan diri. Dan Rangga tak memberi kesempatan. Langsung dicecarnya laki-laki itu.
"Gila! Brengsek...!" Banghadur Gupta terus memaki sambil menghindari terjangan Pendekar Rajawali Sakti.
"Suiiittt...!" Sambil menghindar, tiba-tiba saja Penyihir Sakti Dari Benggala bersuit nyaring.
Seketika terjadi keanehan. Rajawali Putih yang sejak tadi diam memperhatikan, mulai menggetarkan bulu-bulunya. Sementara, Pendekar Rajawali Sakti, sudah menghentikan serangannya.
"Ayo! Kau kuberi kesempatan padamu mengabdi padaku! Serang dia...!" teriak Banghadur Gupta.
"Kriegkh...!"
Rangga tersentak, melihat Rajawali Putih menggetarkan bulu-bulunya semakin kencang. Dan perintah Banghadur Gupta pun belum terlihat hasilnya.
"Serang dia...! Kau berada di bawah perintahku! Ayo, serang dia...!" bentak Penyihir Sakti Dari Benggala sekali lagi.
"Rajawali! Jangan dengarkan kata-katanya! Pergilah selagi masih ada kesempatan! Jangan dengar kata-katanya...!" teriak Rangga.
"Hehehe...! Kau kira dia akan menurut padamu?" leceh Banghadur Gupta.
"Kau tidak berhak menguasainya, Kisanak!"
"Hihihi...! Aku Banghadur Gupta! Raja penyihir yang amat sakti. Apa pun yang kuinginkan akan tercapai. Tidak akan kubiarkan bocah sepertimu menggagalkannya!"
"Kau boleh berbuat apa saja. Tapi menguasai burung ini jangan harap bisa! Aku akan menghalanginya!"
"Kau tak cukup kuat untuk menghalangiku, Nak..!" ejek Banghadur Gupta. Begitu selesai kata-katanya, Raja Penyihir Dari Benggala bersiul beberapa kali. Dan....
Wherrr...!
"Hei, apa ini?!" desis Rangga.
Pendekar Rajawali Sakti benar-benar heran saat telinganya mendengar banyak sekali suara berkelebat dari berbagai arah. Tubuhnya cepat berputar, mencoba melihat apa yang terjadi.
"Astaga...! Sihirkah ini?!" desis Rangga kaget.
Di sekitar Pendekar Rajawali Sakti kini dipenuhi belalang dari berbagai macam bentuk, kalajengking, kelabang berbisa, dan segala jenis binatang yang ada di gunung ini. Serentak mereka menyerang pemuda itu.
Wuut!
"Uhh...! Sialan...!"
Rangga kerepotan mengibaskan tangannya ke sana kemari. Beberapa ekor belalang dan burung berpentalan terbabat tangannya. Namun karena jumlah mereka ratusan, maka sulit baginya untuk menghalau semua serangan. Tubuhnya mulai sakit-sakit dipatuk hewan-hewan itu. Masih untung tubuhnya kebal racun. Kalau tidak, dia akan mati kejang sejak tadi.
"Nih! Kutambahkan kalau masih kurang!" seru Banghadur Gupta seraya melambaikan sebelah tangan.
Seketika dari segala penjuru keluar berbagai macam hewan. Semua itu sebenarnya hanya sihirnya belaka untuk merepotkan Pendekar Rajawali Sakti. Dan....., memang Rangga sedikit termakan! Dalam keadaan kacau-kacau seperti sekarang, pikiran Pendekar Rajawali Sakti tidak terpusat ke satu masalah. Hewan-hewan sihir ciptaan Banghadur Gupta membuatnya harus bekerja lebih keras untuk menghindar. Padahal serangan segala hewan itu hanya tipuan belaka.
Sementara Banghadur Gupta tertawa-tawa. Betul-betul menikmati pemandangan itu.
"Hihihi..,! Ingin kulihat sampai di mana tenagamu. Apa kau mampu menghadapi mereka semua? Ayo, kerahkan seluruh tenagamu sampai kau mati lemas! Hihihi...!" teriak Penyihir Sakti Dari Benggala.
"Hiyaaa...!" Rangga menggeram marah. Cepat Pendekar Rajawali Sakti melompat mundur untuk mencari tempat kosong. Begitu menjejak tanah, kedua tangannya menghentak ke arah Banghadur Gupta.
"Aji Bayu Bajra! Heaaa...!" bentak Rangga nyaring.
Wuerrr...!
Dari kedua telapak tangan Pendekar Rajawali Sakti seketika menderu angin dahsyat laksana badai topan. Tujuan utamanya sudah jelas, pengaruh sihir Banghadur Gupta!
"Eits! Kunyuk buduk! Hebat juga kau, ya!" umpat Banghadur Gupta seraya berkelit ke belakang.
"Hiyaaa...!" Rangga kembali menghentakkan kedua tangannya, membuat Penyihir Sakti Dari Benggala pontang-panting. Pada saat yang sama, hewan-hewan itu terus menyerangnya.
"Hihihi...! Ayo kuras kemampuanmu!" ejek laki-laki dari India itu, masih sempat-sempatnya mengejek.
Selesai berkata begitu, Banghadur Gupta bersuit nyaring.
"Suiittt..!"
Saat itu juga satu persatu hewan-hewan yang tadi mengerubuti Rangga kembali ke tempat masing-masing. Kini mereka berdua saling berhadapan. Banghadur Gupta berada di samping Rajawali Putih sambil tersenyum-senyum.
"Kau akan berkelahi dengannya!" tunjuk Banghadur Gupta, membuat Rangga terkesiap.
"Ketika kau tengah kerepotan menghadapi anak buahku, aku telah berhasil menguasainya. Kini kau akan melihat sendiri kehebatannya!" Setelah berkata begitu, Banghadur Gupta menoleh pada Rajawali Putih tunggangan Pendekar Rajawali Sakti.
"Ayo, serang dia! Perlihatkan padaku kehebatanmu! Serang dia!" perintah Penyihir Sakti Dari Benggala.
Wuutt...!
Sekali kepak, Rajawali Putih melesat cepat. Kedua kaki kokoh ini hendak menyambar Rangga.
"Uts...!"
Bukan main kagetnya Pendekar Rajawali Sakti melihat keadaan itu. Buru-buru dia menjatuhkan diri, sehingga tubuhnya luput dari cengkeraman. Begitu bangkit, Pendekar Rajawali Sakti masih terpana melihat Rajawali Putih terpengaruh oleh daya sihir. Sebelum keterpanaannya lenyap, Rajawali Putih telah menukik deras ke arah Pendekar Rajawali Sakti.
"Rajawali, hentikan! Hentikaaan...!" bentak Rangga garang.
Suara Pendekar Rajawali Sakti bergema nyaring disertai pengerahan tenaga dalam kuat. Bahkan Banghadur Gupta pun sampai kaget. Sementara itu Rajawali Putih yang menukik, mendadak membelok ke angkasa. Dia berputar-putar seperti kebingungan karena tak tahu harus berbuat apa.
"Rajawali! Kau adalah orangtua keduaku...! Tidak mungkin kau menyerangku! Jangan biarkan orang lain mempengaruhimu!" lanjut Rangga.
Tapi Banghadur Gupta pun tidak tinggal diam melihat keadaan itu. Dia memandang tajam ke arah Rajawali Putih.
"Ayo, serang dia! Seraaang...! Kau ada di bawah pengaruhku! Serang dan habisi dia...!" teriak Banghadur Gupta.
"Kreaaagkh...!" Rajawali Putih mengeluarkan suara memekakkan telinga, dan masih berputar-putar kebingungan.
"Ayo, serang dia...!"
"Tidak! Kau tidak bisa menyerangku! Kau adalah jiwaku, Rajawali Putih,. Meskipun aku mati, mestinya kau tidak menyerah. Apalagi saat ini aku tidak menyerah. Kau tak boleh kalah, Rajawali Putih! Dengar kata-kataku! Kau tak boleh tunduk padanya!" teriak Rangga, disertai pengerahan tenaga batin yang kuat.
"Kreaaagkh...!"
Rajawali Putih mendadak menjerit. panjang melengking, sebelum Banghadur Gupta berteriak mempengaruhinya. Lengkingannya tajam, menggetarkan sukma. Bahkan lengkingan itu seperti khusus ditujukan pada Banghadur Gupta sampai-sampai tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang dengan kedua tangan mendekap telinga.
"Kreaaagkh...!"
Rajawali. Putih kembali berteriak melengking. Dan secepat kilat tubuhnya meluncur turun. Seketika disambarnya tubuh Banghadur Gupta. Rupanya ikatan batin dengan Rangga, membuat Rajawali Putih tersadar dan bebas dari pengaruh sihir Penyihir Sakti Dari Benggala.
Tap!
Banghadur Gupta terkesiap sungguh tak di sangka kalau burung itu bisa membebaskan diri dari pengaruh sihirnya. Dia berusaha menghindar. Namun kedua cakar hewan itu lebih cepat mencengkeram tubuhnya kemudian membawanya terbang ke angkasa.
"Aaa,... Grr..., tolong...! Turunkan aku! Turunkan aku binatang tolol! Turunkan...!" teriak Banghadur Gupta, geram.
Namun bukannya turun, Rajawali Putih malah membawa tubuhnya terbang semakin tinggi ke atas.
"To..., tolong...! Toloong..." teriak Banghadur Gupta dengan tubuh gemetar ketakutan.
Penyihir Sakti Dari Benggala makin pucat ketika melihat puncak gunung di bawah menjadi semakin kecil. Bahkan Pendekar Rajawali Sakti bagaikan menjadi titik kecil. Meski memiliki ilmu meringankan tubuh kelas tinggi, tidak nantinya bakal selamat bila dilempar dari ketinggian sekarang.
"Hei, turunkan aku! Tolong turunkan aku!"
Saran Banghadur Gupta tidak lagi garang seperti tadi, meski masih menyimpan keangkuhan. Namun Rajawali Putih seperti tak mempedulikan. Dia terus melesat pada ketinggian yang membuat Banghadur Gupta lemas tak berdaya karena kehilangan semangat hidup. Dalam ketinggian seperti sekarang, kalau tubuhnya dilepaskan, maka tak ada kesempatan lagi untuk hidup.
Sementara itu Rangga memperhatikan dengan seksama apa yang dilakukan sahabatnya.
"Rajawali Putih tengah mengamuk! Dia tentu akan menghabisi orang asing itu karena telah coba mempengaruhinya..." gumam Rangga, pelan.
"Tolong.... Tolong selamatkan dia...."
"Hei?!"
Rangga cepat menoleh ketika terdengar suara dari belakangnya.
"Malini? Aduh, maaf! Aku sampai melupakanmu. Kenapa kau? Habis menangis lagi?" Rangga buru-buru menghampiri.
Tampak pipi sosok yang ternyata Malini masih basah oleh air mata. Gadis ini tadi memang segera mengikuti Rangga, setelah ditinggal dalam keadaan ketakutan. Dan dia cepat bersembunyi, ketika melihat Rangga bertarung dengan hewan-hewan yang dikendalikan seorang laki-laki setengah baya.
"Kakang Rangga, tolonglah. Kau tak boleh membiarkannya mati. Tolong, Kakang Rangga! Jangan biarkan dia mati!" ratap Malini, membuat kening Pendekar Rajawali Sakti berkerut.
"Malini, apa maksudmu? Dia hendak mempegaruhi sahabatku. Dan sekarang burung itu marah, lalu akan balas dendam. Apa maksudmu? Kau kasihan padanya?" tanya Rangga.
"Lebih dari itu...," keluh Malini.
"Apa...?"
"Dia..., dia ayahku..." sahut Malini sambil menunduk. Suaranya terdengar lirih.
"Tadi aku sempat memperhatikannya di tempat persembunyian...."
"Kau yakin? Waktu itu kau masih kecil. Dan...."
"Ciri-ciri ayahku masih tetap kuingat, Kakang!" potong gadis itu.
"Ayahku memang ahli sihir. Dan yang terpenting..., dia menyebutkan namanya. Kalau tak salah, Banghadur Gupta...."
Rangga tak tahu mesti berkata apa. Dia menghela napas, lalu mendongak ke atas. Lalu....
"Suiittt...!"
Suitan yang dilakukan dengan pengerahan tenaga dalam kuat seperti menggema, menembus angkasa dan sampai ke telinga Rajawali Putih. Saat itu juga terlihat Rajawali Putih menukik turun dengan deras sekali. Banghadur Gupta yang setengah sadar sampai-sampai menutupkan mata karena ngeri. Tahu-tahu...
Bruk!
Pada jarak dua tombak, tubuh Banghadur Gupta dilemparkan begitu saja ke dekat Rangga. Pendekar Rajawali Sakti memberi isyarat dan Rajawali Putih kembali melesat ke angkasa.
"Oh..!, oh...!"
Banghadur Gupta menarik napas panjang. Lega. Lalu kepalanya mendongak ketika melihat seorang gadis tegak berdiri di depannya. Perlahan-lahan dia bangkit dengan wajah terkesima.
"Mayang Putih?! Kaukah itu? Astaga! Apakah aku tidak bermimpi?!" Banghadur Gupta mengucek-ngucek matanya beberapa saat. Namun gadis di depannya masih juga terlihat.
"Tidak! Tidak mungkin! Ini pasti sihir! Kau bukan Mayang Putih istriku!" teriak Penyihir Sakti Dari Benggala sambil mundur beberapa langkah.
"Syukurlah.... Jadi kau masih mengenali Ibu...," desah Malini.
"Apa katamu? Ibu?" tukas Banghadur Gupta.
"Mayang Putih adalah ibuku. Dan ayahku adalah, Banghadur Gupta," jelas Malini seraya menggigit bibir menahan agar air matanya tidak tumpah.
"Kau.... kau Malini? Kau Malini?!" Banghadur Gupta meyakinkan.
"Benar, Ayah. Aku Malini, putrimu yang kau tinggalkan waktu berusia sekitar lima tahun..." sahut Malini.
"Malini, Anakku...!" jerit Banghadur Gupta.
Saat itu juga, anak-dan ayah tenggelam dalam keharuan. Dan bagai ada besi semberani yang berbeda kutub, mereka saling berpelukan. Isak tangis Malini kontan meledak. Sementara penyesalan Banghadur Gupta menjelma dalam air mata yang meleleh membasahi pipi.
"Maafkan Ayah, Nak. Ayah tak bermaksud menyia-nyiakan kalian..." ucap Penyihir Sakti Dari Benggala.
Malini diam tak menjawab. Bahkan ketika mereka usai melepaskan kerinduan masing-masing.
"Wajahmu mirip sekali dengan ibumu, Ke mana dia sekarang?" tanya laki-laki kurus itu seraya mengangkat dagu putrinya.
Malini diam tak menjawab. Hanya air matanya yang tak berhenti meleleh. Banghadur Gupta mengusapnya dengan wajah kasih.
"Menangislah kalau memang itu baik bagimu. Ayo, kita tinggalkan tempat ini. Dan setelah itu, kau harus cerita banyak. Juga, antarkan aku pada ibumu," pinta Banghadur Gupta mengajak gadis itu menuruni lereng.
"Sebentar...!" Malini berhenti. Kepalanya cepat menoleh ke belakang. Matanya mencari-cari sesuatu, namun tak ditemukannya.
"Pemuda itu?" Malini mengangguk.
"Dia kekasihmu?"
Malini tak menjawab. Entah apa yang dipikirkannya saat ini. Namun tak ada yang bisa dikerjakannya, selain menuruni lereng gunung ini. Karena, Pendekar Rajawali Sakti telah berkelebat cepat meninggalkan mereka berdua.

***

TAMAT

🎉 Kamu telah selesai membaca 209. Pendekar Rajawali Sakti : Memburu Rajawali 🎉
209. Pendekar Rajawali Sakti : Memburu RajawaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang