sadar diri itu penting

8 4 0
                                    

"jae ayo berangkat bareng gue"

"Gak mau kak, nanti pacar kakak marah"

Nanda bisa melihat jalanan di depan sana sangat sibuk, begitu juga dengan dirinya sibuk membujuk Jaera supaya cewek itu mau untuk berangkat ke sekolah bersamanya.

"Gak bakal Jae, percaya sama gue, masa Lo mau jalan kaki sih?"

Sungguh, Nanda seperti membujuk seorang gadis kecil yang lagi ngambek karena tidak dibelikan permen.

Posisi cowok itu sekarang sedang membawa mobil pelan tepat disamping trotoar tempat Jaera berjalan sekarang.

"Aku bisa naik angkot atau ojek" balasnya.

Setelah Nanda keceplosan bicara bahwa mereka dijodohkan, Jaera waktu itu tiba tiba pergi ke kamarnya langsung dan semenjak itu mereka belum berbicara sama sekali. Bahkan Jaera bilang dia tidak ingin berangkat bersamanya.

"Jae, ayo jangan gini" bujuk Nanda sekali lagi, entah apa yang merasuki Jaera tiba tiba ia tidak ingin berangkat bersama dirinya, Nanda juga tidak tahu.

"Enggak kakakkk, kak Nanda duluan aja" tolak cewek itu lagi.

Tidak ada pilihan lain, Nanda membuka pintu mobil disebelahnya, kemudian ia turun dan tanpa aba aba langsung menggendong rubuh mungil cewek itu ala bridal style.

"KAK NANDA TURUNIN!!!"

Seolah tuli, Nanda tetap menggendong dan melanjutkan aksinya.

Setelah benar benar memastikan gadis itu duduk ia menyamakan tingginya dengan Jaera.

"Jangan coba coba kabur, kalau lo kabur gue cium lo" ancamnya.

Jaera melotot saat itu juga, pipinya tiba tiba merah, sayang Nanda tidak melihat kedua pipi cewek itu, ia langsung menutup pintu mobil dengan pelan lalu kembali berjalan dan memasuki bagian kemudi.

Sepanjang perjalanan ke sekolah, Jaera hanya melihat ke arah luar, Nanda sedikit merasa heran pasalnya jika berangkat bersama Jaera sangat cerewet entah itu membicarakan hal yang tidak penting sekalipun atau bernyanyi tidak jelas.

Nanda menoleh sebentar ke arah Jaera, dahinya berkerut saat melihat cewek itu hanya diam, lalu kembali fokus ke jalanan.

"Kak turunin gue di minimarket depan"

"Kenapa?"

"Gue mau beli sesuatu"

"Mau gue tungguin gak?"

"Enggak usah"

Nanda hanya mengangguk, tepat di depan sekolahnya ada sebuah Alfamart tempat biasanya Jaera membeli cemilan sebelum atau sesudah sekolah.

Jaera turun dari mobil Nanda setelah mobil itu berhenti.

"Kakak duluan aja!" Pinta Jaera, Nanda hanya mengangguk lalu memutar mobilnya menuju gerbang sekolah yang masih terbuka lebar.

Jaera menatap mobil Nanda yang mulai hilang dibalik gerbang kebanggaan Galaksi. Wajah gadis itu terlihat murung sejak tahu dirinya dijodohkan dengan Nanda.

Setelah menunggu selama beberapa menit, Jaera lalu menyebrang jalanan raya untuk memasuki gerbang sekolahnya.

Perasaan campur aduk memenuhi benak gadis itu saat milihat Nanda dan Sekar berjalan beriringan menuju gedung sekolah.

"Udah dong liatinnya, kayak ga pernah pacaran aja"

Jaera tersentak saat sebuah suara berat menegurnya karena tengah fokus memperhatikan Nanda dan Sekar yang kini sudah hilang.

"E eh kak Nathan? Ngapain kak?"

"Lo yang ngapain? Ga mau masuk kelas Lo?"

Jaera tersenyum kaku, ia sedikit mendongak menatap Nathan yang tingginya melebihi tiang ini.

"Kak, kalau aku suka sama kak Nanda gimana?" Tanya Jaera spontan.

"Ya gak gimana gimana, rasa suka itu gak bisa kita hindarin kan? Tapi disisi lain Nanda udah punya Sekar dan itu seharusnya bikin Lo sadar diri untuk mundur"

Sangat menampar, kata kata yang Nathan sebutkan tadi berhasil membuat nyali Jaera menciut, walau begitu ia terlihat kesal pada Nathan yang secara terang terangan menyuruhnya mundur. Selama sepasang kekasih itu sah menurut agama tidak apa apa kan Jaera mendekat?

Tapi sepertinya mustahil melihat Nanda dan Sekar yang sudah dua tahun berpacaran. Jaera tahu meski Nanda terlihat cuek dan kesal dengan kekasihnya itu tapi rasa sayangnya jauh lebih besar kepada sekar.

"Inget sadar diri itu penting!" Lanjut Nathan yang berhasil membuyarkan lamunan Jaera.

"Lo ga mau masuk?" Tanya Nathan.

"Kakak duluan aja"

"Oke!"

Jaera mendengus kesal saat Nathan benar benar meninggalkan nya pergi terlebih dahulu.

"KAK NATHAN!!" Erangnya frustasi, perkataan Nathan benar benar membuatnya kesal marah kecewa dan semuanya menjadi satu.
.
.
.

Jam pelajaran matematika sangat menguras emosi dan tenaga otak Jaera untuk berfikir, gadis itu tengah meminum teh es di kantin setelah lelah dengan angka angka yang sangat memuakkan baginya.

"Bagi Jae" tangan Nanda dengan gesit merampas es teh manis yang tengah Jaera minum.

"AAA KAK NANDA!!" Jaera memukul bahu lebar cowok di sampingnya ini.

"Ga sopan banget ihh, es akuu" dongkolnya kesal.

Nanda tak menggubris, rasa haus nya lebih membutuhkan perhatian daripada Jaera sekarang, peluh di keningnya mengalir pelan membuat wajah nya semakin terlihat tampan, dan anehnya meski dipenuhi keringat dan seluruh bajunya hampir basah karena hal itu malah semakin membuat harum, dan membuat Jaera candu berada di dekat cowok itu.

"Jangan diliatin terus dong, nanti kalau Lo naksir kan ribet!" Nanda tersenyum jail setelah berhasil melahap semua es teh milik Jaera.

"Kak, gue gak naksir lo tapi pengen bunuh tau gak!!" Kesalnya, Jaera bangkit lalu pergi begitu saja meninggalkan Nanda dengan cekikan menyebalkan cowok itu.

Jaera tersenyum malu sembari memegang bibir nya baru saja pikiran aneh terlintas di otak cewek itu setelah Nanda merebut dan langsung meminum dari sedotan es teh yang ia pesan. Secara tidak langsung mereka melakukan kissing? Sebenarnya bukan tapi memang Jaera saja yang terlewat alay.

Tapi sekali lagi ia harus sadar diri dan tidak boleh berekspektasi terlalu tinggi, takutnya nanti ekspektasi tingginya membawa luka yang seharusnya tidak ia rasakan. Ingat kata Nathan sadar diri itu sangat penting!
.
.
Jaera kembali ke kelasnya setelah keluar dari toilet, ia menatap bingung sekotak susu rasa vanilla yang tertata rapi ditemai oleh sebungkus roti tawar di mejanya.

Ia menatap kesekeliling, memandangi para murid yang terlihat biasa saja dan sibuk dengan urusan mereka masing masing. Sekarang pertanyaannya siapa yang menaruh makanan ini diatas mejanya?

"Tadi gue liat Nathan yang letakin disana, katanya sih dari Nanda" suara berat awan menyadarkan Jaera, kemudian hanya tersenyum tipis sambil membuka bungkusan roti tawarnya dan melahap roti tersebut hingga habis tak lupa juga sekotak susu yang Nanda beri tadi.

Udah lama ga buka wp ku kira ga ada yang baca cerita ini taunya ada, walau dikit tapi gak papa hehe^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JODOH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang