⚠️⚠️Typo bertebaran⚠️⚠️
Sebelum lanjut baca, utamakan vote and comment ya❤❤
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Udah vote?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Vote dulu!!! Tampol nih!!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Canda :)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Vote ojo lali!!!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.꧁Jika ia tidak diinginkan lahir lalu mengapa mereka membiarkan dia hidup sampai sekarang꧂
Malam semakin larut, udara juga semakin dingin untuk merasuk dalam pori-pori kulit. Bintang merebahkan diri diatas kasurnya seperti gugusan bintang di langit malam yang bersiap tidur setelah tak ada lagi yang ingin memandangnya. Ia memejamkan mata perlahan, rasa lelah dan sakit ia rasakan setelah berkelahi dengan para anggota gang Andromeda hanya untuk menyelamatkan dua teman yang telah payah melawan. Bintang membiarkan dua kawannya itu menginap malam ini, Lagipula siapa yang mengkhawatirkan mereka? Mereka pun sama sepertinya, tinggal sendiri di rumah tanpa adanya orang tua, seakan dunia mereka berjalan sendiri tanpa pengarah.
Namun nasib Bintang jauh lebih beruntung daripada Tian dan Azka, mereka ditinggal namun tak pernah dikirim uang sepeser pun untuk biaya hidup, alhasil mereka harus mencari uang sendiri dengan cara bekerja, apapun itu bahkan menjadi petinju bayaran ilegal disalah satu tempat yang jauh dari kata hingar bingar kemewahan seperti di kota. Bintang mau saja membantu, namun mereka menolak dengan alasan tidak ingin memanfaatkan pertemanan hanya untuk keperluan pribadi.
Tangannya beralih menyentuh ponsel didalam saku celananya, melihat pada layar ponsel yang menyala karena seseorang melakukan panggilan telepon padanya. 'Papa?' Batinnya membaca siapa nama yang tertera dilayar ponselnya kini. Ia segera menjawab panggilan itu tanpa mengulur waktu lebih lama lagi.
"Halo Pa?"
"Dasar anak tidak tau diri! Ditinggal dirumah bukannya berkelakuan baik malah merepotkan orang saja! Kenapa kamu mendapat nilai buruk dalam rapotmu!? Bagaimana bisa kamu membanggakan orang tuaku?! Dasar-"
Tuuuutttt....ttuuuuuttt
Bintang tidak ingin mendengar lebih banyak lagi perkataan papanya, yang ada ia malah sakit hati. Ia memutuskan panggilan secara sepihak, melempar ponselnya diatas kasur dan memandang lurus ke arah balkon yang tepat berada didepannya. Tak terasa linangan air mata lolos dari sudut matanya, meski ia tak ingin merasakan goresan luka tetap saja rasanya sakit sekali bila ditahan.
Terkadang Bintang berpikir, jika ia tidak diinginkan lahir lalu mengapa mereka membiarkan dia hidup sampai sekarang, mengapa mereka tidak membunuhnya saja saat mengetahui ia hidup didalam rahim seorang ibu yang ia panggil sebagai 'Mama'. Dengan mereka membiarkan ia hidup sama seperti menyakiti secara perlahan, menghancurkan hati yang tak ingin terluka dengan goresan baru setiap waktunya. Akankah hidup selamanya berjalan seperti ini? Sama sekali tak ada kebahagiaan yang dapat ia rasakan meski sedetik.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐢𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐃𝐚𝐧 𝐒𝐢𝐫𝐢𝐮𝐬 || 𝐋𝐞𝐞 𝐉𝐞𝐧𝐨 × 𝐘𝐨𝐮
Teen Fiction"𝙳𝚎𝚖𝚒 𝚖𝚎𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝 𝚔𝚎𝚖𝚋𝚊𝚕𝚒 𝚜𝚒𝚗𝚊𝚛 𝚋𝚒𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚋𝚊𝚕𝚒𝚔 𝚍𝚎𝚛𝚊𝚜𝚗𝚢𝚊 𝚑𝚞𝚓𝚊𝚗. 𝚂𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚊𝚗𝚐𝚒𝚝 𝚛𝚎𝚕𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚝𝚞𝚙𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚐𝚎𝚕𝚊𝚙𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚍𝚞𝚗𝚐" Baca aja siapa tau suka 😚😚 ⚠...