Diawali cinta satu malam yang ternyata menyisakan banyak cerita. Mulai dari rahasia besar yang terbongkar, karma yang terbayar kontan hingga sebuah keajaiban Illahi.
Zona Dewasa : 21+
Yang belum cukup umur atau kurang nyaman, bisa skip cerita ini 🙂...
"Nay....." Risa merebut gelas berisi minuman beralkohol. "Nay, jangan gini. Sadar, Nay." Nay bergeming, kepalanya mulai pening.
"Hidup gue udah nggak ada harapan."
"Hush kamu ngomong apa?! Kamu kayak yang nggak punya Tuhan aja." Sengit Risa. "Udah, cukup. Please." Ujar Risa sembari merebut gelas yang hampir diraih kembali oleh Nay. "Ayo aku antar kamu pulang?!" Risa menggandeng Nay. Tapi sedetik kemudian Nay menepisnya.
"Mau diantar pulang ke mana?" Tanya Nay dengan suara sumbang. Risa tercekat. Ya mau dibawa kemana Nay malam ini? "Ke rumah ibu? Aku kan sekarang cuma mantan menantu." Risa menelan saliva, ada nada kepedihan yang terdengar dari ucapan Nay barusan. "Ke rumah kamu juga nggak mungkin kan?!" Risa lagi-lagi hanya bisa menelan saliva. Rumah orang tua Risa memang besar, tapi penghuninya pun banyak. Ada 3 kepala keluarga di rumah itu, 4 kepala keluarga dengan Risa. Orangtuanya, 2 kakaknya yang sama-sama sudah menikah dan mempunyai anak, juga Risa yang baru beberapa bulan ini melahirkan anak pertamanya. Bukan tidak mampu, tapi orang tua Risa tipikal orang tua yang ingin selalu dekat dengan anak-anaknya. Sehingga saat mereka menikah dan memiliki keinginan mandiri, langsung ditentang habis oleh mereka. Makan nggak makan yang penting ngumpul. Istilah yang kadang sering Risa dan Nay dengar.
"Aku booking kamar hotel buat kamu." Putus Risa. Risa pun langsung membuka aplikasi booking hotel secara online.
***
"Dok, dokter baik-baik saja kan?"
"Sa-ya..ba-ik." Ujar Rio terbata.
"Mau saya antar ke kamar?"
"Nggak usah. Sa-ya bi-sa sen-diri."
Rio berjalan tertatih menuju ke sebuah kamar hotel yang ia booking. Malam ini mendadak kepalanya pening setelah sempat meminum obat. Tadi ia sempat mengeluh kurang enak badan, tim medis lalu memeriksa dan memberikan obat. Entah tidak cocok, entah memang efek samping dari obatnya seperti ini, Rio merasa kepalanya ringan seketika. Padahal ia masih harus mengisi seminar di hotel tersebut.
Risa dan Nay sampai di kamar yang dipesan Risa. Risa segera memapah Nay ke atas tempat tidur. Risa memastikan Nay baik-baik saja sebelum ia tinggal pulang, Nay tampak tertidur.
"Iya, ini aku jalan pulang." Tutup Risa mengakhiri sebuah panggilan telepon yang masuk ke ponselnya. Risa segera beranjak. Sesuai kabar dari sang suami, di rumah anaknya mulai rewel. "Nay aku pulang ya?! Kamu jaga diri baik-baik." Belum juga Nay menyahut, panggilan telepon dari sang mama masuk.
"Sa, Fio nangis terus nih."
"Ohh iya, Ma." Risa buru-buru keluar kamar sampai tidak sadar tidak menutup pintu dengan rapat.
***
"Kamu?!" Rio mengucek matanya berulang, tapi sosok itu nyata di hadapannya kini. Di kamar hotel yang ia pesan, yang saat ia sampai dalam kondisi sedikit terbuka. Rio berjalan mendekat. Disentuhnya pipi halus itu, dingin. "Kamu....??" Gumamnya lagi. Nay menggeliat. Dalam samar ia melihat satu sosok yang ia kenali.
"Mas?!"
"Iya." Sahut Rio dengan senyum manisnya. Nay menarik Rio. Rio terkesiap. Tapi serta merta ia memajukan badannya agar lebih dekat.
"Mas...." Nay menyentuh wajah itu. Hati Rio bergetar. Mimpinya indah, ia tidak ingin bangun. Rio memberanikan diri mendekatkan wajahnya pada wajah itu. Bibir keduanya bersentuhan, lembut.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.