PART 1

10 2 0
                                    

                                                                       "Mereka kira aku sekuat ini" 


Hari-hari yang tak biasa bahkan tak layak bagi seorang gadis cantik yang berusia 17 tahun. Berbeda dengan kebanyakan remaja pada umumnya yang seharusnya merasakan cinta kasih dari cinta pertamanya. Namun nasi sudah menjadi bubur dan semua hal itu tak bisa diubah. 

"Ma akankah aku akan terus seperti ini ?!" Tanya Elena Ana dengan raut muka yang begitu memelas. 

"Nak mama juga tidak tahu kapan berakhirnya semua drama yang ada di hidupmu ini, kita hanya punya Allah yang terus akan membantu kita nak, mama yakin kamu anak yang kuat! Jawab Mama Elena dengan nada yang menenangkan. 

"Iyaaaaa aku tau maaaa! Tapi ntah kenapa ini berat banget dan aku juga tidak tau bakal bisa atau tidak" Dengan nada yang begitu kesal.

"Coba sini tatap mata mama, apa kamu lupa jika disini masih ada mama yang begitu sayang sama kamu, bahkan seluruh raga dan jiwa akan ku berikan untukmu nak." Ujar Mama Elena 

"Maaaaaaa ma-maaa makasih ya udah jadi yang terbaik untuk Ana." Saut Elena dengan urai air mata. 

15.30

"Ma suruh Ana untuk pergi ke kantor sekarang !!!" 

Ayah Elena 


Begitu membaca pesan dari suaminya itu, Julia langsung dihantui dengan rasa cemas yang begitu kuat. 

"Mama kenapa ?" Tanya Elena. 

"Sini coba Ana lihat!" Saut Elena lagi. 

"Maa coba tatap mata Ana seperti mama menyuruh Ana menatap mata mama tadi, aku tau kok ma kalau mama pasti khawatir tapi bagaimana pun itu dia cinta pertama Ana ma dan tidak mungkin juga jika papa akan berbuat yang aneh-aneh. Mama yakin kan ? " Tanya Elena. 

"Iya nak, kamu hati-hati ya!" Saut Julia.

Dengan sebuah kursi roda yang selalu melekat dan membawanya kemana-mana, Ia mencoba untuk keluar rumah demi melihat putrinya.

•••••

"Oh Non Ana ya ?" Tanya Satpam yang kerap dipanggil Pardi.

"Iya Pak, Saya mau cari Papa" Ujar Elena. 

"Langsung saja ke ruangan bapak ya, non sudah ditunggu disana" Saut Pak Pardi. 

"Terimakasih ya pak" Ujar Ana. 

Gadis itu mulai bergerak dan melangkahkan kakinya satu demi satu. Mungkin di lubuk hatinya yang paling dalam Ia merasa khawatir dan cemas namun Dia meyakinkan dirinya untuk terus kuat walaupun seisi dunia tak memihaknya.

"Wah-wah anak papa ternyata sudah datang" Ucap  Faraz Rusdan dengan nada yang sedikit mengejek anaknya sediri.

"Sini-sini sayang silahkan duduk" Ucap Faraz.

"Ada apa ya pa ?" Tanya Elena Ana. 

Ia langsung berdiri dari tempat duduknya sembari membuka jasnya. Berhubung sekretaris yang biasa bersamanya resign karena suatu hal, jadi ia berniat untuk mempekerjakan anaknya sebagai sekretaris pribadinya. Mungkin hal ini akan terasa sulit bahkan tak mudah bagi seorang Ana namun Ia juga tak bisa menolak permintaan papanya tersebut.

"Saya tau kok, kalau kamu itu anak papa tapi apakah papa salah jika menyuruh mu tuk jadi sekretaris papa? Papa ingin hal ini jadi batu loncatan untuk mu agar kau bisa merasakan bagaimana susahnya cari uang itu" Ujar Faraz Rusdan.

"Jadi itu yang mau papa sampaikan, OH IYA sekali lagi jangan kau harap bahwa papa mu ini bisa kaya papa-papa yang lain" Tegas Faraz.

"Ta-Taa-Tapi kenapa pa ?? Bukankah Ana juga berhak bahagia?!" Tanya Elena dengan tegas.

"Yah mungkin kalau di kantor papa akan bersikap selayaknya Bos dan karyawan tapi jika dirumah hal itu tak lagi berlaku untuk mu ! Tegas Faraz.


-Terimakasih ya udah dibaca-
Semoga kalian suka

Jangan lupa untuk vote, dan share ya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perih Namun Tak Berdarah (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang