─━ 00.01

2.8K 234 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Suara menyepi. Larutan mengudara hampiri dan pergi kedua insan yang bertolak tempat. Satu sisi yang terang benderang bagai mentari yang tak hentinya berbangga diri, dan gelap misterius malam yang membaluti raga penuh sembunyi.





Tuan rupawan yang begitu fokus dengan sebuah buku dengan judul yang akan membuat jengah manusia pada umumnya. Matematika. Sebuah kata yang amat membosankan hanya sekadar dilihat sekilas. Sebagaimana pada umumnya mereka yang mengatakan kata itu seringkali menghantam diri dengan rumus-rumus yang tak mau mengalah.





Hendak saja Tuan rupawan itu berjalan melewati sosok berselimut kain gelap, dan manik darah menyala secara tidak sengaja menangkap kehadiran benda asing di permukaan lantai. Mirip seperti kalung, tapi di kelilingi butiran-butiran bulat kecil yang seperti mutiara. Untaian tali tipis indah menggantung sebagai puncak atas benda asing tersebut.





Sebagai seorang bangsawan yang baik hati, Tuan rupawan lantas membungkuk sedikit untuk menggapai benda menarik itu. Tangan terulur menyerahkan pada puan yang tenggelam dalam bacaan penuh pikiran.




Tak ada tanda-tanda puan yang menyadari tangan yang diulurkan nya, Tuan bersurai pirang indah memanggil dengan lembut dan pelan, sebab tempat yang dipijaki tak mengizinkan suara bising mengaung.





"Permisi, Lady?" tanyanya memilih nada pelan tak menyinggung.




Puan ditarik kembali pada kenyataan sekitar. Menoleh ke kanan dan sekejab menundukkan kepala setelah melihat siapa lawan bicaranya. Pikirannya menyambung menatap benda di tangan Tuan yang dia yakini adalah miliknya.




"Sepertinya Lady menjatuhkan ini tanpa sadar. Jika tidak keberatan saya hendak mengembalikan benda yang lepas dari pandangan Anda." Suara bariton lembut dalam sepersekian detik membuat puan menggeleng kecil seolah menepis pikiran yang bertamu sejenak.




"Lady?"




Puan membuka mulut membuat jeda sebelum berucap pelan sampai Tuan rupawan mendengar dengan samar.





"Ya. Ini memang milik saya." Sosok terbaluti kain gelap itu menyodorkan sebuah buku, mengisyaratkan sang Tuan meletakan benda yang lepas pandang, di atas buku yang dia ulurkan.





Tuan rupawan berhenti memandang bingung sebelum menyadari isyarat
kecil puan yang diam. Diletakkannya dengan lembut di atas buku yang bertuliskan bahasa asing yang tidak dimengerti nya.





Menunduk kecil dan berlalu pergi tinggalkan puan penuh misteri.
Mentari torehkan semburat jingga manis di awang-awang, melewati hari gilirkan bulan tampakkan diri.




Manik gelap menatap langit jingga di atas sana. Merapikan buku-buku yang dibacanya dan dikembalikan sesuai tempat. Sudah menjelang Maghrib.


















Gelap hampiri bulan dan temani kesunyian sekitar. Aroma menyengat mengudara pergi kelilingi ruangan bertopeng tawa riasan harta.





Tinggalkan sepi teruntuk puan yang menyendiri. Melambai halus kain gelap panjang yang menjadi misteri untuk sang Tuan rupawan.





Sebuah gelas penuhi jari, temani langkah dekati puan bergaun gelap. Sosok yang menarik mata untuk dipandang tak henti-hentinya.





"Malam yang meriah, sayang untuk dilewati begitu saja, bukan begitu Lady?" Suara itu lagi-lagi masuki telinga menarik pandangnya.






Puan tak menarik mata tatap rupa malaikat Tuan yang menghampiri. Malaikat tapi berhati iblis, konsep seperti apa itu?





"Saya tidak punya waktu untuk itu." Menjawab dengan tegas tanpa mengayun suara terhadap Earl kedua yang terkenal.





"Lalu kenapa Lady berada di sini?"





"Karena tidak sopan menolak undangan tanpa alasan syar'i." Merogoh sesuatu di dalam tas kecil hitam yang tergantung.






Menemukan apa yang dicari, lantas ulurkan tangan serahkan benda asing bagi si Tuan. Naikan alis kanan isyarat bertanya.






"Anda akan tahu setelah membacanya." Duluan kan jawaban tanpa mendengarkan tanya.





".... Terimakasih?" dengan ekspresi bingung tercetak di wajahnya, Tuan rupawan menerima senang hati.





Puan langkahkan kaki pergi tinggalkan kalimat pesan teruntuk Tuan.





"Sebaiknya Anda membacanya dalam keadaan bersih dan suci."























¹⁴/⁰¹/²²

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


¹⁴/⁰¹/²²

𝐀𝐅𝐒𝐔𝐍   [ ᴡɪʟʟɪᴀᴍ ᴊ. ᴍᴏʀɪᴀʀᴛʏ ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang