1

8 0 0
                                    

1. Nabiru dan Adhisty.

"Nabiru Javier Ravshan.." Adhisty berseru didepan rumah bercat krem.

Adhisty heran, mengapa ia harus berteman dekat dengan orang seperti Nabiru Javier Ravshan. Adhisty kadang merasa, apakah pertemanan ini tulus, atau rekayasa Mami-nya yang menjadikan mereka berteman sedari kecil. Entah, Adhisty masih bingung.

Satu pesan masuk ke ponsel nya.

Nabiyuu: tunggu dulu, dhis
Nabiyuu: Raya bawel

Adhisty ber-O pelan, ia tahu Nabiru pasti meladeni manja nya Raya diwaktu pagi saat ini. Tak apa, Adhisty sudah terbiasa.

Berbicara tentang Raya, ada baiknya jika Raya ikut diperkenalkan diparagraf singkat ini. Raya Annesha Ravshan. Anak bontot Keluarga Ravshan yang mager nya minta ampun. Tahun ini Raya menjadi senior di SMP-nya, senior tingkat akhir. Raya cuek dengan segalanya, tak peduli dengan apapun, dan bisa dikatakan amat jutek. Tatapan nya sinis dengan paras cantik yang menipu. Namun, dihadapan Nabiru, semua sifat anak bontot nya pasti keluar.

Tak lama, laki-laki jangkung dengan kaus putih itu keluar. Menenteng dua cireng yang pastinya buatan Bi Elis, dan menghampiri Adhisty.

"Makan." Ucap Nabiru menyuapkan cireng hangat tersebut ke mulut Adhisty juga cireng satunya ke mulut sendiri.

"Pahas bihu ah."

"Lebay ah lo."

Nah, ini dia. Sifat Nabiru yang jarang orang ketahui. Iseng dan membuat kesal disatu waktu. Orang-orang bodoh disekolah pasti tahu Nabiru si Tampan dengan lesung pipi manis dan nomor punggung 17 untuk basket dan 45 untuk futsal. Mau dengar alasan nya memilih nomor punggung itu? "Biar kaya kemerdekaan Indonesia, bro." dan tawa kecil diakhir kalimat. Tapi entah kenapa Adhisty bertahan dengan segala ke-randoman Nabiru.

"Katanya mau jogging, udah berminyak aja mulut gue." Cibir Adhisty.

Nabiru menampilkan deretan gigi putihnya, membuat Adhisty bergidik. Mereka mulai berlari kecil.

"Nama lo masuk base, anjir!" Seru Adhisty ditengah lari kecilnya.

"Sering." Usil Nabiru.

"Ah elahh, Bir. Cewek mana lagi sih yang lo baperin? atau anak mana yang lo bonyokin?."

"Biasalah, anak baru."

"Modus pengen jadi manager basket?" Tebak Adhisty, dibalas anggukan singkat Nabiru. "Duhh gantiin gue aja tu cewek, pliss. Tertekan gue sebagai manager basket lo lo pada."

"Salah siapa lo jadi manager basket cuma gara-gara Jordan. Jordan lulus lo tetep masuk lingkaran setan nya per-manageran kan."

Adhisty mencibir.

Nabiru juga heran mengapa ia harus dipertemukan dengan Adhisty, cewek modelan aneh yang juga menggemaskan diwaktu bersamaan. Cewek random yang sedari kecil menemaninya ini memang unik. Cewek yang anti-baper sama cowok kecuali Kak Jordan yang baru lulus dan para pacar fiksi nya yang mustahil nyata.

Adhisty anti-mleyot, anti-baper, anti-salting. Namun, hanya karena Kak Jordan menitipkan sesuatu untuk Nabiru padanya, Adhisty bisa mleyot berhari-hari, dan Adhisty amat berterimakasih pada Nabiru soal itu. Karena Kak Jordan juga ia nekat mendaftarkan diri menjadi manager basket padahal ia baru kelas 10 saat itu, Kak Valerie, manager basket sebelumnya dengan sabar menjelaskan apa saja detail yang Adhisty harus ketahui.

Mereka menghiraukan sekte 'Pertemanan cewek-cowok pasti melibatkan perasaan'. Tanggapan mereka pasti dengan percakapan random tak berujung.

"Lah? emang lo bakal naksir gue, Dhis?."

"Tipe gue Jordan, adanya elo yang naksir gue nanti."

Berakhir tawa mereka menertawakan hal-hal random disekitar mereka.

"Eh, lo udah sarapan?" Tanya Nabiru dengan lari yang mulai memelan. Adhisty ikut memelan juga.

"Belum."

"Mang Agus." Sumringah keduanya, menyebutkan bubur langganan sedari mereka kecil.

Mereka menghampiri tempat Mang Agus berjualan.

"Mang, Heloooo... Apa kabz, Mang? yoww!." Sapa Nabiru heboh.

"Widih, Mas Biru! Baik saya kalo yang beli Mas sama neng Dhisty cantik inimah!." Balas Mang Agus tak kalah heboh, Adhisty tertawa lebar.

"Tempat spesial ya, Mang!" Seru Nabiru menaiki tangga.

Memang, Nabiru juga Adhisty memang punya tempat 'rahasia' yaitu di balkon rumah Mang Agus. Mang Agus tak keberatan, sedari kecil keduanya memang kerap makan bubur atau menghabiskan waktu di balkon rumahnya itu.

"Makin sumpek aja ni komplek." Ucap Nabiru membuka obrolan. Pemandangan dari atas balkon adalah komplek yang kian hari kian padat.

"Orang bertambah banyak, pergi 1 dateng nya sekeluarga, mana kemaren rumahnya si Nunu kan ada yang baru ya, yang cina itu, bocilnya bandel asli, kemaren bunga matahari gue di cabut asli sebunga-bunga nya, ihh gue sumpahin matanya makin ilang tu bocah."

Nabiru tergelak.

"Ohh, positif thinking aja, Dhis. Tu keluarga mau bikin ladang kuaci, kan lumayan kesejahteraan komplek kita kalo ternyata ada tukang jualan kuaci yang ditanam layaknya anak sendiri." Jawab Nabiru. "Tapi kenapa gak lo aja yang jualan kuaci, nanti gue beli dah tiap hari laku lo sama gue."

"Matamu jualan kuaci, Bir."

"Eh, tapi serius deh gue, kita jualan kuaci untung berapa dah? secara kuaci kan dari bunga matahari cara bikin nya juga digaplok-gaplok bunga nya."

Adhisty tertawa, "Digaplok-gaplok lagi bahasa lo!"

Bubur sudah berada didepan mata masing-masing, mereka tenggelam dalam menikmati bubur Mang Agus yang enak nya mengalahkan soto Mas Babas.

"Dibanding soto Mas Babas, bubur ini juara satu sih." Ucap Adhisty.

"Soto Mas Babas sama Mang Agus lebih senior siapa, dah?"

"Soto Mas Babas bukan nya pas kita kelas 4 ya, yang lo kira waktu itu Mas Babas musuh nya Mang Agung padahal mereka berdua sahabatan dari lama."

Nabiru mengangguk, ia akhirnya ingat. "Oh iya, lagian Mas Babas tampang nya preman, makanya gue fitnah dia musuh, lagian bercandaan mereka juga menyeramkan."

Adhisty tertawa lagi.

"Masa katanya kaya gini bercandaan nya. 'Mang, buburnya ga enak, ga suka saya bubur rasa muntah kucing gitu' trus Mang Agus jawab gini, 'Daripada Mas Babas, gerobaknya jelek, kaya bekas kriminal, grobak sitaan satpol.' Ya gimana gue ga ngira coba, bercandaan nya begitu."

Adhisty makin tergelak.

"Dhis, lo ga kepikiran punya pacar gitu?" Nabiru berlagak serius. "kayak... lo apa-apa bergantung ke gue, Jordan juga udah gabisa lo kejar lagi, masa lo mau terus-terusan jadi cewek penggemar karakter fiksi, sih?"

"Pilihan gue punya pacar atau engga terserah gue, ya. Untuk saat ini Jordan Nugraha sama cowok fiksi dulu. Lagian kalo gue mau pacaran banyak kok cowok yang ngincer gue." Ucap Adhisty mengipas-ngipas sambil sesekali berakting sombong.

"Aneh. Lo cewek teraneh."

"Nah! elo nya gimana nih? cewek aja gak punya, kan?"

"Gampang gue mah, sans!"

Mereka berdua tertawa dengan mangkuk yang sebenarnya sudah tandas sedari tadi.

"Bir, kalo gue punya pacar, lo bakal kesepian ga? gue kan satu-satunya lawan jenis yang tau sifat keseluruhan lo selain Bunda, kan? trus lo juga kalo curhat dan minta pendapat dari sudut pandang cewek ke gue mulu, emang lo gak kehilangan?" Adhisty menatap lekat manik Nabiru, mencari kejujuran.

"Oke.. santai, Dhis." Nabiru menahan napas. "Kayaknya.. iya.. atau mungkin enggak.." kekehan kecil menjadi penutup jawaban dari seorang Nabiru.

"Oke, cukup memuaskan jawabannya." Adhisty membalas nya dengan candaan juga.

















AAAAA NULIS LAGIIIII.
ENJOY READING SEMUAAA!
voment luvss<3

















HevalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang