07

2 0 0
                                    

"Sepertinya ia hanya sedikit syok, aku sudah memberi obat penenang untuknya"

"apa ia perlu perawatan khusus?"

"tidak, cukup lakukan apa yang kubilang tadi saja"

Percakapan itu terdengar samar ditelingaku, hingga membuat mataku perlahan terbuka dan berusaha mencari sumber suara. Tapi aku terkejut ketika mendapati keadaan disekitarku yang sangat berbeda. balkon disisi kananku terlihat samar dibalik tirai putih gading yang menutupinya. Lantai dengan karpet abu abu bulu yang lembut, langit langit kamar dengan gambar bulan dengan latar hitam yang hampir memenuhi seluruh langit langit kamar ini, dan kasur serta beberapa benda yang berwarna abu abu.

"Dimana aku?"

"kaiiii" ucap seseorang yang tidak lain adalah san.

"kau dirumahmu" jawabnya membuatku bingung. seolah paham dengan kebingunganku, iapun kembali menjelaskan.

"agrah menghubungi ayah dan ibumu, dan ibumu memberitahu rumahmu, dan beberapa waktu tidak sengaja kutemui kunci rumah, jadi kami memutuskan untuk membawamu kemari" ucap san, kemudian tak berselang lama vanna ikut masuk kedalam kamar.

"keadaan ELYNSIE tidak begitu baik. adik ayahku, feron tiba diindonesia beberapa waktu yang lalu. Ia selalu ingin menguasai harta keluargaku, hingga segala cara ia lakukan untuk menjatuhkan ayahku. bahkan saat ini juga, ia sengaja berniat membakar seluruh elynsie. Untung saja pihak GGE bergerak cepat" ucap vanna.

"seperti di drama saja" ucapku sambil perlahan berdiri, tapi..

"sshhhh" ringisku ketika menyadari aku tidak memakai atasan dan setengah badanku diperban, untung saja sudah tidak ada infus.

"aku tidak tau kau segila itu kai, kenapa kau berlari ditengah api, bahumu tertimpa balok bara, jadi kata dokter harus diperban hingga luka mengering" jelas vanna.

"hhh entah kenapa kesialan ini menimpaku" ucapku mengingat kejadian yang terjadi padaku beberapa waktu ini.

"vanna, miya mana?" ucapku

"ah, dia berada dihalaman belakang. sedang bermain" ucap vanna.

"oh dan, maaf agak sedikit merepotkan. tapi bolehkah aku menitip san dan miya disini?" tanya vanna.

"aku dan agrah memiliki beberapa hal mendesak karena rumah sakit dan kantor pusat mengalami masalah akibat kebakaran kemarin. Dan feron sedang dicari oleh polisi, jika dirumahku atau rumah ayah kurasa feron sudah tahu, tapi rumahmuu cukup jauh dari kota dan kurasa aman jika disini" ucap vanna lagi.

"tenang saja, aku akan tetap meminta orang-orang GGE untuk menjaga tempat ini," lanjutnya.

"jujur saja, ini terlalu aneh untukku. Pertama, dari sekian banyak pasien dirumah sakit, bagaimana mungkin hanya aku yang menjadi tempat kalian untuk singgah. kedua, cerita ini klise van, apa masih ada hal hal gila semacam ini di dunia yang seluas ini?, ketiga, aku tak ingin terlibat dengan masalah kalian, apapun alasannya" ucapku jujur saja.

" dan apa kalia yakin feron tidak mengetahui tempatku?? " ucapku beberapa detik kemudian, dan berusaha memberi isyarat pada mereka dengan mengarahkan mataku pada dinding yang kini menampakkan sebuah titik merah.

"la-ser sight" lanjutku, dan..

Door!! (bunyi tembakan), yang membuat semua orang langsung menjauhi kaca, berbeda dengan kai yang justru dengan cepat menekan sesuatu dibalik kasurnya, hingga semua orang terkejut melihat peluru yang mengarah pada mereka terhalang begitu saja dengan kaca.

"tenanglah, kau tidak bisa menghancurkan rumah ini kecuali mungkin dengan Tsar Bomba". masih dalam posisi yang bingung, san mendekati kai dan..

"kauuu...."

"Ibuku Andrea Clayn, dan Ayahku Velorand Mossa. jika tidak salah, kalian pasti sudah mengenal mereka. dan jujurlah vanna, kau pasti sudah tahu itu sejak menjadi mentorku, dan mungkin kau lebih yakin ketika membaca resumeku" ucapku dan kemudian berdiri dari tidurku.

"bukankah karena hal itu kau memutuskan untuk menetap ditempatku?" ucapku yang masih sedikit sulit berjalan.

"kauuu" ucap san lagi..

"aku tidak lumpuh san, dan pria tua yang adalah ayahmu itu juga sudah mengembalikan tulangku. Hanya tersisa sedikit sakit dibagian bawah sana" ucapku seolah mengerti dengan reaksi san yang bingung kenapa aku bisa berdiri sekalipun sedikit sulit.

semua orang memandangiku heran, hingga seseorang tiba-tiba saja masuk.

"jadi kau mengenalku hem?" tanya tuan rom.

"maaf karena kurang sopan tuan " ucapku dengan gaya licik yang mempesona haha.

"lalu, aku ingin bertanya. Apa kau kemari sebagai sorang psikiater? atau sebagai direktur GGE??" tanya tuan rom membuat semua orang membelakkan mata.

"kenapa kalian bingung?" tanya tuan rom.

"ah, baiklah akan kujelaskan" ucapnya lagi.

"Aku dan Tn.Mossa adalah sahabat karib, dulu kami juga menjadi pengawal GGE. Jika kalian berpikir bahwa ayah mendirikan perusahaan ini, kalian salah. Ayahku dan Ayah tn.mossa adalah sahabat karib. Mereka mendirikan Golden Guard ketika muda, dan tak disangka bisa menjadi perusahaan yang besar. sebagai anak mereka, kami diminta untuk melanjutkan perusahaan itu, tapi Tn.Mossa dan aku, kami menolak, kami tau betul risiko ketika harus menjadi pemegang perusahaan yang menjadi perbincangan hampir diseluruh negeri ini, hingga mereka memberikan kami sebuah ujian. Jika siapa saja yang bisa melewati ujian tersebut, ia bisa mengatakan tidak untuk menjabat. Memang agak sedikit aneh, tapi yah... aku kalah telak dari ayahmu kai. ujian yang diberikan kedua pak tua itu adalah untuk mengalahkan orang terkuat di Golden Guard dulu, dan itu adalah andrea, ibu kai. Ia menjadi kepercayaan kakek kalian, dan menjadi orang terkuat disana padahal dia seorang wanita" jelasnya membuat kami yang disana seolah mendengarkan dongeng disiang hari.

"beberapa waktu setelah cukup yakin untuk melawan andrea, kakek kalian terus membuat pertandingan untuk kami, tapi sayangnya. Bukan bertanding andrea malah jatuh cinta pada ayahmu, dan kau bisa menebaknya. Si wanita yang dipengaruhi cinta itu sengaja mengalah untuk menyelamatkan ayahmu dari sana." lanjutnya lagi.

"ahh jujur saja aku terluka, tapi seperti itulah kenyataannya" ucapnya yang kemudian duduk di atas kasur.

"kau mungkin tidak pernah mengira, tapi ibumu adalah aset terbesar ELYNSIE GROUP. Bukan suatu kebetulan ketika ia memintamu untuk pergi kesuatu tempat sebelum minggu ini berakhir kai" ucapnya yang membuatku mengingat selembar kertas yang diberikan bunda.

"kalian mungkin tidak mengira, tapi yah. keluargaku adalah orang yang tidak berada, jika bukan kakekmu mengajak ayahku untuk membangun sebuah perusahaan, mungkin saat ini aku dan keluargaku sudah menjadi pengemis jalanan. Dan Tuhan memang sudah menyediakan semuanya, entah atas takdir apa aku akhirnya menjabat sebagai direktur di GGE. Seperti yang kalian ketahui GGE merupakan cabang terbesar dari Elynsie Group, yah memang karena berawal dari usaha itu aku akhirnya mendirikan Rumah sakit dan beberapa restoran besar dijakarta, dan tentu saja hal itu dibantu oleh ayah kai, yang entah ia ketahui atau tidak." ucapnya lagi.

"aku memang mengenalmu, pernah mendengar ceritamu dari ayah dan bunda, dan fotomu juga ada dalam ruang kerja ayah. Tapi aku tidak tahu bahwa cerita kalian semenakjubkan itu haha" jawabku sedikit tertawa.

"terdengar seperti sebuah karangan, kurasa bagus untuk dijadikan film tuan rom" jawabku.

Iapun berdiri, dan memegang pundakku sambil berkata. "tenang saja kai, ini bukan cerita laga, aku hanya sedikit menjelaskan cerita kita di masa lalu" jelasnya.

"sebentar, aku masih sedikit bingung Ayah" ucap vanna.

"bagian mana yang tidak kau mengerti?" tanya tuan rom.

"pertama, aku tahu bahwa dulu Golden Guard hanyalah Golden Guard. maksudku, ayah mengubah namanya menjadi GGE, dengan kata lain menambahkan pernyataan bahwa itu adalah perusahaan dari ELYNSIE GROUP right? lalu,,, semua uang yang ayah hasilkan pada umumnya berasal dari Golden Group kan? dan sebagian karena bantuan ayah kai. benar" ucapnya yang diangguki tuan rom.

"hmmmm,, " ucapnya seolah memikirnya sesuatu.

"kai,, berarti,, istrimuuuu" ucapnya yang membuat semua orang memandangku....

BERSAMBUNG

ELYNSIEWhere stories live. Discover now