1. PELUKIS LANGIT

378 39 5
                                    


***

Kesan pertama kala Felix menginjakkan kaki keluar dari pintu kedatangan adalah 'wajah ramah' dari supir-supir taxi yang senantiasa gigih menawarkan tumpangan kepada para pendatang. Sama sepertinya. Ah, ada pula beberapa orang yang mengangkat papan nama diatas kepalanya dengan leher yang ditolehkan ke kanan dan ke kiri.

Ah, benar juga. Ia juga harus mencari papan namanya. Menurut Bunda, anak dari sahabatnya yang akan menjemput. Ia lelaki. Kata Bunda, ia bernama Changbin Arya Atmoko. Lelaki itu memberi tahu Bundanya, jika ia akan memakai baju warna biru pastel dan memegang papan nama bertuliskan namanya, 'Felix Abrielle Arkatama', agar Felix mudah menemukannya diantara gerombolan keluarga penjemput penumpang dan para supir taxi di area kedatangan.

"Felix"

Kepala Felix secara reflek menoleh ke arah kirinya ketika mendengar namanya di panggil. Kembali ia dengar namanya dipanggil dari arah dan sumber yang sama. Kira-kira, 20 langkah darinya ia temukan sesosok laki-laki berbalut switer biru pastel, celana jeans biru donker, dan sebuah papan nama di atas kepalanya.

"Felix"

Saat selesai menganalisis si pemanggil sebagai orang yang tepat seperti yang dipesan Bunda, akhirnya Felix langkahkan kaki kecilnya menghampiri si pemanggil. Tak butuh bermenit berlalu saat kakinya berhenti tepat didepan lelaki yang ternyata punya perawakan tinggi kekar itu.

Sebuah senyum lebar Felix dapat dari lelaki didepannya. Senyum yang tak ia sangka bisa secerah dan seramah itu untuk orang yang bahkan ia belum kenal secara formal.

"Felix, kan?"

Si baju biru suarakan tanya untuk pertama. Tentu masih dengan senyum sejuta volt jika Felix sebut.

"Mas Changbin?" Bukan menjawab, Felix justru balik bertanya.

Changbin dihadapnya anggukan kepalanya dan sodorkan tangan kanan pada sosok mungil didepannya. "Hai, mas Felix. Saya Changbin, anak dari Bu Ayudia. Sahabat Tante Donnita" Changbin mulai perkenalan mereka terlebih dahulu.

Merasa harus menjaga sikapnya didepan sosok yang akan memberinya topangan hidup selama di tanah Jogja, Felix sambut telapak tangan Changbin yang ternyata mampu tenggelamkan tangan mungilnya.

"Panggil saya Felix saja, mas. Kata Bunda, Mas Changbin lebih tua tiga tahun dari saya, kan?" Tutur Felix.

Lelaki didepannya tertawa kecil. Namun masih terdengar sopan kala masuk ditelinga Felix.

"Ah, baiklah, saya panggil dek Felix saja kalau begitu. Selamat datang di tanah Yogyakarta yang istimewa, dek Felix. Saya berharap tanah ini mampu membuat kamu nyaman" Changbin beri sambutan hangat untuk tamunya yang akan ia jaga selama berada di Yogyakarta sesuai pinta Mamanya dan Bunda Felix.

Felix tak mampu untuk tak membalas senyum kepada yang lebih tua ketika ia dapati sambutan sehangat itu. "Terimakasih mas Changbin. Saya harap saya tidak akan merepotkan mas, selama saya tinggal dengan mas di Jogja"

Changbin gelengkan kepala. "Saya akan sangat senang sekali menemani dek Felix" tuturnya.

Tutur yang entah semesta akan aminkan dikemudian hari selama hari yang akan mereka sapa dan lewati kedepannya dipelukan hangat kota Istimewa Yogyakarta.

***

"Selamat datang di gubuk keluarga Atmoko, dek Felix" ucap Changbin usai membukakan gerbang masuk pekarangan rumah. Ia persilahkan terlebih dahulu yang lebih muda memasuki pekarangan rumahnya.

TUTUR BATINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang