.
.
.
.
.ㅡHappy readingㅡ
.
.
.
.
.Perut Eunha semakin hari semakin membuncit seiring bertambahnya usia kandungannya yang sudah memasuki bulan ke-enam selama ini juga Jungkook tidak pernah lagi berkunjung ke apartemen meski untuk sekedar melihat keadaan Eunha. Jungkook juga memberikan kartu debit mengirimnya uang setiap bulan pada Eunha dan ponsel untuk Eunha agar sesekali ia bisa mengetahui keadaan Eunha tapi sekalipun Jungkook tidak pernah menghubunginya.
Eunha sebenarnya tidak ingin uang yang setiap bulannya Jungkook berikan kepadanya. Ia juga tidak mengunakan sepeserpun uang itu terlepas ia diam-diam bekerja di toko bunga yang tidak jauh dari apartemen, Toko bunga milik sepasang suami istri paruh baya berumur sekitar 40-an dan mereka sangat baik karena mau menerima wanita hamil meski awal nya mereka menolak karena melihat Eunha sedang hamil tapi Eunha tetap kekeuh setiap hari ia membantu melayani pembeli sepasang suami-istri itu akhirnya mau tidak mau mereka menerima Eunha bekerja.
Setiap pagi Eunha berangkat bekerja dengan berjalan kaki dan pulang menjelang sore hari, setiap sabtu dan minggu Eunha akan di beri libur. Ya, walau gaji yang Eunha terima tidak seberapa tapi cukup memenuhi kebutuhannya dan calon bayinya.
Seperti hari ini Eunha menyambutnya dengan penuh suka cita, ia melangkah menyusuri jalanan setiap toko untuk menuju toko bunga yang sudah ada di depan mata.
Eunha membuka pintunya mengucapkan salam pada wanita paruh baya yang sedang asyik merangkai bunga.
"Selamat pagi, Bibi Moon." sapa Eunha. Tak lupa ia menyunggingkan senyuman manis pada wanita paruh baya itu.
"Oh, selamat pagi Eunha. Sudah datang rupa nya, bagaimana kandunganmu?" tanya Bibi Moon menghentikan aktivitasnya mendekati meja menuangkan teh hijau hangat ke dalam dari teko ke dalam cangkir putih bermotif angsa.
"Ayo di minum," ucap Bibi Moon dengan senyum yang tak pernah hilang dari bibirnya. Eunha tersenyum lalu menyesap teh yang sudah disiapkan.
Bibi Moon selalu memberikan perhatiannya untuk Eunha seperti anaknya sendiri dan terkadang ia juga merasa di hadapannya Bibi Moon seperti sosok ibu kandungnya.
Bibi Moon sangat senang ketika tangannya terulur mengusap perut Eunha yang membuncit, Eunha tidak mempermasalahkan itu ia juga senang dengan begitu calon buah hatinya merasa di sayangi.
"Kandunganku sehat, bayiku juga sudah mulai bergerak aktif."
"Syukurlah kalau begitu."
"Bibi kenapa? Mencemaskanku ya?"