PROLOGUE

4 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Di tahun ini, ada banyak sekali angkatan kelas 10 yang baru dari SMA Nusa Mulia yang memang merupakan salah satu SMA favorit yang bahkan tercantum ke dalam jajaran terbaik se-provinsi serta memiliki nilai akreditasi A. Lalu ditambah pula alumni-alumni dari SMA Nusa Mulia ini setiap tahunnya sudah berlangganan lolos ke perguruan tinggi ternama baik dalam maupun luar negeri yang tak jarang nantinya akan memiliki karir yang cemerlang. Jadi tidak heran jika banyak pelajar yang berbondong-bondong untuk meneruskan jenjang SMA mereka di sini.

Tetapi, untuk sekedar lolos menjadi siswa SMA Nusa Mulia pun harus melalui beberapa tes yang sulit. Dan beruntunglah bagi mereka yang bisa lulus serangkaian tes tersebut.

Dan Binara Dineschara merupakan salah satu orang yang beruntung itu.

Perempuan dengan bandana ungu khasnya itu nampak sedikit lesu ketika memasuki aula sekolah dimana ia dan seluruh siswa kelas 10 lainnya akan menjalani MOS untuk hari pertama. Cukup membosankan memang bagi Nara dan beberapa siswa lainnya, tapi serangkaian MOS itu harus tetap mereka ikuti.

Setelah penyambutan dan pengenalan lingkungan sekolah, mereka diberikan tugas pertama MOS mereka. Siswa kelas 10 harus meminta tanda tangan para dewan guru dengan jumlah minimalnya 25 guru dengan durasi waktu setengah jam.

Nara berjalan dengan kelelahan setelah menyusuri hampir seluruh area sekolah barunya yang luas demi mencari para dewan guru untuk ia mintai tanda tangan. Ia baru mendapatkan 24 tanda tangan. Tinggal dapat satu lagi maka ia sudah bisa menyelesaikan tugas MOS hari pertama ini.

Nara mengedarkan pandangannya mencari-cari siapa tahu ada guru yang belum ia mintai tanda tangannya. Perempuan itu juga bisa melihat bahwa teman-teman seangkatannya sudah banyak yang menyelesaikan tugas itu dan kembali lagi ke aula.

Ditengah kelelahannya mencari-cari ia menjadi sedikit kehilangan fokus dan tanpa sengaja menabrak tubuh tinggi dan tegap yang sedang berjalan tergesa dari arah yang berlawanan.

"Aduh!" Nara mengaduh dan tubuhnya oleng. Nara kira ia akan berakhir jatuh mengenaskan dilantai, tetapi perempuan 16 tahun itu merasakan sebuah tangan kuat menahan lengannya.

"Maaf ya. Saya nggak sengaja tabrak kamu. Kamu nggak apa-apa?" Suara berat yang terdengar ramah itu membuat Nara langsung berfokus pada seorang lelaki yang baru saja menabraknya.

Nara hanya bisa melongo dengan wajah bodohnya memandangi wajah tampan dari lelaki di depannya. Penampilannya tampak rapi, memakai kemeja putih bersih dan celana bahan hitam.

Lelaki itu nampak kebingungan dengan reaksi Nara yang hanya diam saja memandanginya.

"Hei, kamu kenapa? Kok diam aja?"

Nara terkesiap dan langsung merasakan malu.

"O-oh, iya, saya nggak apa-apa." Nara menyahut terbata.

"Kamu anak kelas 10 ya?" Lelaki itu memandangi sejenak wajah Nara yang masih terlihat bocil dan seragam Nara yang berbeda dari seragam SMA Nusa Mulia. Selama MOS berlangsung memang diharuskan untuk mengenakan seragam dari SMP lebih dulu.

"Iya, saya anak kelas 10."

"Oh, begitu. Terus kamu ngapain disini? Bukannya kelas 10 lagi MOS di aula?" Tanya lelaki itu bingung.

"Sekarang lagi dikasih tugas pertama sama mentor. Disuruh untuk minta tanda tangan ke 25 guru. Saya tinggal sisa satu tanda tangan lagi." Jelas Nara sembari menunjukkan buku panduan selama MOS.

"Kebetulan saya salah satu guru di sini. Mau tanda tangan saya juga supaya tugasnya cepat selesai?" Kata lelaki itu menawarkan dengan tatapan ramah serta lengkungan senyum yang membuat Nara salah tingkah.

Nara tidak menyangka kalau di SMA ini ada guru setampan ini. Ditambah pula tatapan dan senyumannya sangat menawan sekali. Bikin dia baper ke tulang-tulang saja.

"Oh, iya, Pak. Boleh banget."

Nara menyerahkan buku panduan di tangannya yang kemudian diterima oleh guru di hadapannya dan langsung ditanda tangani.

"Terima kasih ya, Pak," kata Nara senang seraya memandangi hasil tanda tangan itu.

Ini tanda tangannya aja cakep kayak orangnya. Nara membatin konyol.

"Sama-sama."

"Maaf sebelumnya, kalau saya boleh tahu, nama Bapak siapa, ya?" Nara bertanya dengan cukup antusias.

"Nama saya Laksamana Airlangga, saya guru Bahasa Indonesia disini dan mengajar di kelas 12. Oleh murid saya biasanya dipanggil Pak Langga aja. Salam kenal, ya. Nama kamu sendiri siapa?" Lelaki itu memperkenalkan dirinya sekaligus bertanya pada Nara.

"Salam kenal juga, Pak Langga. Nama saya Binara Dineschara. Dipanggilnya Nara." Nara balas memperkenalkan diri sembari menunduk sekilas dengan sopan.

"Oke, Nara. Senang bertemu sama kamu. Belajar yang rajin dan sungguh-sungguh, ya, selama bersekolah disini. Karena kamu salah satu orang beruntung bisa masuk sini. Sayang kalau kesempatan itu kamu sia-siakan." Masih dengan senyum khasnya, Pak Langga memberi nasihat.

Nara mengangguk. "Pastinya, Pak," kata Nara sungguh-sungguh.

"Kalau begitu saya permisi dulu, ya. Habis ini ada jam mengajar," pamit Pak Langga seraya berlalu pergi. Meninggalkan Nara yang masih terpaku menatap punggung Pak Langga yang semakin menjauh dengan tatapan mata yang berpendar kagum serta senyum senang. Ia kemudian berjingkrak heboh seraya memekik kecil.

Nara menyentuhkan tangannya pada dadanya. Bisa ia rasakan jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. Matanya terpejam membayangkan wajah tampan si pemilik tatapan mata serta senyuman menawan tadi yang masih berkelebat dibenaknya. Sebuah perasaan yang meletup-letup merasuki relung hatinya. Sebenarnya Nara masih tidak mengerti perasaan apakah itu. Tapi ia sangat menyukai perasaannya. Terasa menghangatkan serta memberi warna baru di hatinya.

Dengan langkah riang, Nara berjalan ke aula sembari terus memikirkan pertemuan dan percakapan singkatnya dengan Pak Langga tadi. Dengan mantap, ia bertekad untuk sungguh-sungguh dan rajin belajar seperti kata Pak Langga tadi. Dan... ia juga tidak sabar menanti duduk di bangku kelas 12 supaya bisa diajar oleh Pak Langga.

Nara terus bergumam berkali-kali. "Pak Langga, Pak Langga, Pak Langga."

Seolah nama itu seperti mantra yang akan menjadi penyemangat Nara dalam menghadapi perjalanan selama masa SMA-nya dalam kurun waktu tiga tahun kedepan.

.
.
.

Published : 06-03-2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Published : 06-03-2022.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DINESCHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang