"Hahahaha... Terus, Seyan"
"SEYAN!!"
••••••••••••
Tok tok tok
"Seyan" ucap Clara lembut .
"Sebentar, ma. Sey lagi pakai baju" teriak Sey dari dalam kamarnya.
"Mama tunggu di bawah, ya" setelah mengucapkannya, Clara pergi dari depan kamar Seyan menuju ruang makan.
"Mana Seyan?" Tanya Alecter pada Clara yang baru sampai.
Clara menarik kursi, lalu mendaratkan bokongnya di atas kursi kayu tersebut. Kemudian menatap Alecter dan tersenyum "Lagi pakai baju. Kamu makan duluan saja, Nanti terlambat" Ucap Clara sambil mengoleskan selai kacang pada roti.
"Makasih, Sayang" ucap Alecter sambil menerima roti yang Clara berikan.
"HOAAMMMM..."
"Sey..." Tegur Alecter
"Aahhh... Maaf" Sey menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil menunjukkan deretan giginya
"Ayok makan"
••••••••••
"SEY!!"
"Berisik, anjir. Masih pagi" Sey yang tadinya menidurkan kepalanya di atas meja langsung terbangun.
"Hahahaha... Sorry sorry. Ohiya Lo denger ga?" Ucapan dari Koko yang setengah-setengah itu membuat Sey bingung. Dengan mengangkat satu alisnya saja sudah membuat Koko tersadar bahwa temannya ini tidak tau apa-apa.
"Lo tau Renandra? Anak kelas dua belas IPS lima itu? Katanya meninggal, njir. Dan penyebabnya gak di ketahui" tanpa reaksi, Sey lalu membuang mukanya dan menatap layar ponsel.
"Woi anjir. Masa Lo gak kaget, sih? Masa Lo gak ngerasa ada yang aneh? Anak kelas lain aja udah pada jadi detektif dadakan. Lo gak mau ikutan?" Pertanyaan bertubi-tubi yang di berikan Koko membuat Sey kembali menatapnya.
"Gua bukan anak kecil. Dan kematian dia, anggap aja itu udah takdir. Lo mau kerumahnya? Terus nyari bukti gitu? Nggak 'kan? Jadi udah, deh. Lo jangan ikut-ikutan kaya gitu. Gak jelas banget".
"Ummmm.... Bener juga, sih. Tapi gua penasaran, Sey. Eh.. kalau di fikir-fikir kemaren juga lo gak masuk. Lo kemana? Lo di Alfa sama guru-guru" Seyan menghela nafasnya. Seakan dia mulai muak dengan pertanyaan-pertanyaan yang terus di lontarkan oleh Koko untuknya.
"Kepo, badak. Minggir kek" Seyan mengangkat bokongnya dari kursinya dan melangkah keluar dari kelasnya.
Koko yang melihatnya keluar kelas padahal bel sebentar lagi berbunyi mulai bertanya lagi "Lo mau ke mana, Sey? Bentar lagi masuk. Pelajaran Bu Alez"
Dengan tenang, Seyan menjawab "Bolos" lalu dirinya pergi menuju atap sekolah.
"Ummmm... Renandra, ya. Hahahahaha... Seyan, Seyan. Kok bisa-bisanya, sih"
••••••••••••
Hari mulai gelap, dan Seyan masih dengan fikirannya di atas sana.
Terlihat mulutnya yang terus-menerus mengucapkan kata-kata, yang entah apa kata itu. Tapi lama-kelamaan air matanya menetes.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE SHOOT
Short Story[Free request] Aku bikin one shoot karena aku lagi banyak banget ide-ide yang masuk ke otak. Daripada aku pusing satu-satu, jadi aku bikin cerita pendek aja. Nanti kalau seru, kemungkinan ada beberapa cerita yang aku jadiin panjang. Kalian boleh re...