Prolog

3 2 0
                                    

Hari itu, saat pertama kali aku mengenalnya. Dia satu nama yang membuatku selalu menyebutnya dalam doaku, seorang laki-laki biasa yang membuatku kagum akan kesholehannya. Dia memang tak sempurna tapi dia punya satu kelebihan yang membuatku senang saat bersamanya. Jujur baru kali ini, aku merasa bahagia ketika bertemu dengannya. Hatiku tak karuan seperti sesak tapi tak perlu obat.
Malam itu, saat aku diatas kapal ketika pulang dari Bali, aku berada disampingnya. Dia sedang asyik berbincang dengan teman perempuanku. Meskipun waktu itu aku belum menaruh perasaan, bahkan kenal dengannya saja tidak.

Aku mengira mereka ada hubungan karna mereka sempat dekat sekali, bernyanyi bersama, curhat antara satu dengan yang lainnya. Tak berapa lamapun akhirnya teman perempuanku memanggilku, dan aku kesana karna aku tak tahu apa maksud dari temanku. Ternyata aku dimintai tolong untuk memfotokan mereka berdua.

Setelah kejadian itu, aku masuk ke dalam kapal dan dia berbicara padaku, "kamu Ariani itu?" aku menjawab dengan anggukan saja karna aku merasa canggung sekali dengannya. Pulang dari Bali, besoknya aku mencoba mengirim fotonya yang ada di handphoneku. Dan perkenalan dimulai. Aku sering sekali chatting dengannya lewat dm instagram. Hampir seringnya, kami mulai berbagi nomer whatssap agar chattingan lebih mudah dan tidak menghabiskan kuota banyak. Ya bukan mau pelit si tapi yaa hemat aja ehehe:)

Liburan semester telah tiba. Kami tetap menjalin interaksi di whatssap. Dan dia mencoba mengajakku jalan. Pertamanya aku tidak malu karna aku belum menyimpan rasa sama sekali, kecuali rasa kagum. Rasa kagumku karna dia seorang anak pondok yang sudah hafal al-qur'an 30 juz. Sebut saja dia Udin. Ku fikir anak pondok bakal malu atau gaberani keluar, ternyata aku salah. Dia masih labil ternyata mungkin dia masih remaja yang tak beda jauh denganku.

Rasa yang SalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang