Sudut Pandang

3 0 0
                                    

Suara langkah kaki yang terdengar cukup menggema di lorong sekolah membuat gadis itu memelankan jalannya.

Bola matanya yang melihat ke kanan dan ke kiri, membuatnya berubah pikiran.

Sejenak dia terdiam dan kemudian melangkahkan kakinya lebih cepat.

Drap

Drap

Gadis itu berlari yang membuat suara langkah kakinya semakin keras.

"Sial, kenapa tadi pake macet segala sih."

Setelah sampai tepat di depan pintu kelasnya, Nara mencoba untuk menenangkan dirinya dan mengatur napasnya.

Gadis itu membuka pintu kelas dengan pelan dan sedikit demi sedikit mengintip ke dalam.

"Anara Al Sirius."

Suara berat yang menyebut namanya membuatnya tersenyum lega.

Guru pelajaran kali ini adalah saudara orang tuanya. Pak Azam.

"Hehehe, maaf ya Pak, Saya telat."

"Tak apa Nara, sebagai hukumannya, pergi ke perpustakaan dan rangkum salah satu buku yang ada di sana oke."

Senyum gadis itu memudar ketika mendengar jawaban gurunya.

Nara pikir dia akan dimaafkan dan boleh masuk untuk mengikuti pelajaran, dia tak percaya akan dihukum oleh orang yang dia kenal dengan baik.

"Baik," ucap Nara lalu segera undur diri.

Gadis itu membalikan tubuhnya dan berniat untuk melangkahkan kakinya menuju perpustakaan.

Sama seperti sebelumnya, sejauh mata memandang dia hanya menemukan pemandangan yang membosankan.

Setiap hari pergi ke sekolah, pulang, makan, istirahat, dan kembali ke sekolah.

"Gue harap terjadi sesuatu yang menarik," gumamnya.

***

Butuh waktu sekitar lima menit untuknya sampai ke perpustakaan sekolah.

Setelah mengisi daftar hadir perpustakaan, Nara segera mencari buku yang akan ia rangkum.

Gadis itu sebenarnya suka semua buku, namun saat ini dia memilih untuk merangkum novel fantasi saja.

Nara tidak membaca bukunya dengan serius, bahkan sesekali dia menggambar pada kertas kosong yang ada pada buku miliknya.

Sret

Goresan pensil yang terarah membentuk sebuah bangunan. Nara saat ini layaknya seorang arsitektur yang sedang bekerja.

Gadis itu hanya sedang menggambar apa yang diimpikannya semalam.

"Rumah siapa ya ini?" Tanyanya pada diri sendiri.

Dia ingat tentang seseorang yang ditemui di mimpinya, namun dia tak dapat ingat bagaimana rupanya.

Drrt

Getaran ponsel yang ada di sakunya membuat tangan kecilnya mengambil benda pipih tersebut.

Jemarinya terampil membuka pola sandi dan membuka aplikasi untuk berkomunikasi antar sesama.

Gadis itu membaca pesan dari salah satu temannya.

Leesya :
Nara... buruan ke kelas, pak Azam keluar kelas duluan, katanya ada urusan penting.

Setelah membaca pesan tersebut, Nara segera membawa buku novel yang akan dipinjamnya.

Gadis itu kembali berlari untuk sampai ke kelasnya.

***

Sesampainya di kelas, Nara segera duduk di tempatnya.

Gadis itu tidak menyadari jika seorang pria, yang merupakan teman sekelasnya menatap gadis itu sejak dia masuk ke dalam kelas.

"Psst, Nar, si  Kelvin aneh tau hari ini." Leesya berbisik pada Nara.

"Hah? Aneh kenapa?"

Baru saja Leesya akan mengatakan alasannya pada Nara, pintu kelas mereka terbuka dan menampilkan guru wanita yang terkenal galak.

Lantas semua siswa terdiam dan langsung bersikap rapi.

Mata pelajaran kali ini adalah Seni. Semua murid mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru terebut selama jam pelajaran.

"Ibu ingin kalian membuat karya seni tiga dimensi secara berkelompok. Ibu tak akan menentukan kelompoknya, jadi kalian bisa memilih sendiri."

"Satu kelompok terdiri atas dua orang. Tugasnya adalah membuat sesuatu dari tanah liat."

Setelah mengatakan hal tersebut dan menyampaikan beberapa info tambahan lainnya, guru seni itu menutup kelasnya karena jam makan siang sudah berbunyi.

"Sya, kita bareng oke," ajak Nara yang membuat temannya itu antusias menganggukan kepala.

Di sisi lain, salah satu teman sekelas mereka yang dipanggil Kelvin sedang dikerubungi wanita karena dia merupakan seorang murid pindahan yang memiliki paras menawan.

"Kelvin, kita bareng yuk. Nanti kita sekalian main di rumah gue," ajak seseorang.

"Ih apa sih, Kelvin sama aku aja yuk, nanti aku yang bikin semuanya gapapa deh..."

"Kelvin-"

Drrk

Pria itu memutus ucapan-ucapan mereka hanya dengan berdiri.

"Gue udah punya partner."

Singkat jelas dan padat, Kelvin segera pergi dari mereka.

"Liat kan Nar? Hari ini dia aneh," ucap Leesya.

Nara menatap teman sekelasnya dengan seksama, mencari tahu apa yang aneh.

Tepat sebelum Kelvin keluar pintu kelas, pria itu menatap Nara.

Hanya dua detik, kemudian kembali melangkahkan kakinya.

"Apaan sih, kok gua berasa deg-degan ya?"

Bukan karena ditatap Kelvin, jantungnya berdegup karena merasa akan ada yang terjadi dengan teman sekelasnya itu.

"Apa dia ada masalah keluarga ya?" Ucap Nara asal pada Leesya.

"Ngaco, mana mungkin. Keluarganya harmonis kok kalo disiarin di berita."

"Yaudah lah, ayo kita makan aja," ajak Nara yang mendapat anggukan dari Leesya.













*****

Preview next chapter:

"She's the one."

"Lo pikir lo siapa?!"

"Sinting."

"Pulang bareng gue atau lo gabisa pulang sama sekali."

......

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PRECOGNITIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang