Masih dengan posisi yang sama, dimana Boruto menyandarkan kepalanya pada lipatan lengan yang bertumpu pada kemudi, mata biru samuderanya menatap Sarada. Menyorot begitu dalam hingga rongga dada Sarada terasa sesak. Seketika wajah Sarada memanas. Ia malu, sangat malu. Sarada mengutuk dirinya sendiri, mengutuk tangan kurang ajarnya yang dengan berani menyentuh Boruto. Ahh kenapa kau lakukan itu tangan sialan!
Dengan gugup Sarada membuang wajahnya. Ia tak ingin Boruto tahu semerah apa wajahnya sekarang.
"Terima kasih sudah mengantar," kata Sarada. Tangannya sudah bersiap membuka pintu mobil saat Boruto menahan pergelangan tangannya yang lain.
Hal brengsek apa lagi yang akan terjadi Tuhan? Kumohon bebaskan aku dari pria ini.
"Kenapa buru-buru Sarada. Kau tidak ingin melakukan sesuatu dulu?"
"Apa maksudmu Boruto?"
"Bukankah tadi kau berniat menciumku?" Boruto terkekeh. Sarada yang pada awalnya merasa begitu malu karena kepergok memperhatikannya, seketika berubah kesal hanya karena candaan Boruto.
Ia menepis cengkeraman Boruto dari tangannya. Mata hitamnya menatap dingin padanya. Ia marah dan kesal.
"Katakan sekali lagi maka aku akan punya alasan untuk memukul wajahmu."
Mendengar nada ancaman Sarada, Boruto semakin terbahak. "Bercanda Sarada. Baiklah aku pulang dulu. Sampai jumpa."
Sejak kejadian malam dimana Boruto mengantarkan Sarada pulang setelah dari perkemahan, Sarada menjadi menjaga jarak dengan Boruto. Meski kejadian itu sudah seminggu berlalu, kenyataannya debaran di dada Sarada yang meningkat berkali-kali lipat masih saja terjadi setiap kali ia berhadapan dengan Boruto.
Sadar karena ia memiliki perasaan kepada Boruto, dan ia ingin membuangnya. Tak ingin menjadi teman yang sangat jahat karena menyukai laki-laki yang ia jodohkan kepada temannya sendiri.
Hanya ada satu kesempatan, dimana ia tak bisa menghindari Boruto. Yaitu, saat rapat rutin mingguan di Organisai Serika Siswa yang di adakan setiap hari Rabu setelah pelajaran berakhir.
Seperti hari ini, ketika rapat Organisasi yang mengumumkan pejabat baru di periode tahun ini. Boruto sendiri yang memilih karena ia sudah resmi menjadi Ketua Umum. Dan yang menjengkelkan adalah, Boruto justru menjadikan Sarada sebagai Sekertaris Utama di dalam Organisasi. Dan itu artinya, ia akan mengikuti kemana pun Boruto bertugas. Misalnya jika dia di undang ke Sekolah lain untuk acara persahabatan antar Sekolah.
Ah menyebalkan!
"Boruto, kau bisa memilih siapa pun. Jangan aku."
"Kenapa?"
Sarada terdiam. Tidak mungkin ia menjawab karena ia tak ingin terlalu sering terlibat dengan Boruto. Ia ingin membuang perasaannya terhadap Boruto. Jika terus menerus bersamanya, bukan semakin melupakan perasaannya yang ada ia justru semakin suka kepadanya. Sarada rasanya ingin menangis.
Alis Boruto terangkat menunggu jawaban Sarada.
"Aku tidak ingin terlibat dengan kesibukan apa pun di Organisasi. Kau tahu itu. Sejak dulu aku tidak tertarik dengan banyak kegiatan."
Tepat. Memang seperti itu kenyataannya. Sarada sejak dulu tidak menyukai banyak kegiatan. Ia tak ingin di repotkan dengan tugas-tugas seperti Organisasi sekolah.
"Meski kegiatan itu adalah membantuku?"
Sekali lagi tatapan Boruto yang membuat jantung Sarada mencelos menusuknya. Ia tak berani melawan tatapan mata itu. Secepat mungkin,Sarada membuang tatapannya ke arah lain. Kemana pun,asal tidak ke arah dua bola mata biru samudera itu. Sarada tak sanggup menahan debaran kuat di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Love [BoruSara]
Fanfiction17+ ✓ selesai di PDF Mencintai namun bertepuk sebelah tangan memang menyakitkan. Sama seperti Sarada yang mencintai Kawaki. Sarada yang tergila-gila kepada Kawaki sejak pertama kali bertemu harus menerima kenyataan bahwa cintanya berjalan searah. Da...