1

106 10 2
                                    

Juna dan Juan sedang berada di dalam mobil, dengan Juna sebagai pengendali setir mobil. Juan tak banyak bicara, ia hanya diam dan melihat ke arah luar jendela mobil yang memperlihatkan riuh ramainya ibukota Jakarta meskipun ini masih pagi hari.

Juan sebenarnya sedang kesal pada Juna sekarang, jadi ia lebih memilih untuk diam tak bicara.

"Puter lagu, dong." ucap Juna tanpa menolehkan pandangan sedikitpun dari jalanan.

Juan menoleh ke arah Juna sebentar tatkala ia mendengar ucapan Juna, ia langsung menyalakan ponsel miliknya, untuk kemudian ia sambungkan dengan tape mobil agar lagu dapat terputar.

"Mau puter lagu apa?" tanya Juan dingin.

"Ketus banget sih, lo. Gak boleh ketus sama abang sendiri, dosa." ucap Juna.

"Eh denger ya, lo cuma abang beda 7 menit doang, gak usah belagu. Cepet mau puter lagu apa." ucap Juan sembari memutar bola matanya malas.

Mobil berhenti karena lampu lalu lintas menunjukan warna merah. Juna yang sedari tadi fokus menyetir pun segera menolehkan pandangan ke arah Juan, tatapan yang ia berikan pada Juan benar benar intens, dan itu cukup membuat Juan sedikit tercekat di tenggorokannya.

"Gimana pun, gua tetep kakak lo dan lo adik gue, jadi jaga sikap lo." ucap Juna datar.

Juan menelan ludahnya, aura Juna benar benar sangat dominan dan mengintimidasi sekarang, sehingga membuat Juan ketakutan.

"Gua nih lagi marah sama lo, Juna." ucap Juan.

"Gue udah bilang, gue ini abang lo."

"Gue lagi marah sama lo, bang. Lo bukannya minta maaf, malah balik marah ke gua." ucap Juan sedikit bergetar.

Juna menyadari bahwa Juan ketakutan pada dirinya sekarang. Mendengar bagaimana bergetarnya suara Juan saat ia berbicara, ia sudah pasti tahu betul kalau adiknya ketakutan.

Dengan segera, Juna menghela nafasnya pelan, "Iya, maaf. Gua tadi salah malah ngaret. Udah jangan ngambek lagi." ucap Juan dengan nada yang terdengar jauh lebih ramah sekarang.

Juan kemudian kembali membenarkan posisi duduknya, "Gak, gue masih marah sama lo pokoknya."

Lampu lalu lintas sudah menunjukan warna hijau sekarang, Juna langsung mengemudikan kembali mobil yang ia kendarakan, "Gua kan udah minta maaf tadi. Yaudah, harus apa biar gue di maafin?"

"Beliin gue McD nanti pulang sekolah. Beliin gue BigMac, chicken nuggets, fries, cola, sama McFlurry." ucap Juan dengan sedikit mengangkat dagu.

Juna yang mendengar ucapan Juan langsung menolehkan pandangannya  ke arah Juan, ia benar benar dibuat terkejut oleh adiknya, "Gak salah lo? Mau ngerampok gue apa gimana konsepnya?"

"Gak ada penawaran, atau gue bakal tetep marah sama lo."

Juna menghembuskan nafasnya panjang, "Iya, nanti sepulang sekolah gua beliin."

Juan langsung menolehkan pandangan ke arah Juna, "YES! Abang mau puter lagu apa?"

*

Juna dan Juan sudah sampai di parkiran sekolah. Mereka bersekolah di Neo Culture International School, yang mana itu merupakan sekolah elite dan favorit di sana. Setelah mobil terparkir dengan sempurna, mereka berdua langsung melepas seatbelt yang melingkar di tubuh mereka.

Juan mengambil tas miliknya yang ia taruh di kursi penumpang. Tak lupa, ia juga mengambil tas milik Juna dan memberikannya pada Juna, "Makasih." ucap Juna.

Mereka tak langsung keluar dari dalam mobil– Juna begitupun Juan, mereka membuka ponsel milik masing masing.

Mereka tak langsung keluar dari dalam mobil– Juna begitupun Juan, mereka membuka ponsel milik masing masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(not) TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang