Aku tersenyum heran melihat siapa yang ada di depanku.
"Miyaa" ucapku pelan, tapi ternyata berhasil membangunkan gadis muda diseberang sana.
"Mii--"
"sssstttt" ucapku memotong suara san, ketika ia hendak memanggil nama gadis kecil yang sedang berusaha mencari kenyamanan dalam dekapanku.
"tap--"
"sstttt" ucapku memotongnya lagi sambil memberi arahan untuk diam dengan menaruh jari telunjuk tepat di bibirku. san yang bingun harus melakukan apa, akhirnya memutuskan untuk turun dari tempat tidur berencana membawa miya kembali padanya.
"tidak apa-apa, tidurlah. kasihan jika ia terbangun nanti san" ucapku sangat pelan yang membuat gadis itu menatapku terkejut. entah apa yang membuatnya terkejut, apapun itu aku tidak peduli. Aku lebih memilih untuk mengatur posisi ternyaman dengan menaruh kepala anak itu pada lengan kananku, dengan memeluknya erat di dada bidangku yang berbalut piyama coklat polos.
Entah apa yang dipikirkan oleh san, tapi jujur saja aku memang menyukai anak kecil, jadi menyenangkan untukku ketika melihat miya. dan sungguh sangat membahagiakan ketika anak kecil berperilaku seperti ini.
San yang bingungpun memilih untuk menarik kursih dan duduk di belakang miya, jadi kira kira itu posisinya, san yang duduk disamping kanan miya, dan miya yang membelakanginya sambil memelukku.
aku memandangi jam dinding yang menunjukkan pukul 2 pagi.
"istirahatlah, aku tidak akan melakukan apapun pada keponakanmu." jawabku.
"aku takut kau tertidur dan melepas pelukannya, kasur ini sangat kecil, dia bisa saja jatuh, jadi aku akan menjaganya dari sini" ucapnya panjang lebar . Sedingin apapun dia, aku tau dia sangat mempedulikan anak ini.
tidak ingin berdebat dengan orang yang baru saja kukenal, akhirnya aku memutuskan untuk menyetujui saja. sampai sekitar 15 menit dan kepala gadis itu mulai oleng entah kemana. setiap kepalanya seolah terjatuh karena mengantuk aku menahan tawaku, dan kembali menutup mataku ketika ia kembali dalam posisi sadar, sampai akhirnya dirinya hampir saja jatuh karena sudah sangat miring ke kiri. Untung saja tangan kananku cukup panjang untuk menahan kepala mungilnya. Hingga karena takut miya akan terbangun, perlahan aku menaruh kepala san pada tepi kasur, setidaknya ia bisa bersandar. tapi sialnya, san malah memegang tangku dan menaruh kepalanya disana.
aku yang kebingungan, entah harus bersikap seperti apa. tangan kananku dibagi 2 oleh kedua orang ini untuk menjadi tempat sandaran. tangan miya yang tiba tiba memelukku membuatku sedikit terdiam sejenak dan senyum senyum sendiri seperti orang gila.
"astaga bunda, aku ingin segera menikah" batinku yang gila dan bahagia dengan situasi ini, hingga keram ditangankupun terkalahkan dengan situasi ini, sampai perlahan mataku ikut tertutup dan menikmati alam bawah sadar.
...
san pov
Aku terbangun dengan suara alarm yang sangat keras di samping telingaku. perlahan mataku terbuka dan terkejud dengan tangan yang sedang kugenggam.
oh Tuhan! apa yang kulakukan. Batinku.
Cukup sadar, akupun langsung berdiri, mematikan alarm dan dengan cepat berlari kearah kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi.
Setelah selesai aku langsung keluar, dan masih bingung dengan pemandangan di depanku. Pria yang baru kutemui tadi malam bersama gadis kecil yang paling kucintai itu saling berpelukan dengan sayangnya. Hingga senyum tidak sengaja terukir dari bibirku, dan kembali pudar ketika pria itu mengerang dan perlahan terbangun dari tidurnya.