1. there's no love for us

2.8K 301 17
                                    

Staring :
Lalice Bythrone (Queen of Bavereast)

"Leluhurku yang membangun negara ini dengan peluh, darah, dan air mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Leluhurku yang membangun negara ini dengan peluh, darah, dan air mata. Maka selama nafasku masih berhembus tak kan kubiarkan siapapun menyentuhnya bahkan dengan seujung jari sekalipun.

Victory Durg (Panglima from Westberguth)

"Satu-satunya yang ku ketahui adalah penyiksaan, penderitaan, dan raung memohon yang sengaja diabaikan hingga menggumpal menjadi dendam yang kekal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Satu-satunya yang ku ketahui adalah penyiksaan, penderitaan, dan raung memohon yang sengaja diabaikan hingga menggumpal menjadi dendam yang kekal."





🛡

Ketukan langkah tegas dan teratur itu memenuhi lorong bawah tanah yang gelap dan sunyi. Tak ada ketakutan atau keraguan sedikitpun kala Lisa melangkahkan diri semakin masuk ke tempat paling jarang di datangi tersebut. Kaki jenjangnya terus diayunkan menyusuri lorong dimana para tahanan di kurung hingga langkahnya sampai pada titik terujung lorong. Tempat dimana hanya terdapat satu sel tahanan tersisa yang sengaja diletakkan secara terpencil dari sel lainnya dan hanya berisikan satu orang tahanan.

Seperti sudah tahu bahwa pencabut nyawa terindahnya akan mengunjungi, Victory menarik senyum di satu sudut bibirnya semakin tinggi menyambut Lisa.

Beberapa detik awal dihabiskan oleh keduanya yang saling melempar tatap tak terbaca. Lisa yang melayangkan tatapan tegas penuh sesak pada Victory dan si pria yang membalas tatapan Lisa dengan tatapan mendamba yang keji.

Lisa mengangkat salah satu tangannya tenang ke udara dan kedua pengawal beserta satu kasimnya segera paham titahnya. Mereka menunduk dan mulai melangkah mundur memberi ruang.

"Ada yang ingin kau katakan sebelum aku bertanya?" Lisa berucap tenang, lengkap dengan aura angkuh atas jabatan yang dipikulnya sebagai pemimpin negara yang tengah mereka berdua pijak saat ini.

Victory tersenyum dengan damba melihat Lisa, "Apalagi yang bisa kukatakan selain parasmu yang semakin mempesona?" Victory tak melepaskan tatapannya dari wajah Lisa barang sedetikpun. Mengaguminya di kesempatan yang diberikan. Mencoba mencabut rasa rindu sampai ke akar-akarnya.

Sedangkan tatapan Lisa tak melunak sedikitpun kendati jika boleh jujur ucapan dan tatapan Victory mulai menghadirkan sedikit demi sedikit perasaan asing yang dulu sangat akrab diantara keduanya hingga menghasilkan rasa sesak yang teramat di dada Lisa. "Dimana kau menyembunyikan jasadnya?" tanya Lisa mencoba tetap sadar dan langsung menembak Victory dengan poin utama kedatangannya.

Bagai angin lalu, Victory mengabaikan pertanyaan Lisa dan menjilat bibir bawahnya penuh minat kala menyapukan pandangannya pada seluruh tubuh Lisa. "Berapa lama ketika terakhir kali aku menyentuhmu? tiga? empat? atau lima tahun yang lalu?"

Ucapan Victory sukses membuat Lisa merasa merinding di sekujur tubuhnya kala ingatannya mulai berkeliaran ke masa lampau dan memberikan sensasi seperti Lisa bisa kembali merasakan beberapa sentuhan menggoda yang memabukkan di sebagian area tubuhnya.

Mencoba menetralkan emosinya yang tiba-tiba memuncak Lisa mengatur pernafasannya dan melemparkan pertanyaan yang sama kedua kalinya dengan tetap mencoba tenang, "Kau letakkan dimana jasad suamiku!" ucap Lisa dengan suara yang semakin tegas dan tajam. Mencoba memberi tahu Victory bahwa Lisa yang sedang berdiri di hadapannya saat ini bukanlah Lisa yang dulu.

Bukan Lisa yang selalu menunggu lelaki itu di ujung danau tiap malam dengan pipi merona malu.

Mencoba memastikan kepada Victory bahwa Lisa yang dulu telah lenyap dan habis bersama kekecewaan dan pengkhianatan yang keji.

Lisa yang berdiri di hadapan Victory sekarang adalah Lisa yang berbeda. Waktu telah menghajar gadis manis dan lugu itu dengan banyak kejadian sadis dan pelik hingga kini berhasil menghadirkan Lisa lain yang kuat dan tak berperasaan ke depan Victory secara nyata.

Victory terkekeh pelan, "Tepat sekali. Tujuh tahun tepatnya dari terakhir kali kita saling menautkan segala hal yang kita miliki saat itu. Tangan, bibir, inti tubuh, dan hati?" Victory menundukkan kepalanya mencoba menyembunyikan tawa ringan mengejeknya pada takdir yang tengah menghabisi satu-satunya hal indah yang ia miliki.

"Senang bisa melihat sisi dirimu yang lain," Victory kembali menatap netra Lisa dalam, "Kau membuatku semakin percaya bahwa membunuh lelaki menjijikkan itu adalah keputusan yang tepat." dan dengan secepat kilat mengganti ekspresi wajahnya menjadi sangat keji dan menakutkan.

Nyatanya tatapan penuh amarah itu tak menggetirkan sedikitpun raut wajah Lisa. Gadis itu masih tetap membalas tatapan Victory dengan tatapan tak kalah keji, tak berniat untuk menyerah sedikitpun.

"Dia tidak lebih menjijikkan darimu." ucap Lisa dengan desisan kejam, "Setidaknya dia bukan laki-laki yang akan memanipulasi putri musuhnya sendiri dengan mengatas namakan perasaan tulus bernama cinta."

Victory mencebikkan bibirnya ke bawah sebentar menerima kenyataan yang dipaparkan Lisa dan mengubah posisi berdirinya menjadi lebih santai sembari melipat kedua tangan di depan dada.

"Aku juga menyesal pada fakta bahwa kau adalah salah satu keturunan keparat Bythrone" ucap Victory sembari mencondongkan wajahnya mendekat dengan posisi yang sama. Mencoba memperhatikan bagaimana Lisa yang dibesarkan dari keluarga yang selalu mengagung-agungkan silsilah kehormatan keluarga itu menanggapi ucapan tidak sopan dari Victory.

"Kupastikan atas nama leluhurku bahwa hanya aku yang akan menancapkan belati di lehermu karena telah mengatakan kalimat kurang ajar seperti itu." ucap Lisa terakhir kali sebelum akhirnya pergi meninggalkan Victory dengan emosi abstrak yang bergemuruh di dadanya.

Victory tersenyum nanar melihat kepergian Lisa dan mengulurkan jemarinya ke arah leher. Mencoba membayangkan bagaimana rasanya leher yang dulu selalu mendapat kecupan lembut dan hisapan panas nan menggoda dari Lisa akan berganti menjadi tusukan perih dan menyakitkan dari orang yang sama. Keduanya terasa sama-sama menggairahkan di angan Victory selama Lisa, satu-satunya hal indah dalam hidupnya yang melakukannya.

"Dari dulu memang hanya dirimu yang mampu menyiksaku. Maka sampai akhirpun kupastikan hanya dirimu."




🛡There's no love for us🛡

Our Last Fight (Taelice) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang