"Diminum Nay." ucap Bia meletakkan dua gelas jus dimeja.
Di hari minggu ini mereka sedang berada dikediaman Bia. Mereka tengah mengerjakan pekerjaan rumah disana. Duduk beralas karpet tebal dengan buku berserakan dimana-mana. Mengerjakan soal sembari sesekali tertawa akan candaan dari salah satunya.
"Eh Nay, Lu berani banget kemarin." puji Bia mengingat kejadian di kantin kemarin.
"Hehe.. abisnya, mukanya ngeselin banget, terus noyor-noyor kepala Bia lagi." Naya menjawab dengan wajah kesalnya. "Siapa sih tuh orang?"
"Biasa, orang kurang kerjaan, jadinya gangguin gue mulu."
"Mulu? Berarti dia emang sering gangguin Bia dong?"
"Ah itu-"
"Bia~ Om-mu pulang~"
Ucapan Bia terpotong oleh panggilan seseorang dari luar rumah. Bia pun segera beranjak dan membukakan pintu. Memperlihatkan seorang pria berkepala tiga yang tersenyum lebar kepadanya.
"Om kangen~" pria itu membawa Bia kedalam pelukan.
"Iih.. jangan peluk-peluk dong ada temen Bia nih." Bia melepas pelukan tersebut, lebih baik mereka masuk sekarang.
Mereka pun masuk kedalam, menghampiri Naya yang masih sibuk mengerjakan tugas dengan tubuh tengkurap. Saat menyadari ada orang lain di samping Bia, ia pun segera berdiri.
"Oh ini toh temennya Bia, kenalin Theo; om nya Bia, panggil aja om ganteng." sapa nya dengan percaya diri.
"Naya om."
"Udah sana om mau makan dulu apa langsung tidur?" Tanya Bia tak tahan dengan tingkah sang paman.
"Om langsung tidur aja, yang rajin belajarnya, jangan berisik." jawabnya sembari menguap lelah. "Om tinggal ya."
Setelah itu sang paman pun pergi ke lantai atas untuk tidur. Meninggalkan dua gadis itu untuk kembali bertugas. Theo adalah adik dari ayah Bia yang sangat menyayanginya. Ia adalah satu-satunya kerabat yang Bia miliki.
"Bia tinggal sama om-nya aja?" Tanya Naya penasaran.
"Iya, sama Bi Una juga sih."
"Emang orang tua Bia kemana?"
"... Ortu gue udah meninggal sejak gue masih SMP." jawab Bia lirih.
"O-oh.. maaf, Naya gak maksud.." Naya bergerak canggung, merasa bersalah telah bertanya demikian.
Orang tua Bia memang sudah tiada beberapa tahun yang lalu. Karena itulah sang paman yang menemani dan menjaganya. Namun, kesibukan Theo sebagai CEO pengganti sang kakak di perusahaan membuatnya jarang pulang kerumah. Jadilah Una- pembantu rumah tangga sekaligus pengasuh Bia sejak dulu- yang akan menemani Bia dalam sehari-hari.
"Gak papa, sans."
Setelah itu tak ada lagi percakapan, mereka fokus pada tugas. Diam-diam Naya berpikir; ternyata Bia memiliki latar belakang yang cukup menyedihkan.
-
Mereka berada di perpustakaan sekarang Naya bilang ia mencari sebuah buku yang direkomendasikan oleh gurunya. Naya cukup pintar dan juga ia adalah gadis yang rajin, tak heran jika nilainya dapat melesat bahkan melewati Bia.
Bia yang tak mau bosan menunggu pun juga berkeliling mencari buku yang kira-kira bisa ia baca.
Bugh
Salah satu buku jatuh disebelahnya. Bia hendak mengambilnya namun kalah cepat dengan siswa yang kini telah memungut buku tersebut.
Tubuh jangkung, kulit tan mengkilap, dan tatapan mata tajam. Bia tidak terlalu mengenal orang ini, bahkan mungkin ini pertama kalinya ia melihat orang tersebut. Tapi biarlah, Bia tak peduli.
"Bia, aku udah dapet bukunya nih." ucap Naya dengan tangan membawa dua buku yang cukup tebal menurut Bia.
"Oh yodah, mau balik ke kelas apa ke kantin dulu nih?" Tanya Bia.
"Emm.. kantin dulu deh, Naya mau beli minum."
"Oke."
Sampai di kantin
Bia menunggu Naya membeli minuman dengan berdiri di dekat salah satu kios. Buku yang tadi Naya bawa sekarang sedang bersamanya; Naya menitipkannya tadi.
Tak lama menunggu, Naya pun kembali dengan dua minuman; satunya lagi untuk Bia. Mereka hendak kembali ke kelas, namun belum sampai membalikkan badan ada yang menabrak Naya dari belakang. Membuat Naya menubruk tubuh Bia dan menumpahkan minuman pada buku yang baru saja ia pinjam.
"Aduh maaf, gue sengaja." nada bicara gadis itu terdengar menjengkelkan.
Bia menghela napasnya, ia harus sabar dan jangan sampai terpancing emosi.
"Kamu!" Naya menunjuk kearah gadis itu, gadis sama dengan yang menghampiri Bia beberapa hari lalu.
Gadis itu melemparkan tatapan mata menantang kearah Naya yang terlihat ingin memarahinya. Namun dengan segera Bia menarik lengan Naya untuk pergi dari sana.
Naya tak boleh sampai terlibat dalam masalahnya, jadi Bia harus bisa menjauhkan diri dari masalah.
-
Halo,
Makasih yang udah mau baca˘ ³˘
KAMU SEDANG MEMBACA
Tired |to tried [HIATUS]
Teen Fiction"𝑃𝑒𝑟𝑐𝑢𝑚𝑎 𝑔𝑎𝑘 𝑠𝑖ℎ? 𝐾𝑖𝑡𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑗𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑡𝑖-𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑛𝑔𝑒𝑙𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑛𝑎𝑠𝑖𝑏, 𝑡𝑎𝑝𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑟𝑎ℎ 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑡𝑎𝑘𝑑𝑖𝑟." -𝐵𝑖𝑎, 𝑓𝑟𝑜𝑚 𝑇𝑡𝑇. #justastory Started: 26 Desember 2022