Jowo Sakti

42 22 2
                                    

FYI⚠️

Cerita ini telah diterbitkan pada tahun 2019, dalam antologi cerita pendek bersama penerbit CV ZHIEDA ZA, dengan judul buku "Rangkulan Kegelapan"

~~~~~~~~~~

Rintih penuh pilu nan menyayat hati, begitulah yang setiap malam menyelimuti kamar kecil berukuran 4x4. Meski nyatanya amat derita yang dirasa. Entah sudah berapa orang yang datang mengunjunginya untuk sekedar memberi bantuan, menemani dan bahkan mencoba menggobati. Kini telah sepekan Laras sekarat, membuat teman sekamarnya merasa iba dan terus mencoba berbagai cara menyembuhkannya. Sebelumnya, Maya berkali-kali membawa Laras ke dokter, tetapi tak membuahkan hasil apapun. Dia merasa bahwa hal ini bukanlah sesuatu yang berhubungan dengan medis, tetapi semua kejadiannya lebih berkaitan erat dengan hal-hal klenik.

"Kau sudah menghubungi keluarganya?"

"Sudah ku coba, namun ponsel bibinya tak dapat dihubungi hingga saat ini." Maya menatap getir sahabatnya, dia masih saja setia menemani Laras meski libur semester telah dimulai.

Laras, gadis malang yang terus saja meronta kesakitan setiap menjelang magrib hingga dini hari, sedang disiang hari dia hanya mampu terbaring lemah. Beberapa orang pintar telah Maya kerahkan, tetapi setiap orang yang datang untuk menyembukhannya menduga bahwa dia terkena santet yang cukup kuat, hingga berbagai pengobatan pun tak mampu membuat perubahan pada dirinya. Entah siapa yang memiliki tekad begitu kuat sehingga membuatnya tak berdaya.

Laras hanya tinggal bersama teman kuliahnya disebuah asrama daerah Yogyakarta. Dia juga tinggal bersama paman dan bibinya di kampung halaman yang jarak tempuhnya teramat jauh dari daerah pemilik julukan kota pelajar tersebut.

***

Mentari mulai menyingsing, menorehkan sedikit pendarnya yang perlahan menembus pepohonan disekitar rumah khas Joglo dengan halaman yang cukup luas.

"Pak, kopinya sudah siap." Wanita paruh baya berjalan dari arah dapur sambil menenteng kopi hitam yang hendak diberikan kepada suaminya.

"Apa ponselnya sudah bisa diperbaiki?" Bu Halimah menatap suaminya yang tengah mengotak-ngatik handphone jadul berukuran tebal dengan keypad yang sudah mulai usang.

"Belum, Bu! Sepertinya memang harus dibawa ke konter di pusat kota." Pak Darma kembali menaruh ponsel bututnya dan beralih kepada cairan hitam berampas yang sedari tadi aromanya memaksa untuk berpaling.

Ditengah perbincangan hangat mereka, terdengar sayup-sayup suara wanita muda dari arah kamar belakang.

"Laras? Hati-hati. Ayo, biar bibi saja yang antar." Bu Halimah mencoba membopong tubuh lemah keponakannya ke kamar mandi. Kondisi Laras semakin memburuk, Laras tidak mengalami perubahan sedikitpun meski dia telah pulang ke kampung halamannya sejak 5 hari lalu.

Paman dan bibinya merasa frustasi kendati Laras tak mengalami perubahan dalam dirinya. Masih sama saat menjelang malam, raungan penderitaan yang begitu mengerikan terus saja berlanjut. Keluarganya semakin tak kuasa menahan iba.
Berbagai cara pun mereka lakukan. Kian hari, Laras pun kian agresif dan mulai membahayakan orang sekitar.

"Sudahlah, Bu. Tidak perlu diratapi. Kita sudah melakukan berbagai cara, tapi entah kenapa hasilnya benar-benar nihil. Bapak tidak mengerti apa yang membuatnya begitu kuat." Pak Darma mencoba menenangkan istrinya yang selalu saja terlihat gelisah, dia paham betul dengan apa yang dirasakan istrinya.

***

Waktu terus berlalu, nampaknya segala usaha mereka pun mulai menemui batas kejenuhannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jowo Sakti (Cerita Pendek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang