BAB 2

0 0 0
                                    

Apa sih kegiatanmu dirumah kalau lagi nganggur. Makan tidur, nonton drakor atau baca novel. Kalau kalian memilih salah satu nya berbeda dengan aku. Seharian semuanya kulakukan.

Kalau kalian bertanya kenapa engga cari pekerjaan. Pernah ada dibatas yang namanya putus asa. Itulah yang aku rasakan sekarang.

Tapi Allah maha baik. Disaat hambanya ingin menyerah Allah memberi jalan untuk kembali semangat.

Ditengah-tengah nonton drakor di HP aku dapat e-mail balasan dari perusahaan yang aku lamar dua bulan lalu. Katanya aku akan mengikuti proses tes dan interview besok lusa.

Ku stop nontonnya dan mulai merapikan berkas-berkas yang akan dibawa untuk besok. Setelah menunggu seharian dengan deg-deggan akhirnya hari ini datang. Mandi ok, pakai baju yang rapi ok, make up natural ok dan tinggal berangkat.

Aku buka pintu dan deng deng. Ada keranjang besar yang lumayan gede didepan pintu ku. Mencoba berfikir positif berharap kejutan dari fans gaibku.

Setelah kubuka WAW seorang bayi. Kalian salah baca ? tidak. Sekali lagi BAYI. Siapa yang tega membuang bayi didepan pintu seorang pengangguran seperti aku. Kasihan bayinya hidupku saja sudah susah ditambah datang seorang bayi.

Disamping bayi itu ada sebuah amplop, ketika kubuka ada info jika bayi tersebut berumur delapan bulan.

Ya Allah apalagi rencanamu ini. Baru mau menjemput rezeki malah kedatangan bayi.


Karena tidak mungkin meninggalkan bayi ini sendirian diteras maka kubawa masuk. Ku ambil bayi nya lalu kuletakkan di ranjang kasurku.

Ternyata bayinya berjenis kelamin laki-laki. Tampan sekali pasti bapaknya bule pikirku. Karena kulitnya yang putih bersih dan warna matanya terang seterang biru laut.

Siapa yang tega menelantarkan bayi setampan ini.

Karena aku hanya tinggal sendiri. Orang tuaku dikampung, adikku sudah menikah dan tinggal bersama keluarga barunya.

Kuputuskan untuk membawa bayi tampan ini kerumah pak RT untuk melaporkannya.


“Assaalamualaikum pak RT” ucapku memberi salam. Kulihat beliau sedang menyapu teras halaman rumahnya. Ketika melihat ku beliau langsung menaruh sapu lidinya.

“Wa’alaikumsalam neng Nayla, ada apa ya?” tanyanya. Mungkin pak Rt binggung, karena aku belum menikah tapi sudah menggendong bayi kerumahnya. Hihihi sayapun binggung pak.

“Saya mau lapor pak, tadi pagi pas saya mau pergi saya menemukan bayi didepan pintu rumah saya pak" kataku berterus terang.


“Ya Allah neng siapa yang tega membuang bayi ?” tanyanya kaget

“Saya juga engga tahu pak. Makanya saya bawa bayi nya kesini untuk lapor kebapak” jawabku menjelaskan.


“Sebentar yang neng bapak panggil ibu dulu, karena bapakpun binggung ini pertama kalinya ada yang melapor menemukan bayi. Silahkan masuk dan duduk dulu neng”

“Baik pak, terima kasih” pak RT pun masuk dan memanggil ibu RT.


Selama menunggu bapak dan ibu RT datang. Aku lihat lagi wajah bayi ini. Bayi yang manis pikirku. Karena dari awal aku gendong sampai sekarang bayi ini tidak rewel sama sekali. Anteng menatap wajah ku.

Mungkin bayi ini bingung kenapa wajah ibu nya berbeda sekali. Wong dia aja keturunan bule sedangkan aku engga ada bule-bule nya sama sekali.

“Neng Nayla kata bapak neng menemukan bayi ya?” tanya ibu RT ketika datang.

“Iya ibu, ini bayinya” kataku dan sekali lagi aku menjelaskan sekali lagi kepada bu RT awal aku menemukan bayi ini kepadanya.

“Ya Allah siapa orang tua yang tega membuang bayi selucu ini ya pak” tanyanya kepada pak RT “Iya bu tega sekali” jawab pak RT

“Sekarang bagaimana pak, bu. Karena jujur saja saya binggung sekali ini. Saya tidak punya pengalaman merawat bayi. Wong saya saja belum menikah” kataku menjelaskan salah satu keresahanku.

“Apa kita lapor saja kepihak polisi neng, bu. Biar pihak polisi yang mengatur bagaimana baiknya” kata pak RT

“Jangan kepihak polisi pak, ibu engga mau anak ini masuk berita dan jadi bahan omongan warga. Gini aja neng, neng rawat bayi ini”


“Maaf bu bukan saya menolak, tapi untuk membeli keperluan bayi biayanya engga sedikit. Ditambah saya tidak ada pengalaman dan sekarang belum mendapat pekerjaan. Ini saya saja niatnya ingin tes dan interview tapi engga berangat karena ada bayi ini di depan pintu. Karena saya tidak mungkin menggalkannya bu, pak.”


“Gini aja neng, untuk keperluan bayi ini biar bapak dan ibu yang bantu dan untuk pengalaman merawat bayi ibu yakin neng bias. Anggap saja belajar jika neng menikah dan punya anak nanti. Kalau neng ada panggilan tes lagi bayinya bisa dititipkan ke ibu”

“Kenapa bukan ibu RT saja yang merawat bayi ini?” aku mengungkapkan keberatanku.

“Maaf neng bukannya ibu engga mau tapi ibu sudah engga kuat kalau disuruh merawan bayi neng, tenaga ibu sudah tidak sekuat dulu.”

Kasihan si tapi bagaimana aku pun tidak mungkin merawat bayi tamban ini sendirian. Kalau saja Indra adikku belum punya bayi pasti sudah kubawa kerumahnya.

Kutatap bayi tampan ini, ya Allah nak nasib malang hidupmu. Sudah dibuang orang tuamu harus tinggal dirumah seorang pengangguran.

“Baik bu saya akan merawat bayi ini, tapi sesuai janji ibu ya bu, pak. Jika saya ada panggilan tes kerja bayi ini akan dititipkan kesini. Dan untuk keperluannya juga dibantu.” putusku.

“Alhamdulillah, iya neng nanti ibu bantu”

Dan disinilah bayi tampan ini tinggal bersamaku. Memang kita sudah ditakdirkan untuk bersama bayi tampan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NAYLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang