Banyak orang bilang jika kamu beruntung kamu bisa melihat bintang jatuh tatkala langit malam sedang terang, tak ada awan mendung menyelimuti, gugusan bintang yang menyebar luas di hamparan dunia malam dan angin sejuk bercampur dingin menusuk pori-pori kulit. Tangan menyatu dengan mata terpejam, membuat permohonan apapun yang katanya bisa langsung terwujud saat itu juga.
Namun hal itu tidak berlaku untuk seorang lelaki tampan dengan cacat di kedua pipinya, berhidung mancung dan rahang tegas, definisi sempurna untuk menggambarkan ketampanannya. Sang primadona sekolah berhati dingin seperti es batu, bersikap keras dan sering berbuat onar dimanapun ia berada, sayangnya ia tak pernah luput dari perhatian banyak orang yang memuja dirinya. Ia tidak bodoh dan tidak pintar, tidak pula menjadi juara kelas dan membanggakan sekolah maupun orang tua, justru sebaliknya, sekolah cemar karena sikapnya, kedua orang tuanya juga tidak mau mengurusi dirinya lagi, atau mungkin sejak awal ia tidak pernah mendapat perhatian dari mereka, jadi ia melampiaskan semua ini seenaknya sendiri.
Bintang Langit Sagala. Atau biasa dipanggil dengan Bintang namun ia lebih suka orang memanggilnya Langit. Bintang baginya terlalu kecil diantara benda langit lainnya, bahkan saat siang bintang tidak bisa terlihat. Karena alasan itulah membuat bintang jarang dipandang oleh seseorang kecuali mereka ingin melihatnya, melihatnya jatuh dan membuat permintaan. Memangnya bintang itu Tuhan membuat mereka harus meminta padanya, mempercayai kekuatan bintang yang bahkan sering diabaikan keberadaannya.
Langit itu luas, sangat luas, mempunyai tujuh lapis yang masing-masing lapis menyembunyikan misteri tersendiri. Langit juga bisa menunjukkan sisi keindahan saat berubah menjadi jingga, orang beramai-ramai mengabadikan moment saat kedatangannya, berpose dibalik keindahan menyembunyikan setiap duka yang tersirat dalam dada. Saat malam seperti ini pun, langit seakan menggambarkan kegelapan yang tak dapat memandang, lagi lagi orang juga mengharapkannya, secepatnya hadir agar bisa merebahkan diri dari kesalnya kegiatan merajut asa, peluh yang keluar dari pori-pori, lelah yang mejalar disetiap persendian seakan terbayar sudah dengan kedatangan malam memejamkam mata rapat sambil menunggu hari esok untuk memulai kegiatan baru.
Mari kita memanggilnya Bintang saja, biarpun kecil ia tetap ada dan bersinar dengan sendirinya. Kini ia tinggal sendiri, di rumah besar nan mewah, tak ada teman yang menemani, sebagai anak tunggal ia terkadang kesepian, hendak mengutarakan perasaan pada siapa pun tak tau, cukup memendam dalam diam tak bergumam, biar tersembunyi dikesunyian yang membuatnya semakin sepi.
Kemana orang tua Bintang pergi? Sebagai orang kaya mereka pasti mengutamakan bisnis daripada hal lain, uang adalah segalanya karena segalanya butuh uang, coba bayangkan jika dunia yang serba mahal ini tidak ada uang? Mungkin semua melakukan tindakan kriminal sampai merugikan banyak orang. Tapi dalam bisnis tidak menutup kemungkinan tindakan kriminal tidak terjadi, justru yang bertopi kalah dengan yang berdasi.
Orang tua Bintang bekerja diperusahaan pengembangan batu bara di Kalimantan sebagai CEO, membuat mereka sangat jarang sekali pulang ke rumah. Mungkin beberapa bulan sekali atau satu tahun sekali, itu pun pulang untuk mengambil barang yang tertinggal atau menemui orang penting, ingat, Bintang bukan yang terpenting untuk mereka. Atau pulang untuk menyelesaikan kenakalan Bintang yang menurut Bintang sendiri itu bukanlah sebuah kesalahan besar.
Tiap kali Bintang kesepian, ia akan menemui teman-temannya di bar, sekedar berdansa bersama para jalang dan meminum alkohol? Tentu tidak, Bintang tidak minat sama sekali melakukan itu. Tapi untuk masalah bertengkar, Bintang jauh lebih dari kata minat, ia sangat menyukainya apalagi sampai membawa masalah itu ke rana hukum, sungguh Bintang sangat menyukainya. Dengan cara itu kedua orang tuanya sedikit memperhatikan dirinya meskipun pada akhirnya ia sekedar dimarahi dan diberi uang saku sebanyak mungkin agar ia senang. Persetan dengan uang.
Sayangnya untuk sekarang, Bintang lebih minat memandang langit, melihat para bintang bersinar terang di langit malam, mendung tidak sedang menyembunyikannya karena itulah bintang bisa terlihat oleh kedua manik kembar indahnya. Bagi Bintang pribadi, menjadi bintang tidaklah buruk tapi justru semakin terpuruk, bagaimana saat langit menjadi sangat cerah dan bagaimana saat langit sedang mendung, apakah dia baik-baik saja dibalik itu semua? Meski tetap bersinar pasti merasakan kesedihan karena tak bisa memancarkan sinar, tapi itulah resikonya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐢𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐃𝐚𝐧 𝐒𝐢𝐫𝐢𝐮𝐬 || 𝐋𝐞𝐞 𝐉𝐞𝐧𝐨 × 𝐘𝐨𝐮
Teen Fiction"𝙳𝚎𝚖𝚒 𝚖𝚎𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝 𝚔𝚎𝚖𝚋𝚊𝚕𝚒 𝚜𝚒𝚗𝚊𝚛 𝚋𝚒𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚋𝚊𝚕𝚒𝚔 𝚍𝚎𝚛𝚊𝚜𝚗𝚢𝚊 𝚑𝚞𝚓𝚊𝚗. 𝚂𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚊𝚗𝚐𝚒𝚝 𝚛𝚎𝚕𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚝𝚞𝚙𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚐𝚎𝚕𝚊𝚙𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚍𝚞𝚗𝚐" Baca aja siapa tau suka 😚😚 ⚠...