#01. Aku ini ....

9 2 0
                                    

Happy reading ︎♡︎

°°°

Namaku Hafiz, yang berlengkapkan Hafiz Angga Danial. Kuyakin, kalian pasti tidak tahu siapa aku. Namun sebenarnya, namaku sangat terkenal di kalangan anak-anak seangkatan kelas 2 di sekolah yang kutempati saat ini-serta anak-anak kelas 1 dan 3 yang mengenalku di organisasi. Semua guru di sekolah pun mengetahui keberadaanku, sebagai salah satu 'murid teraktif'. Aku lumayan akrab dengan mereka semua, bukan berarti karena ingin mencari muka, tapi aku memang suka bersosialisasi. Aku ini tipe orang yang jika sudah menyukai sesuatu, biasanya rasa suka itu akan sangat sulit untuk dihilangkan. Seperti sekarang, kupikir pikiranku sudah terobsesi menjadi seorang perfeksionis di sekolah-tapi, benar-benar hanya di sekolah.

Barangkali kalian penasaran mengapa aku bisa terkenal, akan kuberitahu-terlepas dari kalian percaya atau tidak. Aku ini seorang bocah berusia 13 tahun, kini duduk di kelas 2-1. Dari awal masuk sekolah ini, aku selalu memberikan kesan awal yang baik pada semua orang. Teman, guru, bahkan pada pak satpam dan ibu pembersih halaman yang sampai kemarin Jumat masih menyapaku ketika datang dan pulang sekolah. Di kelas dua ini aku akan aktif di OSIS, tepatnya sejak bulan Juli lalu. Awal masuk SMP, aku benar-benar tidak tertarik dengan OSIS, tapi entah kenapa suasana kelas yang sekarang membuatku ingin mencoba masuk organisasi itu. Yah, mungkin saja ini adalah salah satu alasan mengapa aku bisa terkenal. Meski aku sudah lumayan terkenal sebelum terpilih menjadi anggota OSIS, sih.

Orang bilang aku anak yang baik, ramah, rapi, bersih, pintar, dan cukup tampan-aku tidak bermaksud bersikap narsisisme, itu hanya kata orang-, seperti anak yang sempurna, bukan?"Pasti orang tuanya bangga". Namun, kurasa itu tidak sepenuhnya benar, karena nyatanya aku yang ja'im di luar rumah dan di dalam rumah itu jauh berbeda. Ada beberapa hal yang mereka tidak ketahui, dan memang tak perlu diketahui.

Hari ini adalah hari paling spesial untukku, yaitu hari libur. Aku jadi tidak perlu menjaga image di depan banyak orang. Aku hanya akan rebahan, bersantai, membaca komik, bermain game, dan sebagainya. Seharian full bermalas-malasan juga bisa saja, asal tugas-tugas kemarin sudah kutuntaskan semua. Kalian bisa membayangkan betapa bebasnya aku hari ini, ya, 'kan?

Meskipun ketika libur aku sangat bebas dan santai, tetapi ada satu hal yang terus mengganjal akhir-akhir ini, sampai hari libur pun hal itu masih terbayang-bayang di benakku. Beberapa minggu yang lalu, ada anak pindahan dari luar kota yang pindah ke kelas sebelah. Dia anak perempuan seangkatanku. Anaknya memang bisa dikatakan manis, tapi aku tidak menyukainya. Walau belum lama setelah pindah, namanya terus menyebar dari satu mulut ke mulut yang lain-aku mendengarnya sendiri sewaktu di kantin. Mereka bilang, anak ini selain manis juga benar-benar ramah. Dan yang paling hebat, dia sudah mendapatkan banyak medali dari berbagai olimpiade sastra dan bahasa. Ah, aku sampai lupa dia anak olimpiade, keren juga, ya-tunggu! Kenapa aku malah mengaguminya!?

Sebenarnya ada satu hal dari anak itu yang paling mengejutkanku, ketika ada seseorang yang mengatakan bahwa 'kerapian' anak ini melebihiku. Aku syok begitu mendengar pernyataan ini. Apa, iya? Aku pikir penampilan anak itu tidak jauh berbeda dari anak-anak perempuan lain, apa spesialnya dari dia? Padahal saat aku masih duduk di kelas satu, kakak kelas yang terkenal sangat rapi saja masih kalah jika dibandingkan denganku. Sekarang sudah lulus, aku penggantinya. Namun, yang lebih penting dari itu, apakah anak pindahan itu akan menjadi sainganku?

Ah, entahlah! Hari ini cukup untuk bersantai saja, aku tidak ingin waktuku yang berharga malah dipakai buat memikirkan hal seperti ini. Memusingkan!

Aku mengacak-acak rambut. Sudah dulu perkenalannya, perutku berisik sekali merengek makanan.

Tubuhku bergegas turun ke bawah, sudah tampak dari kejauhan, meja makannya kosong. Kepalaku celingak-celinguk, mondar-mandir. "Bun ..., nggak ada makanan?" Hening. Tak ada seorang pun yang menyahutku. Haah ... terpaksa, deh.' Aku kembali ke kamar, mengambil uang simpanan, lalu kembali turun ke ruang tamu, mengecek satu per satu ruangan. Benar tak ada siapa pun di rumah selain diriku sendiri. Sementara Ayah dan Bunda tidak tahu perginya ke mana. Pintu rumah dikunci. Mungkin mereka pergi saat aku tidak sengaja ketiduran.

Aku hendak membuka pintu gerbang, tapi urung, teringat hal penting yang harus kulakukan sebelum keluar rumah. Kuhentikan langkahku, putar balik ke ruang keluarga. Di sana terdapat cermin besar yang tergantung di dinding. Sambil becermin, aku menyisir rambut dengan jemari. Sempurna sudah, sekarang saatnya ke luar rumah untuk mencari makanan.

To be continued ....

°°°

Thx for reading ♡︎

Hai, udah lama nggak ada kabar, nih. Jadi, aku pikir lebih baik revisi dari awal. Di part ini ada yang sedikit diubah, supaya part-part ke depannya lebih sreg lagi. Dadah!

- 22/02/2021
Pukul 20.22

The Perfect CompetitionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang